25 C
Sidoarjo
Saturday, May 24, 2025
spot_img

Dunia Penulis dan Aktivis dalam Novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Judul Buku: Cinta Tak Pernah Tepat Waktu
Penulis: Puthut EA
Peresensi : Malik Ibnu Zaman
Penerbit: Buku Mojok
Tahun Terbit: Cetakan kedelapan, November 2019
Tebal Buku: vi + 256 halaman
ISBN: 978-623-7284-20-8

Puthut EA lahir di Rembang, Jawa Tengah pada 28 Maret 1977. Ia merupakan penulis yang produktif. Tercatat lebih dari 30 judul buku ia tulis, baik fiksi maupun non fiksi. Salah satu karyanya bahkan sudah difilmkan. Karya tersebut adalah novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu. Novel ini dialihwahanakan menjadi film dengan judul yang sama, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu (2025). Film ini disutradarai oleh sutradara kawakan Hanung Bramantyo.

Novel ini menggunakan alur campuran. Lalu cerita dalam novel ini saling berloncatan. Cerita yang berloncatan inilah yang menyebabkan bingung apa sih yang diceritakan. Tetapi di tengah cerita kita akan menemukan titik terang. Sehingga untuk memahami apa sih yang diceritakan dalam novel ini harus membaca secara utuh.

Dalam dalam novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu Puthut menggunakan sudut pandang orang pertama Aku. Penulis memulai cerita dengan gaya penulisan yang informatif dan deskriptif. Menggunakan pemilihan diksi yang tepat, sehingga menciptakan irama khas, membuat pembaca larut dalam alunan kata-kata yang indah. Estetika pembuka ini mengingatkan saya pada sosok Begawan Sastra dari Banyumas, Ahmad Tohari.

“Ini semua seperti sebuah pagi yang mendung. Aku waswas. Aku punya agenda kencan dengan seseorang, berjalan kaki berdua, mengitari sebuah taman dengan pepohonan yang besar, di sore hari,” demikian penggalan paragraf dalam novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu (hal 1).

Berita Terkait :  Mengampanyekan Paradigma Baru Pengelolaan Sampah

Tokoh aku dalam novel ini merupakan seorang penulis yang mengalami berbagai lika liku dalam hidupnya. Mulai dari ditinggalkan sang pujaan hati. Inilah yang menyebabkan ia mengalami apa yang disebut keraguan untuk menjalani kehidupan yang serius. Alahasil beberapa perempuan yang datang dalam hidupnya hanya cuman singgah saja sebentar.

Tak hanya mengalami persoalan cinta yang rumit. Tokoh aku juga mengalami persoalan lainnya seperti hampir drop out dari kampus. Lalu ia harus menerima kenyataan pahit bahwa organisasi mahasiswa yang selama ini ia bela dan perjuangkan dengan gigih justru seolah mengkhianati cita-citanya. Alih-alih membawa perubahan untuk bangsa, organisasi itu malah terseret ke dalam pusaran kekuasaan politik.

Sosiologi Pengarang
Latar belakang Puthut sebagai seorang penulis dan aktivis memberikan warna tersendiri dalam novel ini. Ia menyelipkan kehidupannya sebagai aktivis dan penulis ke dalam tokoh aku. Hal ini dapat terlihat dari tokoh Aku yang sering bangun siang. Faktanya memang banyak penulis yang bangun siang, mereka kerap bekerja hingga larut malam.

“Aku malah segera menyalakan komputer, menekuni lagi sebuah proyek penelitian yang sedang kukerjakan. Jam di pojok kanan bawah monitor menunjukan pukul sebelas siang lebih sedikit,” itulah penggalan paragraf dalam novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu (hal 1) berkaitan dengan tokoh Aku yang bangun tidur langsung menyalakan komputer.

Berita Terkait :  Babinsa Koramil 0830/19 Karangpilang Dukung Hanpangan Bagikan Bibit Ikan Nila

Cerita lainnya berkaitan dengan tokoh Aku adalah di mana tokoh Aku ini di dunia aktivis dipercaya sebagai anggota tim agitasi dan propaganda. Hal ini mirip sekali dengan Puthut EA yang memang semasa di dunia pergerakan berjibaku dengan hal-hal demikian.

Lalu dalam novel diceritakan sekilas tentang tokoh Aku yang bergabung dengan sebuah kelompok diskusi politik, tapi segera keluar setelah mendatangi seorang intelektual tua dan disuir, “Kamu masih muda jangan banyak diskusi. Pergi dan angkat senjata!” Dan Puthut pernah menceritakan bahwa ia pernah berkunjung ke rumah Y.B. Mangunwijaya yang lebih dikenal dengan nama Rama Mangun. Namun diusir dengan dilempar sandal.

Tokoh Aku yang kuliahnya hampir drop out, mirip sekali dengan penulis. Bedanya adalah tokoh Aku jurusan Sejarah, sementara Puthut jurusan Filsafat. Lalu di akhir cerita digambarkan tokoh Aku dekat dengan penulis besar seperti Eka Kurniawan, Puthut EA, Muhidin M. Dahlan.

Tokoh Aku dalam novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu jelas dipengaruhi oleh latar belakang Puthut EA sebagai penulis dan aktivis. Jangan-jangan, Aku memang representasi dari Puthut sendiri.

Secara keseluruhan, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu bukan sekadar kisah tentang cinta yang penuh ketidakpastian, tetapi juga refleksi mendalam tentang kehidupan, perjuangan, dan pencarian makna.

Dengan gaya penceritaan yang khas, novel ini membawa pembaca menyelami pengalaman emosional dari tokoh Aku, yang saya kira begitu dekat dengan sosok Puthut EA sendiri. Bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam dunia kepenulisan, aktivisme, dan dinamika sosial yang dihadapi generasi muda, novel ini menjadi bacaan yang layak untuk dibaca.

Berita Terkait :  RSUD Jombang Gelar Forum Konsultasi Publik

Penulis:
Malik Ibnu Zaman
Lahir di Tegal Jawa Tengah. Menulis cerpen, puisi, esai, dan resensi yang tersebar di beberapa media online. Buku pertamanya sebuah kumpulan cerpen berjudul Pengemis yang Kelima (2024). Sekarang sedang menempuh studi di jurusan Sastra Indonesia Universitas Pamulang.

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru