Pemkot Batu, Bhirawa
Wali Kota Batu, Nurochman mengingatkan agar semua pihak tidak boleh membiarkan apel di Kota Batu hanya menjadi kenangan atau simbol semata.
Apel harus terus tumbuh, seperti harapan terhadap pertanian Kota Batu. Untuk itu ia mengajak para petani muda di kota ini untuk melakukan transformasi dan inovasi dalam praktik bertani.
Dalam upaya menjaga identitas dan potensi besar sektor pertanian Kota Batu, Nurochman mengajak seluruh masyarakat, terutama generasi muda untuk tidak melupakan akar agraris kota ini. Hal ini perlu dilakukan dengan menerapkan teknologi cerdas seperti, smart farming dan hidroponik.
Upaya ini juga menjadi bagian dari visi besar pemerintah kota untuk mensinergikan dunia pariwisata dengan dunia pertanian agar tidak terjadi trade-off.
“Kami ingin pertanian di kota wisata ini menjadi atraktif, modern, dan membanggakan. Tidak ada lagi kesan ketinggalan zaman bagi para petani,” tegas Nurochman, Kamis (19/6).
Ia menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Batu terus berkomitmen untuk memperkuat sektor pertanian sebagai pondasi kemandirian dan keberlanjutan daerah. Hal ini dilakukan dengan melakukan beberapa langkah penting, di antaranya dengan melakukab Pelatihan Literasi Smart Farming dan Hidroponik.
Dengan pelatihan ini diharapkan bisa menggerakkan para petani muda untuk mendukung program ketahanan pangan. Dalam pelatihan yang diikuti oleh 35 peserta dari masyarakat umum ini menghadirkan narasumber muda seperti, Rakhmad Hardiyanto yang seorang millennial entrepreneur bidang pertanian.
“Dalam pelatihan, peserta pelatihan dibekali keterampilan langsung dalam teknik bercocok tanam hidroponik serta mendapat media tanam untuk dipraktikkan di rumah,” jelas Nurochman.
Selain pelatihan ini, komitmen pemkot dalam mengembangkan pertanian dengan mengejar kontrak kerja sama bersama off taker dan buyer dari luar negeri. Hal ini dilakukan agar sektor pertabian Kota Batu bisa menjadi sebuah industri yang berdaya saing global.
Di bulan ketiga tahun ini, Pemkot Batu telah menggandeng berbagai pasar lokal untuk menyerap hasil panen petani. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani, serta mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian yang lebih modern dan terintegrasi.
Diketahui, produksi pertanian Kota Batu cukup besar dan beragam. Berdasarkan data Pemkot Batu tahun 2024, produksi tanaman sawi menjadi yang terbanyak di Kota Batu dengan total produksi mencapai 10.119 ton.
Komoditas tanaman lain dengan produksi terbesar adalah wortel sebanyak 9.122 ton, disusul tomat yang mencapai 8.407 ton.
Adapun pada jenis tanaman buah-buahan tahunan, jeruk siam/keprok menjadi komoditas utama dengan produksi mencapai 33.711 ton.
Kemudian diikuti apel sebesar 14.028 ton. Sementara untuk tanaman biofarmaka, produksi jahe mencatat angka tertinggi dengan capaian 812,80 ton pada tahun 2024.
Dengan potensi besar yang dimikiki, diharapkan sektor pertanian Kota Batu dapat berkembang menjadi industri yang kompetitif karena itu pemkot telah melakukan kontrak kerja sama bersama off taker dan buyer dari luar negeri. [nas.dre]