31 C
Sidoarjo
Tuesday, December 3, 2024
spot_img

Gen Z dan Pergeseran “Makna” Bekerja

Oleh :
Rahmad Hakim
Kaprodi Ekonomi Syariah, Universitas Muhammadiyah Malang

Berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) RI, dinyatakan bahwa sekitar 9,9 juta penduduk Indonesia muda merupakan pengangguran. Beberapa hal yang mendasari fenomena di atas, diantaranya adalah mismatch (ketidakcocokan) antara keahlian (skill) yang dimiliki oleh Gen Z dan kebutuhan pasar kerja, setidaknya hal ini menurut Kementerian Ketenagakerjaan.

Selain itu, adanya Gap Generation (Jarak generasi) pada sebuah perusahaan juga mempengaruhi banyaknya Gen Z yang menganggur. Perbedaan mencolok terjadi pada Generasi Z maupun Millenial dengan generasi sebelumnya, yaitu Generasi Baby Boomers, adalah: perbedaan preferensi dalam prinsip -prinsip bekerja, kebebasan berkespresi dalam bekerja, felskibilitas dalam waktu kerja dan cara kerja hingga keseimbangan pola hidup antara kehidupan pribadi dan bekerja (work-life balance). Hal ini ditengarai berpengaruh terhadap motivasi kerja Gen Z di tempat kerja mereka.

Selanjutnya, faktor lain yang mengakibatkan banyaknya pengangguran pada Gen Z adalah permintaan terhadap gaji yang layak. Dalam konteks ini, gaji yang layak merupakan idaman semua orang yang bekerja. Namun meminta gaji layak tanpa ada urgensi, baik dari pihak perusahaan maupun karena kinerja karyawan yang outstanding, merupakan sebuah masalah. Sementara dari sisi Gen Z, gaji yang kurang layak akan berpengaruh terhadap motivasi dan etos kerja mereka. Semakin tidak layak gaji mereka, semakin mereka kurang termotivasi.

Padahal, loyalitas dalam sebuh iklim dunia kerja adalah yang pertama untuk diberikan, selanjutnya akibatnya adalah gaji yang layak. Tapi bagi Gen Z, loyalitas kepada sebuah lembaga akan diberikan setelah di mendapatkan Gaji yang layak.

Berita Terkait :  Lawan Ujaran Kebencian Melalui Penguatan Literasi Digital

Berangkat dari fenomena ini, setidaknya terjadi pergeseran ‘makna’ bekerja bagi para Generasi Z. Atau dari perspektif outsider, bahwa Gen Z adalah orang yang malas dan kurang motivasi, malas-malasan dan kurang inisiatif.

Hal ini menemui realitasnya, dimana 60% pengusaha mengakui telah memecat karyawan Gen Z yang mereka rekrut tahun ini. Bahkan berdasarkan rilis majalah Forbes, setidaknya terdapat beberapa alasan Utama mengapa Gen Z banyak yang dipecat dari pekerjaan mereka, yaitu: Kurangnya motivasi dan inisiatif dalam bekerja (50%), rendahnya profesionalitas dalam bekerja (46%), Kurang kapasitas dan kapabilitas dalam sebuah organisasi (42%), kemampuan komunikasi yang rendah (39%), rendahnya keterampilan dalam merespon umpan balik (feedback) dari atasan atau klien (38%).

Hal-hal di atas terjadi berdasarkan riset dari Harvard Law School tahun 2022, ditemukan fakta bahwa para karyawan Gen Z ini baru masuk kerja selama pandemi covid-19 terjadi, sehingga pola kerja mereka sangat erat dengan komunikasi via gadget dan media sosial, kemampuan untuk menyesuaikan dengan ritme kerja organisasi seperti mengadakan rapat tim sukar untuk dilakukan.

Fokus Keunggulan Gen Z
Setidaknya, terdapat tiga kata kunci yang menjadi keunggulan Gen Z dalam konteks dunia kerja, yaitu: fasih dalam penggunaan teknologi (tech savvy), fleksibilitas (flexibility) dalam bekerja dan dampak kongkrit sebuah pekerjaan (value based).

Teknologi semakin dengan berkambangnya zaman menempati tempat yang sangat penting. Khususnya penggunaan internet. Maka zaman ini dikatkan sebagai zaman intenet of Things (segala sesuatu conncted to internet). Beberapa pekerjaa muncul seiring berkembangnya teknologi, misalnya: Digital Marketing dan Social Media Management, Developer dan IT, Content Creator, Freelancer, pekerjaan inilah yang sesungguhnya cocok bagi Gen Z.

Berita Terkait :  Pendidikan Tinggi yang Kritis dan Membahagiakan

Disebabkan lahir antara pertengahan hingga akhir 1990-an dan awal 2010-an, Generasi Z merupakan generasi yang tumbuh dan lahir seiring dengan pesatnya kemajuan technologi dan internet, generasi ini lahir bersamaan dengan kemunculan smartphone serta beragam media sosial seperti Facebook, Instagram dan WhatsApp yang merevolusi tatanan kehidupan, dari gaya komunikasi hingga perilaku konsumsi dan gaya hidup.

Generasi ini tidak asing dengan berbagai alat dan aplikasi online dan artificial intellegence seperti zoom meeting, Trello dan webex yang dapat mendukung kinerja mereka. Maka dari itu, digitalisasi merupakan hal yang penting untuk memaksimalkan keunggulan Gen Z, misalnya penggunaan Sistem infomasi manajemen di perusahaan, digitalisasi arsip, digitalisasi absensi kehadiran dan key performance indicator (KPI). Digitalisasi juga dapat memudahkan komunikasi dan kolaborasi dengan pihak-pihak lain dalam rangka pengembangan perusahaan.

Dalam konteks gaya kerja, Gen Z cenderung menginginkan fleksibilitas (flexibility) dalam bekerja, dan merasa kurang sesuai dengan sistem kerja yang tradisional dan serba hirarkis dan teratur, akibatnya benerasi ini tidak mudah untuk beradaptasi di perusahaan yang masih konvensional. Selain itu, akibat kebiasaan yang serba cepat dan instan, generasi ini juga kurang memiliki ketabahan dan ketelatenan untuk meniti karier yang panjang dan membutuhkan proses yang tidak sebentar dan tidak linear.

Peran Penting Perusahaan
Pada akhirnya, diperlukan usaha untuk saling memahami antara pekerja (Gen Z) dan perusahan dimana Gen Z bekerja, bahwa memang zaman telah berubah, dan diperlukan penyesuaian-penyesuaian dalam liengkungan kerja yang tidak harus serba struktur, terjadwal, ketat dalam berdisiplin dan sebagainya. Namun dalam sisi pekerja, dimana Gen Z sebagai subjeknya, harus mampu untuk memahami kondisi dan struktur maupun budaya organisasi suatu perusahaan. Sehingga terjadi usaha sinergis antara kedua belah pihak, sehingga tidak menyalahkan salah satu pihak saja dalam hal budaya kerja.

Berita Terkait :  Kontraksi Daya Beli Minim

Guna memastikan investasi pada SDM yang unggul pada Gen Z, diperlukan pengembangan budaya organisasi dan budaya kerjas yang sinergis dengan kecenderungan Gen Z dalam hal fleksibilitas kerja dan pemaknaan dalam bekerja. Tanpa keduanya, maka perusahaan tidak akan mampu untuk menarik talenta terbaik dari gen Z yang menjadi harapan di masa mendatang. Sebab generasi ini diprediksi akan semakin berperan dan dominan di dunia kerja, mengingat populasi generasi saat ini sudah mencapai 60% lebih.

Selain itu, diperlukan skema yang menarik bagi Gen Z dalam orientasi dan pengembangan karier mereka di masa mendatang. Sebab mereka akan sangat exited jika diberikan ruang untuk pengembangan diri seperti kesempatan untuk mempelajari hal-hal baru, seperti trainning, mentoring dan kolaborasi. Pemenuhan terhadap ini akan mampu untuk menciptakan masa depan yang gemilang bagi perusahaan, dengan peningkatan produktivitas kerja, inovasi dan kreatifitas.

———— *** ————–

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img