Presiden Prabowo Subianto mengangkat Jenderal (HOR, Pur) Djamari Chaniago, sebagai Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan. Walau baru diangkat sebagai anggota kabinet Merah-putih, Djamari merupakan tokoh “ABRI” senior. Pernah menjadi Pangdam (Siliwangi, Jawa Barat), lalu menjabat Pnglima Kostrad. Bahkan pernah menjadi Wakil Kepala Staf TNI AD, sampai Kepala Staf Umum (Kasum). Pada masa genting (reformasi) 1998, Djamari dipercaya menjadi Sekretaris Dewan Kehormatan Perwira (DKP).
DKP beranggota beberapa Perwira Tinggi kalangan TNI AD berpangkat Letnan Jenderal. Termasuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Berdasar catatan sejarah ke-TNI-an, DKP dibentuk Panglima ABRI (kini TNI) Jenderal Wiranto, pada 14 Juli 1998. DKP bertugas memberi catatan keterlibatan Perwira dalam kerusuhan. Pembentukan DKP, agar Panglima tidak bertindak semau gue. Banyak yang divonis bersalah, termasuk Pangkostrad (saat itu, Letjen Prabowo Subianto).
Djamari Chaniago, kini memiliki bintang empat di pundak, karena akan berada di atas Panglima TNI, dan ketiga Kepala staf TNI (AD, AL, dan AU). Tidak akan canggung, karena seluruh Jenderal bintang empat saat ini, adalah “yunior” Jenderal Djamari. Serta visi keamanan sangat baik. Terbukti dari jabatan terakhir sebagai Kasum ABRI, dengan fungsi koordinasi pengembangan dan pengoperasian TNI. Maka di kalangan Perwira Tinggi TNI saat ini, Djamari Chaniago dihormati sebagai “eyang” ahli intelijen.
Presiden juga melantik sosok “pemberani” yang lain, mantan Wakapolri, Komisaris Jenderal Polisi, Ahmad Dofiri. Juga menerima kenaikan pangkat kehormatan, menjadi Jenderal (Polisi), bintang empat. Track record Jenderal (Pol) juga mentereng di kalangan Kepolisian. Sebagai lulusan Akpol terbaik 1989, Ahmad Dofiri, menerima penghargaan Adhi Makayasa.
Tetapi terdapat prestasi yang kondang di kalangan masyarakat. Yakni, memecat Ferdy Sambo (sebagai Kadiv Propam Polri) saat memimpin sidang Komisi Kode Etik Polri (KKEP). Pada kasus pembunuhan berencana, Irjen (Pol) Ferdy Sambo divonis PTDH (Pemberhentian Tidak Dengan Hormat). Pengangkatan Ahmad Dofiri, sekaligus memenuhi keinginan Presiden Prabowo Subianto, “mengisi” kekurangan intelijen. Sehingga “kecolongan” demo besar ber-hari-hari, sepekan terakhir Agustus 2025.
Ahmad Dofiri, pernah menjabat sebagai pimpinan tertinggi Intelkam Polri, serta Inspektur Pengawasan Umum. Sehingga dalam hal pengawasan, telah memiliki pengalaman (visi dan metode) sangat kuat. Wajar dikenal sebagai Jenderal yang lurus, dengan rekening kurus. Kekayaannya “hanya” Rp 7,4 milyar. Tergolong sangat kecil dibanding kekayaan anggota DPR-RI yang menjabat satu periode saja.
Tetapi tugas yang diberikan Presiden Prabowo, bukan pekerjaan rutin. Melainkan tantangan besar. Yakni, sebagai Penasehat Khusus Presiden Bidang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat dan Reformasi Kepolisian. Realitanya memang hanya cocok di-amanat-kan kepada Ahmad Dofiri. Reformasi Kepolisian menjadi salahsatu tuntutan rakyat (17+8).
Reshuffle Kabinet Merah-Putih, memasukkan nama kuat yang lain, Erick thohir, sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga. Selama ini Erick dikenal ringan tangan pada PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). Pada era kepemimpinannya, PSSI peringkat ke-110 pada FIFA (saat ini 118). Upaya pemajuan sepakbola nasional, antara lain melalui naturalisasi pemain luar negeri yang memiliki keturunan (berbagai suku) Indonesia. Saat ini terdapat 37 pemain naturaliasi sepakbola (4 wanita).
Juga terdapat naturalisasi pemain basket, dan hokie es. Namun tugas Erick sebagai Menpora, bukan sekadar sepakbola. Melainkan berburu medali sebanyak-banyaknya pada even Olympiade, dan SEA Games. Niscaya perlu memiliki prioritas Cabang Olahraga yang perlu dimajukan (dengan konsekuensi anggaran). Antara lain angkat besi, panjat tebing, dan “langanan” medali (badminton, dan panahan). Juga mencegah tawuran kalangan remaja.
——— 000 ———