Kota Madiun, Bhirawa.
Bulan Suro menandakan tahun baru penanggalan Jawa-Islam yang dipercaya sarat akan makna. Berbagai kegiatan pun dilakukan untuk menyambut datangnya bulan sakral ini. Salah satunya adalah Bersih Desa, yaitu tradisi yang digelar sebagai wujud rasa syukur atas berkah yang telah diberikan Tuhan. Biasanya, kegiatan Bersih Desa dilaksanakan bersamaan dengan Selametan, Doa Bersama, dan Tumpengan.
Di tengah Kota Madiun yang modern, tradisi Bersih Desa masih dilaksanakan dan tetap lestari. Salah satunya oleh Kelurahan Pangongangan Kecamatan Manguharjo Kota Madiun, yang melaksanakan kegiatan tersebut di Makam Mbah Ronje, pada Sabtu (3/8).
Mbah Ronje adalah leluhur yang dahulu menjadi abdi dalem sekaligus peronce (perangkai) bunga Bupati Madiun. Tampak hadir dalam acara tersebut, Pj. Wali Kota Madiun Eddy Supriyanto yang didampingi oleh Lurah Pangongangan Eva Anjarika Rahmawati.
Dalam sambutannya, Pj. Wali Kota memberi apresiasi atas digelarnya tradisi ini. “Ini adalah wujud rasa syukur sekaligus bentuk budaya kita, guyub rukun, dan pengamalan Pancasila yang tepat,” ungkapnya.
Acara tersebut juga dihadiri oleh LPMK Kelurahan Pangongangan, Ketua RT dan RW, tokoh agama, tokoh masyarakat, Sanggar Kesenian Pangongangan, Persaudaraan Pencak Silat Rasa Tunggal, serta warga Kelurahan Pangongangan.
Acara yang dilaksanakan setiap tahun tersebut diisi dengan Doa Bersama dan Potong Tumpeng. Harapannya, ini menjadi upaya dalam menjaga tradisi baik serta wujud nyata dari kebersamaan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Selain itu, karena naiknya suhu musim ini, Pj. Wali Kota juga memberikan arahan terkait penanaman pohon di tiap rumah. “Tanam pohon tiap rumah biar sejuk, serta tetap jaga lingkungan, karena tubuh yang sehat dimulai dari lingkungan yang bersih,” pungkasnya. [dar.wwn]
