Kadindik Sebut Model Pembelajaran TeFa Mudahkan Lulusan Penuhi Kebutuhan DUDI
Dindik Jatim, Bhirawa
SMK Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) salah satu Program Pemprov Jatim yang dihadirkan dalam menurunkan angka pengangguran dari lulusan SMK. Program ini juga menjadi bagian dari penguatan Revitalisasi SMK yang digaungkan Pemerintah melalui Inpres Nomor 9 Tahun 2016 tentangRevitalisasi SMK Dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia Indonesia.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai menyebut, sejak diterapkan pada tahun 2017 lalu, tercatat sudah ada 43 SMK BLUD dari 298 SMK di Jawa Timur. Model pembelajaran SMK BLUD berbeda dengan reguler. Dalam program ini, pembelajaran memadukan pencapaian kompetensi pada kurikulum sekolah dengan proses produksi sesuai prosedur dan standar yang ada di dunia kerja untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan hasil produk/media belajar dalam bentuk barang atau jasa. Namun tak berorientasi utama pada keuntungan.
“Melalui program ini, guru dan tenaga kependidikan diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kewirausahaan. Dengan status BLUD, satuan pendidikan memiliki payung hukum dalam menggunakan semua sumber daya yang ada untuk dikelola secara bisnis yang sehat,” jelas Aries.
Adapun SMK yang telah menerapkan program BLUD ini di antaranya, SMKN 1 Surabaya, SMKN 5 Surabaya, SMKN 6 Surabaya, SMKN 1 Buduran Sidoarjo, SMKN 3 Buduran Sidoarjo, SMKN 3 Panji Situbondo, SMKN 1 Singosari Malang, SMKN 4 Malang, SMKN 1 Glagah Banyuwangi, SMKN 5 Jember, dan SMKN 1 Jenangan Ponorogo dan 32 SMK lainnya di Jawa Timur.
Dalam menjalankan program, siswa diterjunkan secara langsung untuk menjalankan bisnis sekolah baik berbentuk produk atau jasa sesuai dengan kondisi riil di industri. Keuntungan penerapan BLUD ini yang menjadi konsern dalam peningkatan daya saing lulusan SMK.
Keuntungan lainnya, yakni pembelajaran Teaching Factory yang berbasis pada produksi atau jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di dunia industri. Pada model pembelajaran TeFa, suasana belajar diserupakan seperti di industri. Tak hanya itu, dengan program SMK BLUD karya-karya siswa SMK yang sudah layak dipatenkan dan dapat diproduksi.
“Didukung penerapan BLUD yang memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangannya, karya siswa dapat dipatenkan, diproduksi dan bukan tidak mungkin akan turut dapat menghasilkan keuntungan komersial bagi sekolah dan siswa. Keuntungan komersial ini dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk memotivasi siswa dalam mengembangkan keahliannya, tetapi juga dapat digunakan untuk meningkatkan fasilitas yang ada di sekolah,” jabar pria kelahiran Makassar ini.
Aries menegaskan, jika melalui BLUD SMK, implementasi TeFa dan Project Based Learning (PBL), dapat benar-benar dilaksanakan untuk menjadi wadah simulasi industri bagi para peserta didik dalam mengembangkan potensinya, sehingga menghasilkan siswa yang kompeten dengan berbagai produk-produk unggulan yang layak dipasarkan di Masyarakat.
Sekolah dengan BLUD ditambahkan Aries juga dapat meningkatkan pelayanan publik yang berkualitas. Adanya kolaborasi antara sekolah, pemerintah daerah dan industri. Di samping itu adaptif dan responsif terhadap perubahan dunia kerja dan mengembangkan seluruh potensi sekolah dengan otonomi pengelolaan keuangan.
“Pada program BLUD, sekolah yang menjalankan punya banyak keunggulan. Salah satu diantaranya pemberdayaan siswa terus berkarya dan penumbuhan kewirausahaan serta peningkatkan kesejahteraan guru dan pengembangan infrastruktur sekolah. Itu kenapa banyak SMK yang mengajukan, tapi tidak semuanya lolos. Karena berkaitan dengan kelayakan sarana prasarana, termasuk rencana bisnis yang akan dijalankan,” imbuhnya menjabarkan.
Meski banyak keunggulan dan keuntungan bagi SMK BLUD, Aries menyebut, hingga kini tantangan dan persoalan juga dihadapi SMK BLUD. Masih banyak presepsi di masyarakat yang menyatakan BLUD SMK hanya mencari keuntungan. Padahal ini juga peluang untuk siswa terus mengasah keterampilan untuk bekal berwirausaha ataupun terjun di industri. [ina.fen]