Indonesia dikenal sangat kaya akan budaya tradisional, keberagaman terlihat dari berbagai suku bangsa, bahasa, adat istiadat, kesenian, dan tradisi yang tersebar di seluruh nusantara. Kekayaan budaya merupakan warisan luhur yang patut dijaga dan dilestarikan.
Oleh:
Rendy Agung Prakoso, Surabaya, Bhirawa
Tetapi dengan berkembangnya zaman banyak dari generasi muda yang sering kita sebut Gen Z, dan Gen Alpha mulai melupakan budaya peninggalan lelurnya, lebih tertarik dengan kebudayaan bangsa lain. Masalah tersebut menjadikan sebuah kekuatiran, sebab jati diri bangsa mulai luntur dan hilang indentitasnya kedapan.
Sebelum hal tersebut terjadi, harus ada Upaya untuk tetap di lestarikan dengan mengenalkan budaya ke anak-anak muda sejak dini. Seperti salah pergelaran wayang kulit yang diselengarakan di Taman Budaya Cak Durasim Surabaya. sering rutin menggelar kegiatan kesenian baik mulai dari pentas tari, teater, music, melukis, dan lainya.
Pergelaran wayang kulit kali ini menghadirkan dua dalang muda yang berasal dari Kabupaten Magetan, yaitu Dimas Candra Dwi Ariyanto, dan Gusti Arya Maheswara. Mereka berdua juga termasuk mahasiswa semester empat dari Program Studi Seni Pendalangan, Fakultas Seni Pertujukan, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Mereke berdua sejak kecil sudah merasa ketertarikan terhadap wayang kulit. seperti Gusti Arya Maheswara menceritakan sejak menempuh kelas empat SD sudah tertarik karena dikenalkan oleh keluarganya.
“Saya teratarik sejak kecil dikarenakan karena saya dilahirkan dari keluarga yang telah profesinya juga dalang, seperti dari sepupu saya mengenalkan, dan kakek, nenek juga sebagai dalan dulu,” jelasnya.
Arya mengatakan tujuan diselengarakan pergelaran wayang Taman Budaya Cak Durasim sebagai cara mengajak generasi muda untuk mengenal kebudaya lokasl seperti wayang kulit yang sudah mulai kurang digemari.
“Di zaman sekarang wayang kulit identik dengan tontonan orang tua, padahal pertujukan tersebut harusnya bisa dinikmati oleh semua umur muda sampai tua,” ucap Arya.
Lanjut Arya mengukapkan sering kita lihat anak-anak muda seumuran merasa mengantuk melihat pertujukan wayang kulit disebabkan banyak hiburan baru bermunculan.
“Kedatangan kita diharapkan bisa memotivasi genarasi muda agar minat dengan pertujukan wayang kulit, karena sama-sama masik muda mengigatkan bahwa masih ada budaya asli dari Indonesia,” tutur Arya.
Sementara itu, Dimas Candra Dwi Ariyanto, mengukapkan merasa tertarik wayang kulit sejak kecil, padahal tidak ada keturunan dari keluarga yang berprosfesi sebagai seniman maupun dalang.
“Awalnya saya mencari tahu tentang Wayang kulit, semakin saya pelajari rasa minat dan ingin mempelajari mulai timbul. Dari situ saya ingin tahu lebih dalam dengan berkuliah di pedalangan,” ujarnya.
Dimas menceritakan pertujukan kali ini tentang kisah mahabarata yang berjudul “Kresna Duta” tentang Padawa berupaya meyelesaikan konflik dengan kurawa yang telah merebutan Kerajaan. “Berawal dari pandawa kalah taruhan dengan Kurawa, dan terus Padawa bersembunyi di Alas Parwoto selama 1 tahun. Setelah itu Pandawa ingin merebut kembali Kerajaan yang dulu dimiliki dengan berperang dengan pasukan Kurawa,” cerita Dimas.
Dimas memberi pesan kepada pada generasi muda agar tetap menjaga tradisi dan budaya Nusantara. “Siapa lagi yang harus menjaga dan melestarikan budaya lokal kalau bukan dari kita anak muda. Semoga pemerintah juga sering menyelenggarakan kegiatan budaya seperti ini di berbagai daerah,” imbuhnya.
Kegiatan pertujukan wayang kulit juga dihadiri oleh Kepala Taman Budaya Jawa Timur, Ali Ma’rup S.sos, MM, yang menyampaikan Budaya bagian penting bagi penanda dan penguat jati diri karakter bangsa, yang mana pemerintah wajib memajukan kebudaya nasional, dan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara, serta mengembangan nilai-nilai budayanya.
“Kegiaatan sebagai wujud nyata melalui gelar budaya kerja sama dengan Kabupaten Magetan, untuk mengembangkan budaya, sebagai cara untuk menarik generasi muda agar tertarik dengan pergelaran wayang,” pungkasnya.
Ali menyapiakan apresiasinya terahadap pengiat seni setinggi-tingginya. “berharap dapat salah satu meningkatkan apresiasi seni bagi masyarakat luas, penghargaannya bagai pelaku seni, pengiat seni, Pembina seni dan seniman” ungkapnya. [ren]