Ketenteraman mental (dan damai keluarga) bukan bergantung pada kecukupan finansial yang banyak. Melainkan ke-imanan yang mengarahkan paradigma filosofi tujuan hidup. Sehingga, walau bukan tergolong rakyat berpenghasilan menengah atas, keluarga Indonesia tergolong paling tenteram (bahagia) di seantero dunia. Hasil studi kemakmuran global (Global Flourishing Study), Indonesia dinyatakan sebagai negara paling makmur sedunia. Walau mayoritas penduduk berpenghasilan di bawah negara-negara maju.
Survei dilakukan Universitas Harvard (kampus terkemuka di Amerika Serikat), selama lima tahun. Mengutip dari New York Times (pekan kedua Mei), survei juga dilakukan bersama Baylor University (kampus Baptis terbesar di dunia), dan lembaga survei internasional Gallup. Studi melibatkan lebih dari 200 ribu responden di 22 negara, termasuk Indonesia. Indikator survei bukan hanya mengukur kondisi keuangan responden.
Indikator lain menyasar aspek mendasar lain, dan karakter hubungan sosial. Terutama Kesehatan fisik, kebahagiaan hidup, filosofi makna hidup, karakter, dan kesejahteraan spiritual. Hasil survei juga mengakui, bahwa Indonesia bukan negara kaya, tetapi realitanya, memiliki peringkat tertinggi dalam hubungan sosial, dan karakter pro-sosial. Indonesia secara total memiliki nilai 8.10 poin. Disusul negara tetangga (Filipina) di peringkat ketiga, dengan poin 7.71
Realita sosial, berbalik situasi dengan masyarakat Jepang, yang memiliki penghasilan lebih tinggi. Serta harapan hidup (usia) lebih lama. Tetapi rakyat Jepang cenderung tidak memiliki teman dekat. Sehingga Jepang menduduki peringkat paling bawah kedua (nomor 21). Pada peringkat ke-7, terdapat Mesir, dengan nilai 7.32 poin. Sedangkan Amerika Serikat (AS) pada peringkat ke-12, memiliki nilai 7.11 poin, di bawah Argentina pada peringkat ke-10 (7.14 poin) .
Selaras dengan survei lain, yang dilakukan Great Power Index (tahun 2024). Hasilnya, menempatkan Indonesia pada peringkat ke-2, sebagai “Rakyat Paling Bahagia.” Peringkat ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia merasa bahagia dan puas dengan keadaan kehidupan sehari-hari. Bahkan melampaui beberapa negara berpanghasilan tinggi, dan maju seperti Belanda, Swiss, dan Australia.
Kesejahteraan spiritual, menjadi kunci bangsa Indonesia menempati peringkat tertinggi dalam kemakmuran, dan Kebahagiaan. Hasil dari arahan keimanan terhadap filosofi menghadapi hidup. Antara lain tergambar dalam filosofi rakyat Jawa, dengan filosofi “nerima ing pandum” (dalam konsep Islam disebut Qana’ah). Hasil kerja, sedikit atau banyak, selalu diterima dengan baik, sebagai pemberian Tuhan. Menjadi takdir, jalan hidup. Tidak bisa dipungkiri, mayoritas (sekitar 97%) rakyat Jawa beragama Islam.
Arahan sipiritual menjadikan rakyat Indonesia selalu dalam keadaan tenang, dan tenteram. Seperti dalam survei sbelumnya, rakyat Indonesia juga dinyatakan yang paling dermawan sedunia. Berturut-turut selama delapan tahun (sejak tahun 2017). Terutama selama sebulan Ramadhan. Serta 3 bulan lain sebagai periode sedekah. Padahal menurut World Bank, mayoritas rakyat Indonesia tergolong miskin. Sebesar 60.3% tergolong miskin.
Selama delapan kali penilaian “World Giving Index,” sejak tahun 2017, bangsa Indonesia memperoleh predikat tertinggi. Sebagai yang paling dermawan sedunia. Zakat salahsatu faktornya. The Word Giving Index (WGI), adalah penilaian tahunan tentang kedermawanan (filantropi) di seluruh penjuru dunia. Hasilnya diterbitkan oleh Charities Aid Foundation (CAF). Melalui jajak pendapat secara global, dengan melibatkan 147 ribu responden. Di bawah peringkat Indonesia, terdapat negara miskin tetapi cukup dermawan. Yakni, Kenya, dan Liberia (keduanya di Afrika).
Alam hujan tropis yang indah juga mengantarkan Bandung sebagai kota dengan Tingkat kebahagiaan tertinggi. Begitu pula hamparan pantai indah, sejauh mata memandang nyiur melambai, propinsi Maluku Utara, sebagai daerah dengan indeks kebahagiaan tertinggi.
——— 000 ———
