Surabaya, Bhirawa
Di tengah gempuran konten visual yang membanjiri media sosial, produksi video berita semakin menjadi kebutuhan dalam dunia jurnalistik modern. Sayangnya, tidak semua video yang beredar di internet memenuhi unsur dan kaidah jurnalistik. Banyak diantaranya bersifat provokatif, sepihak, bahkan hoaks yang dibungkus dengan tampilan seolah-olah layaknya berita.
Menjawab tantangan tersebut, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya menjalani program magang di Harian Bhirawa untuk mendalami secara langsung bagaimana produksi video jurnalistik yang profesional dan bertanggung jawab dilakukan.
Salah satu peserta magang, Ana Nahdiah Irfani yang merupakan mahasiswa semester enam prodi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya terlibat aktif dalam berbagai proses peliputan berbasis video. Melalui bimbingan serta diskusi bersama tim redaktur, mahasiswa tidak hanya diarahkan untuk memahami teknis pengambilan gambar, wawancara, dan editing, namun juga diberi pemahaman mendalam tentang kaidah jurnalistik yang menjadi fondasi setiap produk berita.
Produksi video jurnalistik memiliki prinsip yang sama dengan berita dalam bentuk teks, yaitu menjunjung unsur 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How). Setiap informasi yang disajikan harus jelas sumbernya, berdasarkan fakta yang dapat diverifikasi, serta disampaikan dengan sudut pandang yang berimbang. Hal ini sangat penting untuk menghindari keberpihakan, framing negatif, atau pembentukan opini tanpa dasar.
Lebih dari itu, kaidah jurnalistik juga menuntut adanya beberapa hal berikut:
” Akurasi: Informasi harus benar dan bisa dipertanggungjawabkan.
” Keberimbangan: Menyajikan dua sisi atau lebih dalam satu peristiwa.
” Verifikasi: Fakta dikonfirmasi ke sumber yang shahih.
” Independensi: Tidak terpengaruh kepentingan politik atau komersial.
” Tanggung Jawab Sosial: Konten tidak menyebarkan kebencian, diskriminasi, atau keresahan publik.
Dalam konteks video, aspek teknis seperti visualisasi, narasi, dan musik latar juga tidak boleh dilepaskan dari prinsip etis. Misalnya, menggunakan footage yang tidak sesuai konteks atau efek dramatis yang membelokkan persepsi penonton bisa menyesatkan publik.
Antara Kecepatan dan Kebenaran
Era digital memang menuntut kecepatan dalam menyampaikan informasi. Namun, dalam jurnalisme profesional, kecepatan tidak boleh mengalahkan kebenaran. Tantangan ini sering dihadapi oleh para jurnalis muda, termasuk mahasiswa magang saat menyusun laporan cepat namun tetap faktual.
Selama magang, mahasiswa tidak hanya memproduksi konten, tetapi juga melakukan pelatihan verifikasi informasi, menyusun naskah dubbing yang netral, dan memastikan footage yang digunakan sesuai dengan narasi. Mereka juga belajar bagaimana menyusun script, menyusun alur informasi secara logis, serta menghindari manipulasi gambar atau suara yang bisa menyesatkan.
Antara Jurnalisme dan Konten Kreatif
Banyak video di media sosial tampak seperti berita, padahal hanya opini personal atau bahkan disinformasi. Di sinilah pentingnya membedakan video jurnalistik dengan konten hiburan atau promosi. Video jurnalistik bersifat faktual, netral, dan mengikuti standar penulisan berita. Sedangkan konten media sosial cenderung subjektif dan tidak memiliki tanggung jawab etis yang sama.
Program magang di Harian Bhirawa membuka wawasan mahasiswa bahwa produksi video jurnalistik bukan sekadar menyampaikan gambar bergerak, tetapi sebuah proses sistematis yang menuntut integritas dan tanggung jawab sosial. Dalam praktiknya, setiap proses dari awal hingga tayang harus mengacu pada Kode Etik Jurnalistik.
Melalui program magang selama empat bulan ini, mahasiswa seperti Ana menyadari bahwa tantangan terbesar di era digital bukanlah mengenai kecepatan produksi, melainkan tetap konsisten menjaga integritas. Kemampuan memadukan teknik visual menarik dengan prinsip jurnalistik yang kukuh menjadi bekal yang sangat penting untuk menjadi insan media yang adaptif sekaligus bertanggung jawab.
Dengan komitmen tersebut, diharapkan generasi muda tidak hanya mahir dalam membuat konten viral yang terkadang menggiring opini negatif dan berisi hoaks, tetapi juga paham bahwa kebenaran dan etika merupakan nyawa dari setiap karya jurnalistik. [why]