26 C
Sidoarjo
Wednesday, March 12, 2025
spot_img

Lahan Pertanian Terdampak Banjir, Akademisi Untag Sarankan Pemerintah Buat Skema Pengelolaan Banjir


Surabaya, Bhirawa
Bencana banjir yang terjadi di Jabodetabek beberapa hari terakhir berdampak pada lahan pertanian. Banjir yang berkepanjangan menyebabkan lahan pertanian terendam dalam waktu lama, merusak tanaman dan menghambat proses tanam berikutnya. Kerusakan ini berdampak langsung pada produktivitas pertanian, terutama bagi tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kedelai.

Menurut Ketua Program Studi Agroindustri Fakultas Vokasi Untag Surabaya Wahyu Kanti Dwi Cahyani, kondisi lembap akibat banjir dapat meningkatkan risiko serangan hama dan penyakit. Lingkungan basah menciptakan tempat ideal bagi jamur dan bakteri patogen yang menyerang tanaman.

“Organisme pengganggu tanaman (OPT) juga lebih mudah menyebar ke lahan yang sebelumnya tidak terinfestasi, sehingga memperbesar ancaman bagi petani. Jika tidak diantisipasi dengan baik, dampak ini bisa mengganggu ketahanan pangan nasional dan memicu kenaikan harga pangan di pasaran,” jabarnya, Rabu (12/3).

Ia melanjutkan, perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas banjir merupakan ancaman serius terhadap ketahanan pangan Indonesia. Jika tidak diantisipasi, dampak perubahan iklim dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Penurunan produksi pangan akibat banjir dapat menyebabkan ketidakstabilan pasokan dan harga pangan, yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

“Untuk mengurangi risiko banjir terhadap pertanian, petani dapat menerapkan berbagai strategi adaptasi. Salah satunya adalah penggunaan varietas tanaman yang tahan terhadap genangan air, seperti padi yang dapat bertahan dalam kondisi terendam lebih dari 10 hari. Sistem drainase juga perlu ditingkatkan agar air dapat mengalir dengan lancar dan tidak menyebabkan genangan berkepanjangan,” jelas Wahyu.

Berita Terkait :  Bulan Agustus Jembatan Bailey di Desa Kedungpeluk Sidoarjo Berdiri

Pakar pertanian ini juga menyebut, teknik budidaya seperti sistem tanam jajar legowo juga bisa diterapkan karena dapat meningkatkan aerasi tanah dan meminimalkan kerusakan akibat genangan air. Selain itu, pembangunan embung atau kolam retensi menjadi langkah penting untuk menampung kelebihan air saat musim hujan dan mencegah banjir meluas ke lahan pertanian.

“Selain strategi budidaya, inovasi di bidang agroindustri juga berperan penting dalam membantu petani bertahan menghadapi banjir. Penggunaan pupuk lepas lambat atau briket nitrogen dapat mengurangi kehilangan nutrisi selama tanaman terendam air,” urainya.

Lebih lanjut, pemanfaatan sistem informasi iklim juga dapat membantu petani dalam menentukan waktu tanam yang lebih tepat untuk menghindari periode rawan banjir. Dengan perencanaan yang lebih baik, potensi kerugian akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan.

Oleh karenanya, ia meminta kepada pemerintah pusat dan daerah agar menjalin koordinasi guna efektivitas penanganan banjir di sektor pertanian. Pembangunan serta perbaikan infrastruktur irigasi dan drainase menjadi prioritas utama untuk mengatasi dampak banjir yang berulang.

Pemerintah juga perlu menerapkan kebijakan tata ruang yang mempertimbangkan risiko banjir, seperti konsep Zero Delta Q, yang bertujuan meningkatkan kapasitas penyimpanan air dan mengurangi risiko banjir di daerah rawan. Selain itu, penguatan tanggul serta pengendalian erosi di sepanjang sungai juga menjadi langkah penting untuk mencegah banjir semakin meluas.

Di sisi lain, akademisi dan institusi pendidikan turut berperan dalam mitigasi dampak banjir dengan melakukan penelitian serta mengembangkan teknologi adaptasi perubahan iklim.

Berita Terkait :  Respon Cepat Kesulitan Warga, TNI-Polri Beri Bantuan Material Perbaiki Jalan Rusak

Penelitian mengenai varietas tanaman yang lebih tahan terhadap genangan air, teknik pertanian berkelanjutan, hingga metode pengendalian banjir yang efektif menjadi kunci untuk membantu petani menghadapi tantangan ini. Akademisi juga dapat berkontribusi melalui pelatihan dan penyuluhan kepada petani agar mereka lebih siap dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin ekstrem.

Wahyu juga menyarankan agar pemerintah belajar mengelola banjir yang berhasil diterapkan beberapa negara. Seperti Belanda, dengan sistem manajemen air yang sangat canggih dengan polder, kanal, dan bendungan yang mampu mengendalikan banjir secara efektif. Negara ini juga mengembangkan pertanian terapung. Kemudian, Bangladesh juga telah menerapkan varietas padi tahan banjir yang mampu bertahan dalam kondisi terendam selama lebih dari dua minggu.

Sementara itu, Vietnam dan Thailand memiliki sistem tata air yang efisien serta diversifikasi tanaman untuk mengurangi risiko gagal panen akibat banjir. Jepang pun telah mengembangkan teknologi pertanian cerdas berbasis data dan otomatisasi untuk meningkatkan produktivitas pertanian di tengah kondisi cuaca ekstrem.

“Indonesia dapat mengadopsi berbagai strategi dari negara-negara tersebut untuk meningkatkan ketahanan sektor pertanian terhadap banjir. Dengan kerja sama yang erat antara petani, pemerintah, akademisi, dan sektor swasta, tantangan perubahan iklim dapat dihadapi dengan lebih baik, sehingga ketahanan pangan nasional tetap terjaga,” pungkasnya. [ina.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru