Kota Malang, Bhirawa
Pemerliharaan ekosistem laut menjadi tanggung jawab bersama. Karena itu, masyarakat harus dilibatkan dalam upaya pelestarian ekosistem laut.
Prof. Dr. Ir. Tri Djoko Lelono, M.Si: EPB UB, menyebut, jika tidak ada tindakan penyelamatan maka ekosistem laut akan makin rusak.
“Kalau ekosistemnya rusak ikan akan semakin berkurang, tangkapan nelayan semakin jauh,”tuturnya.
Karena itulah pihaknya akan mempresentasikan Integrasi Ekologi dan Biologi Perikanan Universitas Brawijaya (UB) dalam Tata Kelola Sumberdaya Laut Yang Adaptif dan Keberlanjutan.
Tri Djoko Lelono, dikukuhkan sebagai Profesor dalam bidang Biologi Perikanan.
Ia menyampaikan ekologi dan Biologi Perikanan Universitas Brawijaya (EPB-UB) merupakan pendekatan inovatif yang mengintegrasikan aspek ekologi-dinamis, teknologi digital, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan
Penelitian Prof Tri Djoko berangkat dari keprihatinan terhadap eksploitasi laut yang berlebihan dan degradasi lingkungan pesisir akibat perubahan iklim.
“Pengelolaan konvensional seperti MSY (Maximum Sustainable Yield) dan Stock Assesment Models tidak mempertimbangakan interaksi ekosistem ataupun kebijakan berbasis ekonomi biru,” tegasnya.
Sebagai solusi terhadap keterbatasan model lama, EPB-UB dikembangkan sebagai model pengelolaan yang lebih adaptif dan integratif. Model ini menggabungkan biologi perikanan, ekologi, teknologi, serta aspek sosial dan ekonomi dalam pengambilan keputusan berbasis data terkini. EPB-UB memadukan pendekatan ekologi dinamis, analisis data real-time, teknologi seperti GIS dan eDNA. serta kecerdasan buatan dalam prediksi stok ikan dan kondisi ekosistem.
Disampaikan dia, yang menarik dari model ini adalah keterlibatan aktif masyarakat pesisir melalui co-management system, yang menjadikan nelayan bukan sekadar pengguna sumber daya, tetapi juga penjaga ekosistem laut. “Penguatan kapasitas masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan yang diharapkan bisa menjamin kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan.” ujarnya.
Namun tantangan bagi model ini keterbatasan infrastruktur pendukung, ketimpangan kapasitas SDM di berbagai wilayah, serta belum optimalnya kolaborasi antarpemangku kepentingan. Kesadaran kolektif dan integrasi lintas sektor masih perlu diperkuat agar model ini dapat diimplementasikan secara berkelanjutan. [mut.gat]