Oleh :
Soekaryo
Penulis adalah Pustakawan Ahli Utama di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur
Bulan suci ramadan merupakan bulan yang penuh rahmat dan barokah, pintu surga dibuka pintu neraka di tutup, setan dibelenggu untuk memudahkan mukminin dan mukminat dalam melakukan puasa dan melakukan kebaikan lainya. Hari ke 17 Ramadan merupakan hari Nuzulul Quran, yang kerap kali diperingati dengan kaum muslim sebagai hari turunnya Al-Quran.
Nuzulul Quran merupakan malam terjadinya peristiwa besar turunnya Al-Quran pertama kali di Gua Hira, pada tanggal 17 Ramadan. Para ulama sepakat ayat yg pertama kali turun awal surat Al-Alaq yaitu Iqra’ artinya “Bacalah. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan seluruh makhluk” (Q.S. Al-Alaq:1-2).
Iqra’ berasal dari kata qaraa-yaqrau-qiraah, menurut Shihab (2002: 392) mengatakan bahwa kata iqra’ berarti menghimpun.
Sebagai gambaran, seseorang merangkai huruf-huruf atau kata-kata maka dia sedang menghimpun. Tidak ada suatu keharusan berbentuk teks sebagai objek bacaan, sehingga arti iqra’ dapat berarti menyampaikan, menelaah, mendalami, membaca dan meneliti.
Nabi Muhammad shollallahu’ alaihi wasallam, menerima perintah yang sangat penting berupa “Iqra'” Perintah untuk membaca tentang bagaimana Allah menciptakan manusia, yang diciptakan dengan keadaan yang sempurna dari segala sisinya. Baik fisik, biologis, psikis, serta segala kerumitan dan kompleksitas yang terdapat di dalamnya. Lebih jauh perintah membaca memiliki makna yang sangat luas, berupa mencari ilmu pengetahuan, memahami, mengkaji, menganalisis, serta mengembangkan pengetahuan.
Ini berbeda dengan pengertian membaca pada umumnya, berdasarkan (KBBI) membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. Menurut Prof. Dr. D. P. E. Soewondo (1983) membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang terkandung dalam bacaan. Sedangkan menurut Prof. Dr. Oemarjati (1986) membaca adalah suatu proses yang melibatkan pengenalan dan pemahaman simbol-simbol tertulis.
Membaca dalam padangan Islam
Ruang lingkup membaca dalam pandangan islam sangat luas tidak hanya sekedar untuk memperoleh pesan yang terkandung dalam bacaan dan pengenalan pemahaman simbol-simbol tertulis, tetapi perintah membaca adalah bentuk menyeru pada umat islam untuk menjadi umat yang berpengetahuan dan maju sehingga dapat berperan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. karena agama Islam bukan hanya agama tentang akidah dan syariah saja, tetapi agama tentang pengetahuan dan peradaban, kebudayaan dan kemasyarakatan, ekonomi dan politik dan puncaknya adalah akhlakul karimah dan kemanusiaan. Membaca mempunyai berbagai macam jenisnya jika dikaitkan dengan objek bacaan yang diinginkan, seperti :
- Membaca Al-Quran yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam, di dalamnya mengandung ayat-ayat tentang iman, hukum-hukum islam, sejarah para nabi dan ummat terdahulu, tentang ilmu pengetahuan, seperti penciptaan alam semesta, kehidupan, dan kematian.
- Membaca segala situasi dan kondisi lingkungan sosial yang berada disekeliling kita, agar dapat disikapi dengan arif dan bijak yang pada gilirannya tercipta suasana ramah dan damai.
- Membaca diri sendiri sebagai cara untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sikap dan perilaku kita sebagai evaluasi untuk menuju manuasia mulia sesauai fitrahnya.
Ramadan bulan gerakan membaca
Bulan ramadan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu kaum muslim dalam rangka memperbaiki diri dan keluarga untuk menjadi lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya, anak-anak dari sejak usia dini, 2 tahun ke atas sdh mulai di ajak untuk dilatih dan dipelajari berpuasa sampai adzan dhuhur, diajak bersama-sama membaca Al Quran, sebagai proses pembiasaan membaca yang disebut juga dengan budaya baca dan melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya dengan harapan mendapatkan pahala dan ridho dari Allah Swt.
Ramadan sangatlah tepat jika dijadikan momentum menaikkan tingkat kegemaran membaca, karena di seluruh dunia umat muslim secara serentak menyambut dangan gegap gempita merayakan ramadan dengan berbagai macam kegiatan termasuk di dalamnya adalah gerakan membaca, walapun secara nasional tanggal 17 Mei diperingati sebagai HARBUKNAS, yang awalnya ditetapkan untuk meningkatkan minat baca.
Dengan semangat Hari Nuzulul Quran, Strategi meningkatkan Kegemaran Membaca tahapannya harus terus menerus dilakukan dengan cara menumbukan minat baca dari sejak dini, mendorong orang tua untuk memberikan contoh dan terlibat didalamnya, mengenalkan buku yang relevan dan menarik, menyediakan perpustakaan yang nyaman dan modern, membangun akses ke berbagai bahan bacaan, memanfaatkan teknologi, mendorong kolaborasi antarsektor, memperbanyak koleksi, memulai membaca dari diri sendiri, jika anak ada di sekolah guru ikut memberikan motivasi dan terlibat di dalamnya, sekolah membuat jadwal membaca untuk anak.
Nilai Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) telah di rilis oleh Perpustakaan Nasional berdasarkan hasil team kajian yang dibentuk secara rutin setiap tahun. Pada tahun 2024 Tingkat Kegemaran Membaca Nasional mendapatkan nilai 72,44%, dengan kategori sedang, naik 5,67% dibandingkan dengan nilai TGM tahun 2023 sebesar 66,77%, untuk Provinsi Jawa Timur TGM tahun 2024 nilai 77,15% dengan ketegori tinggi, naik 7,37% dibandingan dengan nilah TGM tahun 2023 sebesar 69,78 tergolong dalam kategori sedang.
Tingkat kenaikan kegemaran membaca sangat mempengaruhi tingkat literasi masyarakat sehingga memang perlu menjadi ukuran keberhasilan kinerja perpustakaan, namun harus tetap in line dengan tingkat literasi masyarakat karena masyarakat yang literad dapat mengatasi permasalahan yang terkait dengan kesejahteraan dan kemapanan dalam menjalani kehidupan.
Dalam konteks pengetahuan modern, literasi merupakan bagian dari iqra’. Literasi memiliki pengertian yang tidak hanya terbatas pada baca dan tulis saja, tetapi juga melakukan aktifitas membaca, memahami, menganalisis, inovatif serta membawa kemampuan memproduksi suatu barang.
————– *** ——————-