DPRD Tuban, Bhirawa
Wakil Ketua Komisi 4 DPRD Tuban, Asep Nur Hidayatullah menyayangkan pernyataan Direktur RSUD dr. R. Koesma Tuban, Dr. H. Moh. Masyhudi di sejumlah media yang mengapresiasi Rumah Sakit Swasta dari pada berbenah dalam memberikan pelayanan pada pasien.
Hal ini setelah ditemukan peristiwa pihak RSUD dr Koesma Tuban memulangkan pasien balita dari IGD oleh dipulangkan oleh dokter jaga Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena dianggap penyakitnya bisa rawat jalan.
Kejadian ini terjadi pada Jumat (25/4/2025) malam sekitar pukul 19.00 Wib, pasien balita atas nama Rasyid yang baru berumur 9 bulan di bawa orang tuanya ke IGD karena kondisi badan melepuh di bagian pantat dan muka lebam.
“Pihak RSUD agar hati-hati dan mengevaluasi pelayanan terutama di IGD karena kejadian tersebut, dan pihak RSUD harus bertanggung jawab hingga sembuh agar pasien yang merasa dirugikan juga tidak kecewa dengan RSUD,” kata Asep Nur Hidayatullah saat dikonfirmasi Bhirawa (29/04/2025).
Diceritakan oleh Sutrisno Puji Utomo Rasyid, orang tua Rasyid. Pada saat itu anaknya hanya di cek suhu tubuhnya dengan 37 derajat Celcius.
Dan saat dicek kondisi badannya ditemukan ada bagian badan yang melepuh. Setelah itu, pasien hendak diberi antibiotik dan ibu si anak menanyakan kepada perawat/dokter jaga hendak disuntik lewat infus atau langsung ke kulit.
Mendapat jawaban disuntik langsung ke kulit, orang tua Rasyid menolak karena merasa kasihan. Pihak keluarga maunya disuntik lewat infus.
Akhirnya antibiotik tidak jadi diberikan ke pasien, dan berdasarkan hasil diagnosa dokter jaga IGD pasien boleh pulang dengan resep dokter karena alergi biasa.
“Saya belum sempat daftar rawat inap. Kurang dari satu jam, anak saya dipulangkan dengan kondisi badan sudah melepuh. Padahal kami ingin rawat inap karena saat dirumah kondisi anak sudah ruam merah bagi ketiak, dan punggung. Sempat juga kejang dan gemetar, tapi dianggap oleh dokter jaga bisa dirawat jalan karena alergi biasa,” ujar Sutrisno (29/4/2025).
Sutrisno menambahkan, setelah dipulangkan dari IGD RSUD Koesma pasien kemudian diberi obat berdasarkan resep dokter dan kondisinya semakin parah dengan kondisi kulit seperti luka bakar 80 persen.
Tidak tega melihat buah harinya, keesokan harinya pada Sabtu (26/4/2025) sekitar pukul 06.00 Wib Rasyid dibawa ke RS Medika Mulia Tuban.
Hasilnya, pihak RS Medika menanyakan sejak kapan kejadiannya dan kondisi anak seperti ini. Diagnosa dengan cepat dilakukan. Hasilnya pasien mengalami panas dalam yang memicu kulit luar melepuh dan ruam merah.
“Pihak RS Medika lalu mengambil sampel darah Rasyid dan hasilnya ada infeksi,” imbuh pria yang saat ini menjabat anggota komisioner Bawaslu Kab. Tuban.
Orang tua Rasyid awalnya menduga anaknya terkena Impetigo. Penyakit ini sejenis infeksi kulit yang menular, terutama menyerang anak-anak, ditandai dengan luka merah dan lepuhan berisi cairan yang kemudian membentuk kerak kuning atau cokelat.
Penelusuran di internet menyebutkan, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes. Impetigo biasanya muncul di wajah, terutama di sekitar hidung dan mulut, tetapi juga bisa di tangan, kaki, dan area popok.
Tapi, hasil diagnosa awal Rasyid terkena Sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik (SJS/TEN). Pasien yang terkena penyakit ini kondisi kulitnya mengelupas yang sangat serius yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obatan atau suatu penyakit.
“Setelah saya lihat di internet, jika terlambat penanganannya penyakit SJS ini bisa mengancam nyawa anak,” jelasnya.
Atas kejadian ini, Tris berharap tidak terulang kasus serupa ke anak lain di Kabupaten Tuban. Untuk dokter jaga IGD dalam mendiagnosa agar lebih hati-hati dan teliti, jangan asal diagnosa kemudian disuruh pulang.
“Kami tidak mempersoalkan tindakan dokter, karena ini adalah kecelakaan. Semoga tidak anak lain yang senasib dengan Rasyid,” harapnya.
Kini, Rasyid sudah dirawat di RS Medika selama 4 hari. Ada tiga dokter yang menanganinya, yakni dokter spesialis anak, spesialis kulit dan dokter mata. Dokter mata turun tangan untuk memastikan bahwa luka di bagian mata pasien tidak mengganggu penglihatan.
Terpisah, Direktur RSUD dr. R. Koesma Tuban, Dr. H. Moh. Masyhudi mengatakan, bahwa tindakan dokter jaga benar sesuai hasil diagnosa awal. Pemberian resep obat jalan diharapkan pasien bisa kontrol kembali ke RSUD jika ada belum ada perubahan.
“Saya juga betulkan pasien dibawa ke RS Medika karena orang tua juga ingin anaknya cepat sembuh. Untuk pemulangan pasien, karena menurut dokter jaga bisa dengan obat jalan,” terang Direktur Masyhudi ketika dikonfirmasi di ruangannya.
Soal pemberian antibiotik ke anak, Direktur menyebut bahwa jika orang tidak menolak untuk disuntik mungkin reaksi pada anak akan berbeda. Waktu itu, orang tuanya mungkin kasihan pada anaknya dan ingin antibiotik diberikan lewat infus. Akan tetapi, menurut dokter jaga pasien cukup dengan obat jalan.
Terlepas dari apa yang telah terjadi, pihak RSUD telah memanggil dokter jaga yang bertugas menangani pasien anak Rasyid dan akan mengevaluasi pelayanan agar lebih baik. Dokter Masyhudi menilai bahwa SJS ini penyakit langka atau jarang terjadi.
“SJS ini jarang terjadi dan penanganannya butuh banyak disiplin ilmu. Saya pribadi mengapresiasi pelayanan cepat dari RS Medika,” ujarnya.
Direktur RSUD juga telah menekankan kepada dokter jaga di IGD untuk tidak menyepelekan apa yang nampak dari pasien. Sebaliknya, feeling sebagai dokter harus dijalankan. [hud.dre]


