Kota Kediri, Bhirawa
Harga daging ayam di sejumlah pasar tradisional Kota Kediri mulai merangkak naik menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Dalam sepekan terakhir, harga yang semula berada di kisaran Rp34 ribu per kilogram kini naik menjadi Rp37 ribu per kilogram.
Menurut para pedagang, kenaikan harga daging ayam ini dipicu oleh dua faktor utama. Pertama, tingginya permintaan dari dapur SPPG (Sentra Pengolahan Pangan Gizi), yang secara langsung mempengaruhi ketersediaan daging ayam di pasar tradisional.
“Dapur SPPG itu ambilnya banyak. Jadi, kami yang di pasar ini ikut kekurangan pasokan,” ungkap Siti Munawaroh, seorang pedagang ayam di Pasar Setono Betek, Senin (24/11).
Ia mengatakan harga ayam sulit turun kembali sejak meningkatnya kebutuhan dari Dapur SPPG. “Sejak ada SPPG, harga ayam jarang sekali turun di bawah Rp30 ribu,” imbuhnya.
Faktor kedua adalah meningkatnya kebutuhan masyarakat menjelang perayaan Nataru. Banyak konsumen mulai mempersiapkan kebutuhan akhir tahun, sehingga permintaan daging ayam meningkat.
Kenaikan harga daging ayam ini berdampak langsung pada penurunan omzet pedagang. Nugroho, pedagang ayam lainnya, mengungkapkan bahwa pelanggannya kini mengurangi jumlah pembelian.
“Sebelumnya, pelanggan bisa beli sampai 10 kilogram. Sekarang, paling banter 7 kilogram saja. Mereka bilang harganya terlalu mahal,” ujar Nugroho. Kondisi ini juga memaksa konsumen untuk mengubah pola konsumsi. Beberapa pelanggan mulai beralih ke sumber protein lain yang lebih terjangkau.
Para pedagang memprediksi bahwa harga daging ayam akan terus merangkak naik hingga puncak perayaan Nataru. Mereka berharap pemerintah daerah segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan harga dan memastikan pasokan daging ayam tetap mencukupi.[van,nov.ca]