Oleh :
M. Syaprin Zahidi
Dosen Pada Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang dan Visiting Scholar di National Dong Hwa University, Taiwan
Forum World Health Assembly (WHA) ke-78 yang akan diadakan oleh negara-negara anggota dari World Health Organization (WHO) pada tanggal 19 – 27 Mei 2025 dengan tema “One World for Health” menjadi forum yang penting bagi Taiwan. Namun, untuk kesekian kalinya keterlibatan Taiwan di dalam forum ini mendapatkan hambatan karena WHO masih “tersandera” oleh resolusi 2758 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menerangkan bahwa People’s Republic of China (PRC) sebagai perwakilan resmi China di PBB termasuk didalamnya WHO. Walaupun faktanya resolusi tersebut tidak pernah menyebutkan Taiwan sebagai bagian dari PRC namun karena kebijakan “One China Principle” PRC selama ini akhirnya menyebabkan Taiwan menjadi “terasing” dalam forum-forum internasional yang diadakan oleh PBB.
Dalam konteks itulah menurut penulis sudah saatnya ada reformasi di dalam tubuh WHO terutama terkait dengan kesempatan Taiwan agar dapat terlibat aktif di forum kesehatan global ini. Hal ini tentu bukan tanpa alasan, jika kita melihat track record Taiwan dalam konteks pandemi global covid-19 sebelumnya tentu tidak terbantahkan peran Taiwan waktu itu yang berkontribusi dalam mendonasikan masker kesehatan, isolatin gowns, thermometers dan berbagai macam alat-alat kesehatan lainnya ke beberapa negara yang membutuhkan.
Terlebih lagi saat ini dua kota di Taiwan yaitu Kaohsiung dan Taipei berurutan berada di peringkat 1 dan 2 sebagai kota dengan standar medis dengan kinerja terbaik di dunia berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan oleh NUMBEO. Pemeringkatan tersebut didasarkan pada jumlah tenaga medis, kualitas alat-alat medis dan biaya Kesehatan yang dikeluarkan oleh penduduk di kota-kota tersebut. Tidak dapat dipungkiri kota-kota di Taiwan hampir merata fasilitas kesehatannya serta mudah dijangkau apalagi dengan sistem National Health Insurance (NHI)nya.
Hal yang menarik juga adalah fasilitas Kesehatan tersebut tidak hanya dinikmati oleh para penduduk lokal Taiwan. Namun, fasilitas tersebut juga dinikmati oleh warga negara asing yang menetap di Taiwan dengan berbagai macam profesinya seperti pekerja migran, pelajar asing, pebisnis dan lain-lain. Khusus untuk warga negara Indonesia saja tercatat kurang lebih 350.000 orang yang menikmati fasilitas NHI ini dimana bentuknya adalah potongan biaya yang cukup besar bagi para warga negara asing ketika menggunakan fasilitas medis di Taiwan dan berbagai macam fasilitas lainnya.
Pengalaman Taiwan dalam menyediakan fasilitas Kesehatan yang terbaik bagi warga negaranya dan warga negara asing tentu menjadi nilai plus bagi Taiwan dan menjadi keuntungan bagi WHO ketika melibatkan Taiwan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan kesehatan global yang tentunya memerlukan pihak-pihak yang berpengalaman dalam bidang ini.
Taiwan juga beberapa waktu lalu memberikan bantuan pembangunan rumah sakit dan fasilitas medis lainnya ke salah satu di negara di Afrika yaitu Eswatini. Hal ini tentu menunjukkan kepedulian Taiwan dalam membantu sesama dalan konteks Kesehatan global. sehingga menjadi penting bagi Taiwan untuk terlibat lebih aktif tidak hanya secara mandiri dalam berkontribusi pada sistem kesehatan global namun harusnya juga berada di dalam sistem kesehatan global itu karena faktanya saat ini Taiwanlah negara yang memiliki fasilitas kesehatan yang dapat diandalkan dan tentu bermanfaat bagi masyarakat global.
Adapun terkait dengan aspek hambatan resolusi 2758 tentu para negara anggota WHO harusnya memiliki langkah-langkah yang konstruktif sehingga resolusi tersebut tidak menghambat keterlibatan Taiwan di WHO. Karena, isu Kesehatan adalah isu bersama masyarakat dunia yang memerlukan keterlibatan aktif semua pihak tanpa perlu mempermasalahkan aspek legal formalnya saja karena ketika membahas aspek kesehatan berarti kita berbicara tentang kemanusiaan dan disinilah saatnya kita mendukung Taiwan terlibat aktif dalam aspek Kesehatan ini…***
————- *** —————–