Oleh:
Ahmad Basir, Bojonegoro
Masyarakat Sedulur Sikep kembali menggelar Samin Festival ke-9 pada 4-5 Juli 2025 di Balai Budaya Masyarakat Samin, Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.
Festival tahunan ini menjadi ruang penting untuk merawat tradisi sekaligus melestarikan pitutur luhur Mbah Samin Surosentiko, tokoh gerakan Samin yang mengajarkan nilai-nilai kejujuran, kesabaran, dan kesederhanaan.
Rangkaian kegiatan dimulai pada Jumat (4/7) dengan ritual adat Gumbregan Samin, Umbul Dungo, serta Pagelaran Karawitan. Suasana khidmat dan sederhana terasa sejak awal, seluruh pengunjung mengenakan udheng bermotif Obor Sewu simbol baru yang kini menjadi identitas masyarakat Samin sekaligus ASN Kabupaten Bojonegoro.
Puncak festival digelar pada Sabtu (5/7) melalui sesi Ngangsu Kawruh bertema Obor Sewu. Dalam sesi ini, disampaikan disertasi hasil riset Dr. Sugeng Wardoyo dari ISI Yogyakarta tentang makna filosofis motif Obor Sewu, yang kini telah menjadi kebanggaan warga Bojonegoro.
“Obor berarti cahaya, dan sewu artinya banyak. Ini harapan agar ajaran Mbah Samin menjadi penerang bagi generasi penerus,” jelas Sugeng dalam paparannya.
Acara ini juga dihadiri Wakil Bupati Bojonegoro, Nurul Azizah, yang menyampaikan kisah perjalanan sejarah ke makam Mbah Samin di Sawahlunto, Sumatera Barat.
“Pada tahun 2023, kami bersama rombongan berhasil membawa pulang tiga jun tanah dari makam Mbah Samin. Dua di antaranya kini dimakamkan di Dusun Jepang ini,” ujarnya.
Nurul menambahkan bahwa motif Obor Sewu kini diadopsi sebagai pakaian dinas harian (PDH) untuk ASN di lingkungan Pemkab Bojonegoro sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai lokal.
Festival tahun ini mengusung tema “Pangklingo Wonge, Ojo Pangkling Swarane” yang bermakna: jangan melihat siapa yang berbicara, tetapi pahami apa yang dibicarakan. Tema ini selaras dengan nilai-nilai Samin yang menjunjung tinggi substansi, bukan penampilan.
Sejumlah tokoh dan narasumber turut hadir dalam sesi Ngangsu Kawruh, antara lain Prof. Dr. Guntur, M.Hum. dari ISI Surakarta, Wawan Kurnianto anggota DPRD Bojonegoro, Bambang Sutrisno, penerus ajaran Samin, dan budayawan Bambang Eka Prasetya. Dalam diskusi, Bambang Eka mengusulkan agar kata “trokal”-yang berarti teguh hati dan tidak mudah menyerah dapat diusulkan masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Sementara itu, Kepala Desa Margomulyo, Muryanto, menyampaikan apresiasinya terhadap perhatian pemerintah daerah.
“Festival ini sudah berjalan sejak 2017. Kami bangga karena nilai-nilai Mbah Samin kini makin dikenal luas,” ucapnya.
Festival ditutup dengan suasana makan bersama, di mana warga dan pengunjung disuguhi nasi bungkus daun jati, menegaskan semangat kesederhanaan yang tetap kaya akan makna. [bas.gat]