Surabaya, Bhirawa
Kemampuan untuk kreatif dalam mengajar merupakan kebutuhan utama dari seorang guru, terlebih saat ada siswa disabiltas. Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PLSD) berkolaborasi dengan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Univerisas Negeri Surabaya (Unesa), mengadakan Workshop Peningkatan Layanan Pembelajaran Aktif Motorik bagi Anak Dispraksia dengan Model Cirkuit yang diikuti oleh guru PJOK , therapis dan orang tua.
Tujuannya menumbuhkan pengajaran yang kreatif, menyenangkan, bervariasi sehingga siswa disabilitas bisa mengikuti kegiatan PJOK dengan baik.
“Kami ingin memberikan pembekalan bagi tenaga pendidik, pendamping bahkan orang tua dalam memberikan pembelajaran pada anak disabiltas terutama siswa dispraksia saat melakukan gerakan olah raga,” kata Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat Unesa, Prof Nanik Indahwati.
Nanik menjelaskan, dispraksia adalah DCD (Developmental Coordination Disorder) yakni gangguan pada perkembangan koordinasi motorik, seperti gangguan koordinasi gerakan motorik halus dan motorik kasar. Karena keterbatasan gerakan penyandang berkebutuhan khusus siswa dispraksia diperlukan pengarahan gerak yang benar saat belajar PJOK agar siswa dapat dapat mengikuti kegiatan olahraga. Yang nanti bisa bermanfaat untuk diri mereka meskipun perkembangan geraknya terbatas.
Menurut Nanik, Dispraksia gangguan neurologis yang menyebabkan kesulitan dalam mempelajari dan melakukan keterampilan motorik sehingga mempengaruhi kemampuan siswa untuk mengkoordinasikan gerakan tubuh, baik gerakan halus (seperti menulis) maupun gerakan kasar (seperti berolahraga). Dengan kondisi ini maka mengasah keterampilan gerak dasar (fundamental motor skill) kemampuan untuk mengarahkan gerakan supaya bisa stabil saat melakukan gerakan.
Kata Nanik, caranya, memberikan pengajaran yang melatih motorik kasarnya dengan melakukan gerakan olah raga yang menyenangkan, misalnya dengan melakukan circuit game sehingga bisa membantu menimbulkan keselarasan antara gerakan motorik halus dan motorik kasar.
“Rangkaian pola gerak sistematis akan mampu memberikan kenyamanan dalam bergerak dan sekaligus bisa meningkatkan kestabilan gerakan fundamental anak,” tambahnya.
Melalui kegiatan Workshop Nanik mengatakan, harapannya bisa menanamkan pemahaman dalam penyusunan rencana pembelajaran khsusnya untuk siswa dispraksia. Kesiapan seorang guru maupun thrapis dalam penyusunan rencana pembelajaran akan membantu menciptakan pengajaran menyenangkan. Dengan Adanya Workshop Peningkatan Layanan Pembelajaran Aktif Motorik bagi anak dispraksia dengan Model Cirkuit ini, bisa membantu guru PJOk memudahkan menyiapkam sehingga bisa meningkatkan gross motor skills dan fine motor skills dan menyenakan bagi siswa dispraksia.
Sementara itu, peserta kegiatan berjumlah 20 orang terdiri, guru PJOK, therapis dan walimurid sekaligus tim PKM dari FIKK dengan mengandeng seluruh guru PJOK SDN/Inkulis, SDLB dan therapis penyandang disabilitas dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang. Serta dosen terdiri dari unesa Dr. Nanik Indahwati, M.Or; Ima Qurrotin S.Pd, M.Pd; Fifukha Dwi Khory, S.Pd, M.Pd; Dr. Dwi Cahyo Kartiko, M.Kes dan Dr.Nurman Romadhon, M.Pd. [why]