Situbondo, Bhirawa
Musim giling tebu di Kota Santri Pancasila Situbondo sudah berlangsung sejak bulan Mei 2024 lalu. Salah satunya di lakukan oleh Pabrik Gula (PG) Asembagus, yang terletak di Kabupaten Situbondo wilayah timur. Kegiatan giling tebu rutin tahunan ini selalu membawa berkah dan manfaat yang besar bagi kalangan petani tebu di wilayah Asembagus dan sekitarnya. Namun, disisi lain sampai saat ini masih ada persoalan lama yang belum sepenuhnya bisa diatasi secara tuntas. Yakni munculnya tolato atau abu bekas dari giling tebu.
Manager AKU PG Asembagus Situbondo, Anton Septiyono ketika dikonfirmasi mengatakan, dalam beberapa hari terakhir ini PG Asembagus intens melakukan perbaikan pada sistem penangkap abu sehingga membuat kinerja penangkapan abu tidak berjalan sempurna. “Ya kami memang terus melakukan perbaikan secara optimal agar dampak abu di PG Asembagus bisa diminimalisir,” terang Anton Septiyono.
Masih kata Anton, untuk tindak lanjut persoalan abu tersebut, PG Asembagus terus konsentrasi memperbaiki dengan peralatan yang ada. Anton menengarai kemungkinan besar sisa pembuangan abu yang ada masih terjadi sehingga saat terkena tiupan angin akan berdampak bagi warga yang ada di sekitar PG Asembagus. “Kami akan terus berupaya sekeras tenaga agar penanganan abu ini segera tertangani dengan baik. Itu prioritas kami saat ini dan di masa mendatang,” urai Anton Septiyono.
Terkait adanya dampak cairan limbah, ungkap Anton, pihaknya berjanji akan segera melakukan pengecekan karena sistem penangkap abu di PG Asembagus telah menggunakan ESP yang notabene memiliki sistem pengering. “Ya terkait cairan tersebut kami akan coba check lagi. Karena blower yang ada di bagian boiler tidak menggunakan air,” tandas Anton.
Sebelumnya, salah satu warga setempat yang rumahnya berdekatan dengan PG Asembagus mengakui munculnya tolato selalu menjadi polusi udara yang diduga berasal dari Pabrik Gula Asembagus. Kondisi ini, bebernya, kerap kali menjadi gangguan bagi masyarakat setempat saat melakukan aktivitas. “Ya debu dari giling tebu yang beterbangan itu menjadi sorotan rutin warga. Tak hanya itu para pengguna jalan dan pejalan kaki maupun pengendara kendaraan sering mengeluhkan debu yang menyebabkan bagian mata terasa perih,” kupasnya. (awi.ca)