Oleh:
Sihabuddin
Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta.
Kumpul keluarga merupakan salah satu tradisi di Indonesia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi kumpul keluarga tujuannya tidak lain untuk mempererat tali silaturahmi dengan orang-orang terdekat, khususnya yang memiliki ikatan darah. Kumpul keluarga juga dilakukan untuk melepas rindu dengan orang-orang terdekat karena sudah lama tidak jumpa disebabkan banyak faktor, seperti pernikahan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya sehingga orang-orang yang memiliki ikatan darah harus berpisah secara jarak dan waktu. Tradisi kumpul keluaga biasanya dilaksanakan saat lebaran atau di moment lainnya dengan mengadakan reuni semua anggota keluarga besar. Moment ini tentu menjadi moment yang sangat membahagiakan bagi semua anggota keluarga.
Namun, moment ini bisa jadi hal yang tidak diinginkan oleh sebagian orang. Moment kumpul keluarga yang seharusnya menjadi ajang suka cita bisa berubah seratus delapan puluh derajat menjadi ajang yang tidak diinginkan bagi sebagian orang ini. Orang-orang yang biasa bersosialisasi di hari-hari biasanya, memilih menjadi introvert di ajang berkumpulnya keluarga besar seperti di hari lebaran dan sebagainya. Hal ini karena terkadang ada komentar-komenter berupa pertanyaan yang tidak diinginkan oleh sebagian orang sehingga membuat yang ditanyakan merasa tidak nyaman. Moment yang seharusnya membahagiakan ini menjadi ternodai karena ada orang yang tidak bisa menjaga lisannya. Mungkin pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya basa-basi tapi masih ada basa-basa lain yang bisa ditanyakan sehingga tidak ada hati yang tersakiti. Parahnya lagi ada yang memang sengaja bertanya tanpa basa-basi bahkan saat dijawab, penanya menambah komentar yang lebih parah dengan membanding-bandingkan dengan orang lain.
Yang perlu diingat saat berkumpul keluarga tidak semua orang suka ditanya privasinya dan tidak semua orang suka dibanding-bandingkan dengan orang lain. Sebab, setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing yang tidak bisa disamakan dengan orang lain. Setiap orang dilahirkan di waktu yang berbeda dan di rahim yang berbeda pula, lalu kenapa jalan hidupnya harus sama dengan orang lain? Maka dari itu, di moment kumpul keluarga hendaknya menjauhi komentar-komentar yang terkait dengan privasi seseorang seperti pertanyaan “Kapan nikah?” “Kapan punya anak?” “Kapan nambah anak lagi” “Sekarang kerja dimana?” “Penghasilanmu berapa?” “Kamu kok belum punya mobil atau rumah?” dan pertanyaan-pertanyaan lain sekiranya membuat orang lain tidak nyaman. Jika terlanjur bertanya dan sudah dijawab tidak usah diperpanjang kecuali yang ditanya menceritakan panjang lebar kondisi dirinya.
Menjaga pertanyaan saat kumpul keluarga merupakan sebagian dari adab yang perlu dijaga sebab kita tidak tahu apa yang orang lain rasakan dan perjuangkan selama ini. Apa yang bagi kita mudah belum tentu mudah bagi orang lain bahkan bisa menjadi susah. Kita juga tidak tahu kondisi dapur atau ekonomi setiap orang dan tidak mungkin setiap orang akan menceritakan privasinya kepada setiap orang. Intinya jangan pernah menyamakan ukuran kita dengan ukuran orang lain karena tidak sama. Selama ini orang hanya menilai orang lain dari sisi luarnya saja, maka dari itu, tidak baik memberi pertanyaan yang didasari kesoktahuan tentang orang lain. Selama orang tersebut tidak meninggalkan kewajibannya dan tidak menyalahi aturan Tuhan serta tidak membuat keresahan pada orang-orang sekitar, biarlah orang lain menjalini hidup yang telah dipilihnya karena setiap orang berhak bahagia dengan jalan hidup masing-masing.
Banyak hadits shohih yang menerangkan tentang pentingnya menjaga lisan yang seharusnya diikuti oleh semua umat Islam. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori & Imam Muslim “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)”. Di hadits lain Nabi Muhammad bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori “Keselamatan manusia bergantung pada kemampuannya menjaga lisan” Bahkan di hadits lain Nabi juga bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Muslim “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa memikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara Timur dan Barat”. Selain ketiga hadist tersebut masih banyak hadits lain bahkan ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang pentingnya menjaga lisan.
Pentingnya menjaga lisan termasuk pertanyaan sangat diperhatikan dalam Islam karena satu pertanyaan bisa berdampak pada beban psikis seseorang bahkan bisa berdampak pada kehidupan sosialnya. Di moment kumpul keluarga banyak pertanyaan yang bisa dilontarkan tanpa membuat orang lain tidak nyaman bahkan senang dengan pertanyaan tersebut. Seperti menanyakan kabar, aktivitas kalau liburan, hobi dan sebagainya yang tidak menyangkut dengan privasi seseorang. Jika memang harus bertanya awali pertanyaan dengan kata “Maaf kalau boleh tahu” terlebih dahulu, kalau sudah dijawab dan ekspresi yang ditanya kurang berkenan, maka carilah pertanyaan lain atau akhiri percakapan dengan kata”Oh iya maaf ya”, jika yang ditanya santai pasti akan menjawab “Oh iya tidak apa-apa”. Kemudian bisa dilanjut dengan percakapan lain seperti topik yang sedang hangat dan sebagainya.
Yang paling penting dalam bertanya adalah memahami karakter dan kondisi orang yang akan ditanya. Dengan memahami karakter dan kondisinya bisa meminimalisir pertanyaan yang tidak diinginkan oleh orang lain. Bahkan jika sudah memahami karakter dan kondisi seseorang jika lebih baik diam, maka diamlah karena diam dalam kondisi dan situasi tertentu adalah emas.
———– *** ————-