Surabaya, Bhirawa
Dosen Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) menyatakan bahwa pasok mobil listrik dapat menjadi peluang bisnis Indonesia.
Banyaknya mobil listrik bermuculan menjadikan kesempatan bisnis bagi indonesia, walapun belum mampu memproduksi mobil listrik secara penuh. Tetapi bangsa kita memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Rabu, (14/5/2025)
Dosen Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Ubaya, Prof Ir Joniarto Parung, PhD, IPU, menjelaskan bahwa Indonesia memiliki nikel terbesar sebagai komponen utama lithium-ion, hal tersebut menjadikan sangat strategis dalam global value chain kendaraan listrik.
“Terutama bagi manufaktur baterai, hal tersebut jadi peluag besar karena masyarakat kini mulai beralih ke mobil listrik.” Jelasnya.
Lanjut Prof. Joni mengatakan peluang terlihat penguat posisi sebagai basis perakit listik CKD dan SKD (Completely Knocked Down dan Semi Knocked Down) dan termasuk termasuk penciptaan kebijakan untuk akselerasi kendaraan bermotor listrik.
“Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan PPnBM 0%, target local content regulation untuk mencapai minimal 60% di tahun 2027 hingga 2029,” ujar Prof. Joni.
supply chain atau rantai pasok merupakan proses panjang yang memerlukan keterlibatan banyak pihak serta infrastruktur yang terintegrasi, tambah Prof. Joni, dimana sarana prasarana jalan, pelabuhan, percepatan durasi bongkar muatan serta kebijakan pemerintah, dari situ infrastruktur sangat penting.
“Negara Malaysia dan Singapore hanya perlu hitungan jam sampai 1 hari untuk bongkar muat atau dwelling time untuk loading ke kapal, infrastruktur kita miliki harus cukup tangguh untuk loading dan bongkar muat, terutama titik-titik krusial seperti pelabuhan ekspor” imbuhnya.
Prof. Joni berpendapat dalam peluang tersebut Indonesia perlu mempersiapkan SDM mumpuni, kita bisa belajar ke negara lain untuk memiliki proses rantai pasok canggi dan ditiru.
“SDM menjadi kunci utama, karena belum banyak, semisal ada perlunya training terlebih dahulu, kita ambil contoh bisa belajar ke negara Cina bagaimana mereka membangun sistemnya, dari infrastruktur, pendidikan sumber daya manusia yang sangat masif, hingga perizinan yang terintegrasi,” tuturnya.
Dosen Magister Teknik Industri Fakultas Teknik Ubaya melihat system pasok Indonesia belum terintergrasi, berpendapat pentingnya integrasi data, dan juga peraturan pemerintah antar daerah yang sering berbeda.
“Jaminan kontinuitas adanya bahan baku supply chain Indonesia masih tidak terlalu kuat, integrasi data akan membuat prosesnya lebih efektif, seperti mengatur kapan beli bahan baku, berapa banyak bahan yang sudah ada supaya tidak banyak menyimpan di gudang,” pungkas Prof. Joni.
Prof. Joni berpendapat masyarakat juga memiliki peranan besar untuk mendorong proses rantai pasok menjadi lebih efektif, yaitu dengan mengonsumsi produk andalan Indonesia.
“sepeti furniture atau tekstil, Adanya demand yang bertumbuh akan mendorong rantai pasok yang dinamis. pengaruhnya juga kembali ke kita, misalnya penjahit, benang dari perkebunan kapas atau juga hasil laut dan hasil pertanian, semakin banyak permintaan, maka semakin banyak penggerak yang terlibat,” ucapnya.[ren.ca]


