Surabaya, Bhirawa
Membangun hubungan berkualitas antara pasien dan dokter sangat dibutuhkan dalam menunjang pelayanan kesehatan. Menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah (FK UM) Surabaya, dr. Roni Subagyo Sp.KJ (K), salah satu dalam membangun hubungan berkualitas itu adalah menumbuhkan sikap empati. Di samping kompetensi medis yang dimiliki masing-masing dokter.
“Dokter harus memiliki sifat empati. Dengan punya nilai ini dokter akan memahami apa yang dirasakan pasien sehingga terjalin komunikasi yang baik. Empati dokter terbukti meningkatkan kepuasan pasien, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan pasien terhadap kemampuan sang dokter,” ujar dr Roni, Selasa (7/1).
Namun sayangnya, lanjut dr Roni,dalam praktiknya, sikap empati kadang terabaikan di tengah tekanan pekerjaan dan tuntutan administratif yang tinggi.
Mengutip laporan Association of American Medical Colleges, dr Roni menjabarkan pendidikan kedokteran yang diharapkan mendidik dokter yang tidak hanya terampil secara medis, tetapi juga memiliki altruisme yang mendalam. Yakni sikap yang memprioritaskan kesejahteraan orang lain dengan tulus.
“Seorang dokter seperti kami, harus memiliki kemampuan memahami perspektif pasien, memberikan perawatan dengan penuh kasih, dan kemampuan menempatkan diri dalam posisi pasien. Para peneliti percaya pelatihan empati selama masa pendidikan kedokteran dapat membantu para dokter menjadi lebih peka terhadap kebutuhan emosional dan psikologis pasien mereka,” terang dia.
dr Roni menilai dengan empati yang tulus tidak hanya menciptakan hubungan yang lebih baik antara dokter dan pasien, tetapi juga meningkatkan kualitas perawatan. Pasien yang merasa didengarkan. Empati terbukti memberikan pengaruh positif pada kondisi pasien.
Kendati begitu, dr Roni mengakui bahwa beban kerja yang tinggi, tekanan administratif, dan waktu yang terbatas, menjadi tantangan tersendiri bagi para dokter yang ingin memberikan perhatian penuh kepada setiap pasien.
Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan kedokteran untuk mempertimbangkan kurikulum yang mencakup pelatihan empati. Hal ini akan membantu membentuk dokter yang tidak hanya ahli dalam ilmu kedokteran, tetapi juga mampu memberikan perawatan yang lebih manusiawi.
“Dengan menekankan pentingnya empati, diharapkan dokter masa depan tidak hanya akan unggul dalam diagnosis dan pengobatan, tetapi juga dalam membangun hubungan yang mendalam dan bermakna dengan pasien mereka,” pungkasnya. [ina.wwn]