25 C
Sidoarjo
Friday, May 23, 2025
spot_img

Menulis, Ukuran Kecakapan Seseorang

Oleh :
Pitrus Puspito
Adalah Guru Bahasa Indonesia dan Peneliti Independent di Bidang Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia menempuh pendidikan terakhir di Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Baru-baru ini wakil menteri pendidikan tinggi, sains, dan teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie mengungkapkan bahwa skripsi tidak harus tebal, yang terpenting dampak bagi masyarakat. Stella Christie menekankan bahwa skripsi sebagai hasil penelitian itu yang penting kualitasnya bukan kuantitas (ketebalannya). Hasil penelitian harus memiliki manfaat bagi masyarakat, baik manfaat jangka pendek maupun manfaat jangka panjang.

Isu mengenai skripsi atau tulisan ilmiah juga ramai diperbincangkan akhir-akhir ini kaitannya dengan isu skripsi palsu. Di awal tahun 2025, isu tentang karya tulis ilmiah juga ramai, yakni isu disertasi yang isinya dipertanyakan. Disertasi salah satu pejabat itu dinyatakan tidak sah karena melanggar aturan peraturan akademik. Dari isu-ius ini, memperlihatkan betapa pentingnya tulisan ilmiah itu.

Karya tulis ilmiah harus benar-benar teruji dan ditulis sesuai dengan sistematika penulisan serta metodologi keilmuan yang benar. Dengan demikian hasil penelitian yang dinyatakan dalam tulisan harus ditulis secara sistematis dan dapat dimengerti oleh khalayak pembaca. Tidak hanya sebatas dibaca, hasil penelitian juga harus dapat diuji kembali, dikembangkan dan disempurnakan oleh peneliti yang lain.

Menulis adalah sarana dalam melaporkan hasil penelitian. Selain itu, dalam kajian ilmu bahasa tulisan dipandang sebagai cerminan dari pikiran orang yang menuliskannya. Dalam cabang ilmu bahasa, yakni antropolinguistik, mengkaji hubungan antara manusia dengan bahasa, baik manusia secara individu maupun kelompok. Dengan begitu keterampilan menulis menjadi sangat penting jika dikaitkan dengan penulisnya. Seorang peneliti, wartawan, sastrawan dan mahasiswa dituntut harus bisa menulis. Menulis adalah cerminan keprofesionalitasan mereka sekaligus dijadikan uukuran kecakapan bagi mereka.

Berita Terkait :  Personel Gabungan Bondowoso Kawal Proses Rekapitulasi Pilkada Tingkat Kabupaten

Menulis Itu Sulit
Menulis merupakan keterampilan tertinggi dari keempat keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan berbahasa itu diawali dengan keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan kemudian menulis. Keterampilan menulis dan berbicara memiliki kesamaan, yakni sama-sama keterampilan yang bersifat memproduksi informasi. Jika menulis menghasilkan informasi berupa tulisan, berbicara menghasilkan informasi secara lisan atau tuturan langsung.

Keterampilan menulis biasanya dipasangkan dengan membaca. Keterampilan membaca bersifat berifat reseptif atau menerima informasi dari bacaan. Semakin banyak membaca, seseorang semakin memiliki pengetahuan sebagai bekal untuk menulis. Dari kegiatan membaca, seseorang juga mendapat banyak rujukan tentang struktur tulisan, gaya bercerita dan pola tulisan secara keseluruhan. Oleh karenanya membaca adalah syarat untuk menulis. Hal ini juga berlaku untuk menulis karya ilmiah yang mensyaratkan peneliti untuk mencantumkan referensi dengan jumlah tertentu dalam tulisannya.

Oleh karena itu sebagian besar orang menganggap bahwa menulis itu sangat sulit. Selain harus memiliki banyak wawasan juga harus menguasaai tata kebahasan. Menurut sastrawan sekaligus akademisi, Budi Darma, Kesulitan menulis terutama bersumber pada kurangnya kemampuan seseorang untuk berpikir kritis. Seseorang yang tidak dapat berpikir kritis dengan sendirinya tidak dapat mengidentifikasi dan memilah-milah persoalan yang akan ditulisnya dengan baik.

Kesulitan menulis yang lain menurut Budi Darma juga berkaitan dengan kemampuan seseorang mengorganisasi pikirannya dan disiplin untuk mengorganisasi pikiran tersebut. Misalnya kita sering melihat orang-orang yang pandai berbicara tetapi tidak pandai dalam menulis. Memang kepandaian berbicara tidak selamanya identik dengan kecerdasan berpikir (Darma, 2007, p. 5).

Berita Terkait :  Merasa Dituduh Soal PKH dan BPNT, Kades Jangur Laporkan Akun Tiktok Penyebar Fitnah

Budi Darma menekankan bahwa kemampuan menulis dipengaruhi oleh kemampuan berpikir, terutama ketika mengenali dan mengelompokkan persoalan untuk kemudian dituliskan secara runut dan sistematis. Selain itu, berpikir kritis juga berperan dalam keterampilan menulis. Berpikir kritis dibutuhkan dalam menganalisis persoalan, menilai kelebihan dan kekurangan dari suatu fenomena, dan yang paling penting menumbuhkan sikap bijaksana untuk menuliskannya.

Tulisan yang Baik
Selain runut dan terpola, tulisan yang baik juga memiliki beberapa indikasi. Pertama, tulisan yang baik itu menarik dan bermanfaat. Tulisan yang menarik dan bermanfaat, yakni tulisan yang isinya memiliki kedekatan dengan pembacanya. Artinya topik yang diangkat berhubungan dengan fenomena sosial budaya masyarakat pembaca. Selain itu pemilihan bahasa yang mudah dipahami oleh banyak orang juga menjadikan tulisan semakin diminati.

Tulisan yang baik juga biasanya dilihat dari kemampuan penulisnya menyederhanakan topik. Selain bahasa yang dipilih harus isngkat dan padat, penulis juga harus membahasakan istilah-itilah sulit menjadi lebih sederhana. Menurut Budi Darma tulisan yang baik terletak pada kemampuan penulisnya dalam membahasan persoalan dan teori yang rumit menjadi mudah dipahami oleh semua kalangan. Dan sebaliknya, tulisan yang baik akan mengembangkan teori baru dari topik yang sedang ditulisnya. Tulisan itu mengajak penulis lain untuk melanjutkan atau melengkapinya.

Indikasi tulisan yang baik berikutnya, yakni tulisan yang mampu menggugah pembaca. Artinya tulisan tersebut dalam menghibur, menyemangati, menginspirasi, bahkan menggerakkan pembaca untuk melakukan aksi. Tulisan yang menghibur dan menginspirasi erat kaitannya dengan karya sastra. Dalam karya sastra, bahasa diolah sedemikian rupa sehingga memunculkan efek keindahan tertentu. Di dalam karya sastra, seperti novel banyak tragedi kemanusiaan yang menginspirasi pembaca. Bahkan karya sastra juga menawarkan nilai-nilai kehidupan sebagai penyemangat bagi pembaca.

Berita Terkait :  KPU Kota Surabaya Luncurkan Maskot, Mars, dan Jingle Pilwali Kota Surabaya 2024

Tulisan yang mampu menggerakan pembaca ini dapat dikaitkan dengan istilah ‘berdampak’ yang disebutkan Wamendiktisaintek Stella Christie. Dalam kehidupan sehari-hari, buku-buku seperti resep dan kiat-kiat dalam membuat atau melakuan sesuatu merupakan contoh dari tulisan yang dapat menggerakan pembacanya. Dalam konteks tulisan ilmiah, hasil penelitian seharusnya juga memberi dampak positif kepada pembacanya. Semoga kita semua tertantang untuk berbagi hal-hal positif melalui tulisan yang baik dan terpercaya.

———– *** ————–

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru