Oleh:
Rendy Agung P, Surabaya
Inovasi SMPN 39 Kota Surabaya menerapkan tidur siang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa.
Program dari sekolah yang sengaja diciptakan sebagai inovasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, serta mencetak generasi unggul tak hanya secara akademis.
Kepala Sekolah SMPN 39 Surabaya, Rini Aswinarti, menyampaikan bahwa yang melatar belakangi karena kita sering mengobrol dengan para siswa bahwa mereka sering kurang tidur.
“Banyak faktor para siswa kurang tidur, terlihat saat pembelajaran dimulai mereka mengatuk, dari situ inisiasi para guru membuat inovasi relaksasi tidur bagi siswa” tuturnya.
Proses penerapanya akan dilakukan setiap Rabu, ungkap Rini, tidur selama 1 jam mulai pukul 13.00-14.00 dengan puluhan siswa tidur di tepi kelas, Laki-laki dan perempuan terpisah dengan sekat meja di tengah beralaskan tikar, dan sekaligus membawa bantal pribadi.
“Jam penerapan tidur siang bukan di jam pembelajaran efektif, tapi di program Sekolahe Arek Suroboyo (SAS) yaitu setiap Senin ada kecakapan, Selasa lingkungan hidup, Rabu relaksasi, Kamis istigasah, Jumat senam, siangnya salat Jumat berjamaah” tuturnya.
Lanjut Rini menjelaskan terdapat 896 siswa yang mengikuti tidur siang, atau 27 rombongan belajar semua kelas muali dari kelas 7, 8, dan 9. Terlihat respon para siswa sangat antusias dengan program ini.
“Dua kali uji coba ini respon para semua siswa antusias mengikuti program tidur siang, selanjutnya tinggal menganalisa komentar guru, siswa hingga wali murit untuk menentukan program dilanjutkan atau tidak” pungkasnya Rini.
Rini Berharap kegiatan mampu mengotrol emosi siswa, agar tidak mudah marah, lebih focus belajar di kelas dan lebih toleransi.
“Semoga program ini berdampak postif bagi siswa, kami ingin anak-anak lulus dari sini punyak kualitas tidak cuman pengetahuan tapi hatinya,”ungkap Rini.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menyampaikan bahwa semua program itu bagus, cuman tinggal kita tata estetikanya, anak-anak sudah besar mudah-mudahan ini masih uji coba, nanti kita lihat selanjutnya.
“setiap sekolah punya program yang menyesuaikan karakter pelajarnya masing-masing, dan tak ingin membatasi kreatifitas sekolah” jelasnya.
Lanjut Yusuf belum ada rencana program seperti ini akan di adopsi diterapkan di seluruh sekolah, karena dinas masih mengukur semua, sekolah yang menyesuaikan budaya, karakter sekolah, nantinya kita evaluasi jika kalua ada sekolah yang merapkanya tidak masalah. [gat]