25 C
Sidoarjo
Sunday, January 12, 2025
spot_img

Pentingnya Gizi Seimbang pada Program Makan Siang Gratis


Kota Malang, Bhirawa
Program makan siang gratis (MSG), dengan gizi seimbang, kerap menjadi sorotan, utamanya dalam upaya mengurangi angka stunting di Indonesia. Namun, efektivitas program ini bergantung pada berbagai faktor, mulai dari pelaksanaan hingga dukungan edukasi gizi di tingkat keluarga.

Dr. dr. Gita Sekar Prihanti, M.Pd.Ked, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menyampaikan pentingnya, memperhatikan kandungan makro dan mikronutrien dalam makanan yang disediakan.

“Komponen gizi itu ada makro dan mikronutrien. Makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak, sementara mikronutrien mencakup vitamin dan mineral. Yang perlu diperhatikan adalah proporsi protein, karena kebanyakan masyarakat Indonesia lebih mengutamakan karbohidrat demi rasa kenyang,”tuturnya akhir pekan lalu.

Ia menjelaskan, penting meningkatkan porsi protein dan memastikan adanya mikronutrien dalam makanan yang dibagikan. Ia juga menyoroti bahwa program makanan bergizi saja tidak cukup untuk memberikan dampak signifikan tanpa implementasi yang baik, tetapi edukasi kesehatan keluarga dianggap menjadi komponen penting yang tak bisa diabaikan.

Menurut Gita, meski MSG bagus namun ketergantungan pada program makan gratis tidak memberikan solusi jangka panjang. “Untuk anak-anak, kesehatan mereka sangat bergantung pada pendidikan kesehatan di keluarga. Program makan gratis bergizi itu penting, tapi tidak bisa menjadi satu-satunya andalan,”tambahnya. Menurut dia, keluarga perlu diberdayakan agar memahami pentingnya menyediakan makanan sehat yang terjangkau. Karena banyak keluarga masih memilih karbohidrat murah demi kenyang tanpa memperhatikan nilai gizi.

Berita Terkait :  Sempat Pro Kontra, Akhirnya AKD DPRD Situbondo Terbentuk

Tantangan lain yang disoroti adalah kebutuhan penghitungan kalori yang sesuai dengan kondisi anak. Ia menjelaskan, bahwa setiap anak memiliki kebutuhan kalori berbeda berdasarkan berat badan dan usia. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi dengan tepat, maka bisa berdampak buruk, seperti obesitas atau kekurangan gizi.

“Asupan gizi yang baik sangat krusial, terutama dalam periode emas 1.000 hari pertama kehidupan. Namun, masalah gizi terus berlanjut pada tahap usia sekolah, di mana anak sering kali mulai memilih-milih makanan,”imbuhnya.

Tidak hanya itu, tidak hanya kualitas gizi yang menjadi perhatian tetapi juga higienitas makanan. “Kalau higienitas makanan tidak diperhatikan, bisa menimbulkan masalah baru seperti diare. Ini malah memperburuk stunting,” ungkapnya.

Dengan kombinasi program makan gratis yang efektif, edukasi gizi, dan pengawasan pelaksanaan di lapangan, upaya pengurangan angka stunting diharapkan dapat membawa hasil yang lebih baik. “Makanlah dengan mindful eating, artinya kita sadar apa yang kita makan, kapan, dan bagaimana. Ajari anak untuk selektif terhadap makanan, karena yang disukai belum tentu sehat. Ini memang tantangan, tapi perubahan mindset sangat penting untuk masa depan mereka,” pungkasnya. [mut.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img