26 C
Sidoarjo
Monday, March 17, 2025
spot_img

Keekonomian Ramadan

Bank Indonesia (BI) menjejaki tren konsumsi meningkat, tetapi porsi tabungan berkurang pada semua level (kaya, menengah, dan miskin). Daya beli makin menyusut. Tetapi konsumsi (nilai dan ragam belanja) pada bulan Ramadhan meningkat. Bukan disebabkan sifat konsumsitf, melainkan ke-saleh-an sosial yang meningkat. Sehingga bulan Ramadhan diharapkan benar-benar menjadi pengharapan satu-satunya menyelamatkan perekonomian nasional. Karena pengeluaran konsumsi rumah tangga bagai “meroket.”

Seluruh ragam belanja mengalamai kenaikan. Terutama belanja makanan dan minuman, dan belanja sandang. Sepintas terasa aneh, karena bulan Ramadhan seharusnya mengurangi konsumsi, dan mencegah nafsu. Namun sebenarnya, terjadi peningkatan ke-saleh-an sosial, karena setiap muslim ingin meningkatkan sedekah. Terutama makanan (dan sedekah uang) saat berpuasa. Begitu pula belanja sandang menunjukkan tren peningkatan. Terutama sarung, dan perlengakapan shalat untuk perempuan.

Maka penarikan uang di perbankan semakin meningkat. Ramadhan tahun (2025) ini BI menyiapkan uang layak edar sekitar Rp 181 trilyun. Dipastikan akan ludes. Karena tahun (2024) lalu, penukaran uang di BI mencapai Rp 197,6 trilyun. Yang menarik, penukaran uang mayoritas tergolong UPB (Uang Pecahan Besar, minimal Rp 20 ribu), mencapai Rp 172,8 trilyun. Penukaran uang di BI saat bulan Ramadhan biasanya tumbuh sekitar 4,5%.

Menurut penjejakan Direktur Program INDEF, nilai ke-ekonomi-an mudik lebaran saja (tahun 2024), ditaksir mencapai Rp 320 trilyun. Belum termasuk belanja bahan pangan, dan belanja aneka sandang (pakaian) saat Ramadhan. Bisa mencapai Rp 500-an trilyun. Tetapi Ramadhan tahun ini, tabungan masyarakat menurun pada semua level. Menjadi pertanda, sisa pendapatan yang bisa ditabung (di perbankan) semakin berkurang. Berujung pelemahan perekonomian.

Berita Terkait :  Harga Pertamax Bulan November Tetap, Non Subsidi Turun

Berdasar riset Mandiri Institute, kelompok paling bawah penyusutan tabungan paling besar, sampai 5%. Begitu pula indeks tabungan kelompok menengah pada Pebruari 2025 tercatat 100,7. Menjadi angka terendah selama setahun. Artinya, sejak menjelang Ramadhan, kalangan menengah sudah dalam keadaan “tidak baik-baik saja.” Sedangkan tabungan kelas atas (orang kaya) juga susut, walau agak rendah, sekitar 1,7%.

Daya beli masyarakat makin susut, bersamaan dengan kenaikan harga bahan kebutuhan. BPS mengumumkan deflasi tahunan pada Februari 2025 tercatat sebesar 0,09% dibandingkan tahun sebelumnya. Deflasi tahunan saat ini bagai mengulang kemerosotan ekonomi tahun 2000. Sehingga para ekonom mengingatkan deflasi tahunan ini “semu,” di-ikuti menurunnya daya beli masyarakat. Pemerintah patut mempedulikan nasib kalangan menengah.

Daya beli masyarakat yang semakin menurun, tidak bisa dianggap sepele. Karena akan mengunrangi penciptaan lapangan kerja. Begitu pula menyusutnya penghasilan juga akan berdampak pada gagal bayar cicilan utang. Sehingga akan berdampak pada kalangan perbankan. Tak terkecuali utang KUR (Kredit Usaha Rakyat). Tahun 2024 lalu nilai KUR sebesar Rp 280,28 trilyun. Realisasi KUR tahun 2025, sampai Pebruari mencapai Rp 28,73 trilyun, diambil oleh 531 debitur sektor produktif.

Berkaca pada data historis, konsumsi rumah tangga pada saat Ramadhan dan lebaran tahun lalu tumbuh sebesar 5,23 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi selama kuartal I, akan menjadi pertumbuhan tertinggi selama tahun. Disebabkan adanya faktor musiman pendorong. Yakni, konsumsi rumah tangga saat bulan Ramadhan dan lebaran, dan berkontribusi terbesar (lebih dari 51,%) terhadap pertumbuhan dari sisi pengeluaran.

Berita Terkait :  Anggota F-PDIP DPRD Situbondo Minta Dispendikbud Kaji Ulang Wacana Lima Hari Sekolah

Keterpurukan industri manufaktur yang mempekerjakan kalangan menengah, dalam keadaan “tidak baik-baik saja.” Berdasar data PMI (Purchasing Managers’ Index), keterpurukan sektor manufaktur terjadi sejak Agustus 2024, terkontraksi di bawah level 50 (tumbuh negatif). Pemerintah patut waspada tren ekonomi. Sesuai arahan konstitusi, bahwa perekonomian berasas kekeluargaan.

——— 000 ———

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru