Para siswa ini sedang melakukan pembelajaran biologi moderen berbazis AR Filter di Instagram.
Kota Malang, Bhirawa
Salah satu inovasi yang semakin diminati adalah pemanfaatan 3D modeling berbasis AR filter di media sosial, khususnya Instagram, untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa.
Inovasi ini mendukung upaya modernisasi dalam metode pengajaran, membuat pembelajaran lebih interaktif dan menyenangkan bagi generasi digital.
Mochammad Hilman Amirudin, mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), dan timnya berhasil mengembangkan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi Augmented Reality (AR) dalam bentuk filter 3D di Instagram.
Program ini dirancang untuk membantu siswa memahami materi biologi modern dengan lebih mudah dan mendalam.
“Penggunaan AR filter di media sosial seperti Instagram memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan objek biologi dalam bentuk tiga dimensi. Mereka dapat mempelajari berbagai struktur kompleks dengan lebih visual dan realistis,” ujar Hilman.
Ia menyebut Tujuan utama pengembangan ini adalah untuk merangsang minat siswa dalam pelajaran biologi, terutama dalam memahami topik-topik yang biasanya sulit dibayangkan atau dipahami melalui teks dan gambar dua dimensi. Dengan memanfaatkan teknologi AR, siswa dapat merasakan pengalaman belajar yang seolah-olah nyata tanpa harus berada di laboratorium atau mengakses peralatan canggih yang mungkin sulit dijangkau.
Program ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Tahap pertama melibatkan pembuatan model 3D dari berbagai objek biologi, seperti sel, jaringan, dan organ manusia.
Setiap model dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses melalui filter Instagram dengan mudah oleh siswa maupun guru. Pada tahap selanjutnya, dilakukan pelatihan untuk para pengajar mengenai cara memanfaatkan AR filter tersebut dalam kelas.
“Inovasi ini memberikan kebebasan bagi pengajar untuk mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif. Kami berusaha agar setiap guru dapat mengintegrasikan teknologi ini tanpa kesulitan yang berarti,” jelas Hilman.
Inisiatif ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4, yaitu pendidikan berkualitas. Melalui inovasi ini, diharapkan siswa dapat memperoleh akses pendidikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga relevan dengan kebutuhan zaman modern.
Selain itu, metode pembelajaran berbasis teknologi ini dapat menjangkau siswa di berbagai wilayah, bahkan di daerah yang memiliki keterbatasan fasilitas pendidikan.
“Kami berharap model pembelajaran berbasis AR ini bisa menjadi solusi bagi tantangan pendidikan di Indonesia, terutama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di bidang sains,” pungkas Hilman.
Pelaksanaan kegiatan ini mendapat respon positif dari berbagai kalangan, terutama dari para pengajar dan siswa yang merasakan langsung manfaatnya. Inovasi ini juga membuka peluang bagi siswa untuk belajar secara mandiri di luar jam sekolah, karena filter dapat diakses melalui platform yang mereka gunakan sehari-hari.
Hal ini membuat proses belajar tidak lagi terbatas oleh ruang kelas, melainkan dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan generasi muda akan lebih tertarik untuk mendalami ilmu biologi dan sains pada umumnya.
Pembelajaran berbasis teknologi seperti AR tidak hanya membantu memahami konsep yang sulit, tetapi juga membentuk pola pikir kritis dan inovatif pada siswa.
Inovasi ini menunjukkan bahwa teknologi dapat dimanfaatkan untuk menciptakan pendidikan berkualitas dan relevan, sejalan dengan semangat SDGs untuk memberikan akses pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat. (mut.hel).
