Oleh:
Anna Ikhstifarin
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) NR 01 Sub Kelompok 3 Angkatan 2022 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
UMKM selama ini sering dianggap sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Banyak pelaku UMKM yang masih berjuang dengan berbagai masalah mendasar, mulai dari keterbatasan alat produksi, keterampilan digital yang rendah, hingga kurangnya akses pasar. Di sinilah pentingnya keterlibatan generasi muda, khususnya mahasiswa, dalam menjembatani kesenjangan antara potensi besar UMKM dan tantangan nyata yang mereka hadapi.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang selama ini sering dianggap sebagai formalitas akademik, sebenarnya menyimpan potensi besar untuk menjadi instrumen pemberdayaan masyarakat yang nyata, terutama jika dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Contoh paling relevan datang dari mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Candinegoro, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Mereka tidak datang dengan solusi instan yang mengandalkan teknologi canggih atau investasi besar, melainkan menawarkan pendekatan terlebih dulu berbasis observasi, empati, dan kolaborasi langsung dengan pelaku usaha.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat bukan hanya tentang memberikan bantuan satu arah, tetapi lebih kepada menciptakan hubungan timbal balik, di mana pelaku UMKM merasa dihargai, didengar, dan terlibat dalam proses. Salah satu contohnya di Candinegoro yaitu D’KRIIIUUKKKKK sebuah usaha mikro kuliner yang dimiliki oleh Pak Muhammad Fandi, sebagai mitra nyata dalam proses pemberdayaan ini. Usaha yang menjual tahu crispy dan otak-otak crispy ini masih tergolong baru, karena baru didirikan pada tahun 2024 dan dikelola secara mandiri oleh Pak Fandi dengan bantuan dua karyawan. Keunikan rasa dari produknya membuat usaha ini mulai dikenal di lingkungan sekitarnya.
Namun, di balik kelezatan produk yang ditawarkan, terdapat berbagai tantangan yang menghambat produktivitas dan daya saing usaha ini. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh D’KRIIIUUKKKKK adalah proses produksi pembuatan tahu crispy yang masih manual. Misalnya, pemotongan tahu masih dilakukan dengan menggunakan pisau biasa, yang tidak hanya memakan waktu tetapi juga menghasilkan potongan yang tidak seragam. Bentuk tahu yang tidak seragam sangat mempengaruhi visual tahu crispy tersebut. Di samping itu, usaha ini juga belum terintegrasi dengan platform digital seperti Google Maps, yang membuat pelanggan baru kesulitan untuk menemukannya. Di sisi pemasaran, metode yang digunakan masih sangat konvensional, kemasan yang dipakai polos tanpa identitas merek atau informasi kontak, membuat produk sulit dikenali dan menyulitkan proses pemesanan ulang.
Menghadapi berbagai tantangan yang ada, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNTAG Surabaya tidak hanya berdiam diri. Mereka mengambil inisiatif dengan merancang alat pemotong tahu yang sederhana namun sangat fungsional. Alat ini memiliki bentuk persegi dan dilengkapi dengan bilah tajam yang tersusun rapi, sehingga memungkinkan pemotongan tahu dilakukan dengan lebih cepat, seragam, dan higienis. Selain mempercepat proses produksi, alat ini juga secara signifikan meningkatkan profesionalitas tampilan produk. Inisiatif kecil namun berdampak besar ini menunjukkan bahwa inovasi tidak selalu memerlukan biaya tinggi yang terpenting adalah relevansi dan efektivitasnya.
Tak berhenti di situ, para mahasiswa juga mengambil langkah proaktif untuk mendukung proses digitalisasi usaha D’KRIIIUUKKKKK. Mereka mendaftarkan usaha tersebut di Google Maps, menyertakan foto produk, jam operasional, dan informasi kontak yang dapat dihubungi. Kini, pelanggan yang ingin menemukan lokasi D’KRIIIUUKKKKK hanya perlu mencarinya di Google, sebuah kemudahan yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh pemilik usaha. Terbukti, dalam beberapa minggu setelah pendaftaran, usaha ini mulai menarik pelanggan baru yang mengetahui keberadaannya melalui pencarian online.
Daam dunia branding dan pemasaran, mahasiswa memiliki peran penting dalam proses mendesain ulang kemasan produk. Awalnya, kemasan tersebut mungkin terlihat sederhana dan tidak memiliki identitas yang jelas. Namun, berkat kreativitas mahasiswa, kemasan produk kini menjadi lebih menarik dan informatif. Kemasan baru ini dilengkapi dengan label nama usaha yang jelas, informasi kontak yang mudah diakses, serta desain visual yang mampu menggugah selera konsumen. Selain berfungsi untuk menarik perhatian, kemasan yang diperbarui ini juga berkontribusi dalam memperkuat citra merek di mata konsumen. Hal ini memudahkan pelanggan untuk melakukan pemesanan ulang dan memberikan testimoni tentang produk. Dengan demikian, langkah ini sangat penting dalam membangun kepercayaan konsumen terhadap produk lokal, yang pada gilirannya dapat meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan.
Dampak dari semua intervensi tersebut sangat terasa. Dari aspek produksi, penggunaan alat pemotong tahu telah meningkatkan efisiensi serta kapasitas produksi. Pak Fandi, yang sebelumnya hanya mampu melayani jumlah pesanan terbatas setiap harinya, kini dapat meningkatkan volume produksi tanpa perlu menambah jumlah tenaga kerja. Potongan tahu yang lebih seragam juga membuat hasil akhir gorengan lebih estetis dan menggugah selera. Dari segi pemasaran, integrasi digital yang sederhana melalui Google Maps berhasil memperluas jangkauan pasar. Selain itu, kemasan baru yang memiliki informasi jelas, berhasil menciptakan kesan profesional di mata konsumen. Dari sini kita belajar bahwa UMKM dapat tumbuh cepat jika didampingi dengan tepat.
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya tidak hanya memberikan dukungan secara langsung, tetapi juga menghadirkan semangat perubahan sosial yang secara langsung memengaruhi kehidupan masyarakat. Mereka menunjukkan bahwa Kuliah Kerja Nyata (KKN) bukan sekadar formalitas akademik, melainkan dapat menjadi kegiatan nyata untuk menerapkan ilmu dan teknologi dalam bentuk yang sederhana, aplikatif, dan pastinya berdampak bagi masyarakat. Inilah makna sejati dari pendidikan tinggi yang mencetak individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga peka terhadap kebutuhan sosial di sekitarnya.
Sudah saatnya pemerintah, kampus, dan masyarakat menyadari potensi besar dari kolaborasi antara mahasiswa dan UMKM. Pemerintah daerah seharusnya menciptakan lebih banyak kesempatan untuk kerjasama antara perguruan tinggi dan pelaku UMKM lokal melalui program-program pengembangan ekonomi kreatif yang berbasis desa. Kampus juga harus mempersiapkan mahasiswa dengan keterampilan praktis yang relevan sebelum mereka terjun ke dunia kerja, sehingga mereka benar-benar dapat menjadi agen perubahan, bukan hanya pengamat yang pasif.
Melalui narasi ini, kita diingatkan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak selalu harus dimulai dari kebijakan besar, tetapi bisa tumbuh dari tindakan kecil yang dilakukan dengan niat dan empati yang mendalam. Oleh karena itu, kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) seharusnya tidak dianggap remeh. Kegiatan ini harus dilihat sebagai alat strategis dalam pembangunan berkelanjutan yang berbasis masyarakat. Mahasiswa bukan hanya pelengkap administratif dalam perkuliahan, tetapi juga sebagai mitra aktif dalam memperkuat fondasi ekonomi lokal melalui pendampingan yang nyata terhadap UMKM. Opini ini didukung oleh Anna Ikhstifarin, Nur Hamidah, Yohana Natalia, dan Ahmad Raihan sebagai mahasiswa KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang melaksanakan pengabdian di Desa Candinegoro, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. [*]