Tokoh Filantropi (pendonor dermawan) kelas dunia, Bill Gates, meng-apresiasi program MBG (Makan Bergizi Gratis). Namun Gates lebih merekomendasikan fokus pada upaya anti-stunting. Yakni seribu hari pertama kehidupan (sejak pertama kelahiran) hingga anak berusia 2 tahun. Sehingga sasaran utama MBG, adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 2 tahun. Jumlahnya sekitar 15 juta orang per-tahun. Terlalu banyak jika memberikan makan seluruh anak usia sekolah.
Sejak lima dekade silam (tahun 1975), Indonesia sebenarnya telah memiliki program sistemik KIA (Kesehatan ibu dan anak). Antara lain, melalui gerakan nasional Posyandu (Pos Layanan Terpadu) yang digerakkan oleh ibu-ibu di seluruh kampung seantero nasional. Saa ini terdapat 339 ribu institusi ke-rakyat-an Posyandu, dengan kader aktif pengelola lebih dari 1,1 juta. Tersebar di tiap RT (Rukun Tetangga), dan RW (Rukun Warga), serta desa dan kelurahan. Seiring waktu, Posyandu mengalami berbagai perbaikan layanan, sesuai kebutuhan masyarakat.
Saat ini Posyandu menjadi aliran program Kesehatan pemerintah. Terutama gizi, imunisasi, dan keluarga berencana. Anehnya, program MBG yang dilaksanakan Badan Gizi Nasional (BGN) belum menjalin kesepahaman dengan Posyandu. Padahal, Posyandu, bisa dipastikan lebih tahu keadaan ibu hamil dan ibu menyusui dibanding lembaga pemerintahan. Posyandu, bisa dipastikan memiliki data ibu hamil dan ibu menyusui secara by name by address.
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, menjadikan MBG sebagai Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC). Sudah dilaksanakan secara parsial di seluruh Indonesia. Walau belum merata, tetapi telah melibatkan hampir seribu dapur sebagai Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di 26 propinsi. Realitanya pada awal pelaksaan, MBG tidak disuguhkan setiap hari. Andai (kelak) setiap hari bisa diperkirakan berbagai kesulitan yang akan dihadapi. Lebih lagi pola dapur yang masih “terpusat.” Terasa hampir mustahil bisa melayani puluhan juta sasaran MBG.
Sampai akhir Pebruari 2025, target Presiden Prabowo, terdapat sejuta anak-anak telah menjadi sasaran manfaat program MBG. Berarti hanya diperlukan anggaran sekitar Rp 10 milyar (dengan perhitungan Rp 10 ribu per-porsi setiap anak). Sampai akhir Juni akan menyasar sekitar 6 juta anak sekolah. Patut diapresiasi, karena program MBG tidak dilaksanakan secara tergesa-gesa. Melainkan bertahap dengan berbagai evaluasi. Termasuk berbagai kecemasan anggaran yang bakal diperlukan.
MBG merupakan upaya penopang pemenuhan kebutuhan gizi. Sedangkan asupan gizi utama, tetap dari ASI eksklusif. Berdasar data Riset Kesehatan Dasar, sekitar 52,5% bayi berusia di bawah enam bulan, memperoleh ASI eksklusif. Maka masihdiperlukan berbagai upaya meningkatkan asupan ASI eksklusif, terutama melalui kampanye. Bahkan Puskesmas Surabaya sudah memberi asupan susu khusus (mahal tapi gratis) untuk bayi di bawah satu tahun, dengan berat badan rendah. Baru kemudian disusul MBG pada ibu menyusui.
Bill Gates merekomendasikan (fokus) pada upaya pencegahan stunting. Pemerintah sejak dua dekade lalu telah memiliki program sistemik, termasuk mengandalkan Posyandu. Antaralain bisa di-isi kampanye pemberian ASi eksklusif, konsumsi tablet tambah darah (TTD). Sampai pencegahan pernikahan usia dini, dan intervensi gizi (diantaranya melalui MBG).
Setiap anak Indonesia, sebenarnya dilindungi konstitusi, sebagai HAM (hak asasi manusia). Tercantum dalam UUD pasal 28B ayat (2), dinyatakan, “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.” Berarti hak perlindungan anak sejak hari awal kehidupan (dalam kandungan) sampai usia 2 tahun, hingga usia di bawah 18 tahun. Sehingga negara wajib memenuhi hak anak.
——— 000 ———
