32 C
Sidoarjo
Saturday, April 19, 2025
spot_img

Menahan Resesi Global

Seluruh dunia sedang galau menghadapi Trump-effect, dampak kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dengan dalih “Darurat Ekonomi,” Trump meningkatkan tarif dagang sepihak. Bukan hanya kepada “musuh utama” (China), melainkan kepada seluruh negara. Tak terkecuali sekutu AS (Uni Eropa), juga Indonesia, yang bakal menerima tarif 32%. Menkeu Sri Mulyani, menggambarkan “alarm” (kemerosotan) sudah berbunyi, tapi tidak perlu panik.

“Alarm” kemerosotan ekonomi setidaknya tergambar dengan penutupan perdagangan (trading halt) saham Bursa Efek Indonesia (BEI). Karena IHSG terkoreksi 6,12%. BEI kemudian mengubah persyaratan kemerorotan perdagangan menjadi 8% (semula5%). Bertujuan terhindar trading halt. Namun baru dibuka setelah lepas lebaran, IHSG langsung merosot tajam sebesar 598,56 poin (setara 9,19%). Sudah melampaui persyaratan kemerosotan bursa (8%). Maka seketika itu pula perdagangan dihentikan lagi selama 30 menit.

Kemerosotan ekonomi juga ditunjukkan dengan tren semakin runtuhnya nilai rupiah, saat ini Rp 16.795,- per-US$. Mirip suasana nilai kurs saat resesi ekonomi tahun 1998 (pada bulan Juni), persis sebulan setelah pak Harto lengser. Mata uang negeri tetangga juga menguat lebih kokoh dibanding rupiah. Antara lain dolar Taiwan, Yen (Jepang), dan Won Korea, naik lebih dari 1,1%.

Pemerintah (dan daerah) seyogianya meningkatkan stimulan perekonomian dengan menggencarkan realisasi belanja dari APBN, dan APBD (propinsi serta kabupaten, dan kota). Terutama selepas bulan Ramadhan, perekonomian akan me-lesu. Karena selama sebulan Ramadhan, biasa menjadi periode puncak perbelanjaan. Bahkan sangat kolosal, sangat mujarab mengatrol perekonomian. Walau kalangan pedagang ritel di sentra belanja di kota-kota besar, menyatakan penurunan omzet.

Berita Terkait :  Minyakita (Selalu) Gaduh

Ke-gairah-an ekonomi bisa jadi akan tersembul karena Trump mengendur dalam penentuan tarif. Konon masih akan dipertimbangkan lagi, sembari menunggu respons beberapa negara. Terutama Tiongkok, Kanada, dan Meksiko, yang tak gentar. Serta pasti membalas tarif impor mahal. Sedangkan Indonesia, berama komunitas ASEAN memilih tidak membalas, melainkan berunding. Banyak data yang salah, sehingga menetapkan tarif yang salah pula.

Untuk Indonesia diberikan tarif sebesar 32%. Karena berdasarkan hitungan tim Trump, Indonesia mematok tarif sampai 64% untuk produk Amerika Serikat (AS). Terutama minuman keras, beralkohol tinggi (sampai ada yang 80%). Ini bisa dimengerti, karena Indonesia merupakan negara dengan jumlah musim terbesar di dunia (sebesar 87%, setara 243 juta jiwa). Sehingga sangat ketat mengontrol peredaran minuman keras. Hanya terdapat di hotel, serta toko ber-izin khusus.

Berdasar catatan The United Nations Conference of Trade dan Development (UNCTAD) terdapat minuman keras dengat tarif masuk sangat tinggi, sampai 150%. Minuman beralkholo tinggi yang populer di Indonesia, antara lain, vodka, tafia, geneva, liqueur, dan wiski. Sekain minuman keras, tarif masuk produk dari AS ke Indonesia, cukup rendah. Rata-rata berkisar 7%-8%. Sedangkan rata-rata tarif barang Indonesia yang diekspor ke AS, sebesar 2,19%.

Tetapi barang Indonesia yang diekspor ke AS tergolong kebutuhan sekunder dan tersier. Seperti peralatan listrik, permesinan, dan produk fesyen (pakaian jadi). Juga meng-ekspor minyak sawit, minyak nabati, kopi, dan kakao. Serta mengekspor alas kaki. Total ekspor Indonesia ke AS, senilai US$28,1 milyar. Sedangkan ekspor AS ke Indonesia senilai US$10,2 milyar. Ekspor AS ke Indonesia tergolong komoditas sangat strategis, karena me;liputi bahan pangan pokok. Antara lain kedelai, jagung, dan daging sapi. Juga peralatan medis, obat-obatan dan farmasi.

Berita Terkait :  Bekal Spirit Ramadan

Impor Indonesia dari AS, tergolong menguntungkan petani, dan pengusaha AS. Sedangkan ekspor Indonesia ke AS, hanya menguntungkan pengusaha (industri).

——— 000 ———

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru