Oleh:
Surokim As.
Dosen Komunikasi Politik Universitas Trunojoyo Madura
Presiden dan wakil presiden baru resmi dilantik. Mereka menghadapi tugas kenegaraan mahaberat di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Mereka menjalankan amanah kepemimpinan nasional di tengah situasi ketidakpastian geopolitik regional dan global.
Kompleksitas ini tentu saja menjadi tantangan serius agar pemimpin nasional bisa memiliki modal kepemimpinan adaptif dan progresif, khususnya dalam membaca situasi, perkembangan, kecenderungan, dan perubahan lingkungan kini dan masa depan baik di level nasional, regional maupun global.
Para pemimpin visioner harus memiliki kemampuan membaca apa yang terjadi pada masa kini dan mendatang sehingga bisa menawarkan best practices dan best future. Hal itu merupakan peta jalan terbaik agar pemerintahan dan negara mampu survive dan berkembang serta memiliki daya kompetitif dan daya saing.
Pemimpin visioner senantiasa optimistik, memiliki visi yang jelas dan kuat untuk menatap masa depan. Mereka memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan jangka pendek dan jangka panjang dan memiliki kompas jalan mengenai arah kebijakan yang harus diambil baik dalam kondisi normal maupun tidak normal dengan skala prioritas. Kepemimpinan visioner dibutuhkan sesuai perkembangan zaman untuk memberi arti pada setiap gerak langkah berdasarkan visi misi yang jelas (Diana K, 2003).
Pemimpin baru juga harus memikirkan dengan serius mengenai legasi politik. Sebagai tuntutan sejarah dalam masa pengabdian yang terbatas, pemimpin nasional harus bisa mewariskan mahakarya terbaik untuk bangsa, negara dan rakyat. Karya itu seyogyanya tidak hanya berdimensi kekinian, tetapi juga berdimensi masa depan. Legasi politik itu yang akan mengharukan nama dan ingatan sejarah serta akan membedakan dan menjadi tolok ukur prestasi sebuah rezim. Hal itu juga yang akan menjadi kompas jalan dalam menggerakkan pemerintahan baru.
Lantas, sejauh mana pemimpin nasional memahami tantangan pembangunan nasional yang kompleks. Kompas jalan dan pemahamanan ini penting untuk menjadi panduan (guideline) dalam menentukan skala program prioritas aksi dan menjawab harapan rakyat.
Di tengah kompleksitas isu dan agenda kebijakan yang akan menjadi tantangan nasional, paling tidak ada sembilan identifikasi isu pokok dan agenda strategis yang harus bisa dikerjakan dan menjadi perhatian serius. Hal ini meliputi kontens dan konteks pembangunan nasional dilevel mikro, meso hingga makro.
Adapun sembilan isu dan agenda strategis tersebut dipaparkan dibawah ini. Pertama, pemenuhan dan perlindungan hak dasar warga. Ini menjadi tugas abadi bagi siapa saja yang menjadi pemimpin nasional. Pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi (pekerjaan & lapangan usaha) dan penghidupan layak (sembako pangan, rumah pemukiman layak, dan penangganan stunting gizi buruk). Tugas abadi ini tidak hanya boleh sekadar dianggap rutin, tetapi harus ada sentuhan baru dan bisa memastikan progresivitas penanggananya.
Kedua, stabilitas keamaan dan ketertiban nasional. Hal ini terkait pemahaman akan pentingnya menjaga harmonisasi, kebhinekaan, dan penangganan terhadap isu intoleransi dan menjaga keberagaman. Isu dan agenda ini menentukan karena menjadi modal sosial warga dalam menjaga NKRI. Tanpa adanya stabilitas keamanan maka potensi konflik akan mudah menjadi variabel pengganggu pembangunan.
Ketiga, mewujudkan pemerintahan bersih dan memajukan tata kelola pemerintahan (good governance). Reformasi sektor pemerintahan harus terus dilanjutkan agar birokrasi kian responsif dan progresif didalam melayani dan membersamai warga sesuai dengan perubahan lingkungan yang cepat. Pemerintah harus benar benar hadir membersamai dan melayani warga dengan layanan prima. Sudah tidak lagi zamannya rakyat melayani pemerintah.
Keempat, pemerataan pembangunan dan penangganan disparitas antarwilayah. Konektivitas antar wilayah menjadi kunci agar bisa memenuhi keadilan antarwilayah. Kebijakan ini penting untuk menjamin keadilan dan tidak ada warga dan wilayah yang dianaktirikan. Sebagaimana kita ketahui disparitas antara wilayah urban dan rural, jawa non jawa masih lebar sehingga membutuhkan koneksi untuk memudahkan pemerataan.
Kelima, mengembangkan dan memperkuat budaya nasional. Pembangunan budaya harus bisa menguatkan jati diri ke-Indonesiaan. Pembangunan sektor budaya ini menjadi basis penguatan peran serta masyarakat yang berdaulat secara budaya. Masyarakat harus terus didorong menjadi masyarakat mandiri dengan open mindset berbasis local wisdom ke-Indonesia-an yang kuat. Karakter masyarakat ini harus terus diperkuat.
Keenam, perlindungan terhadap martabat manusia (HAM) dan melanjutkan pembangunan reformasi hukum. Upaya untuk menjaga martabat warga adalah melalui penghormatan terhadap pembangunan hukum dan hak azasi manusia. Ikhtiar ini menjadi bagian penting dari upaya memuliakan warga agar menjadi warga yang sejahtera, bahagia, dan bermartabat.
Ketujuh, pengembangan teknologi untuk rakyat, penguatan arus dan akses informasi dan kapasitas kemandirian warga. Akses dan partisipasi warga menjadi krusial dalam konteks pemberdayaan warga. Warga harus berdaya menjadi tuan dan subyek pembangunan di negara sendiri. Hal ini penting sebagai upaya menguatkan kepercayaan diri masyarakat agar kompetitif bisa bersaing di era digital.
Kedelapan, penangganan kependudukan, pemenuhan air, energi, listrik, dan bbm. Persoalan kependudukan dan energi ini menjadi salah satu indikator daulat negara. Energi terbarukan juga bagian dari ikhtiar dalam mewujudkan lingkungan bersih. Tentu saja kedepan upaya membangun kemandirian dan daulat energi harus terus dikuatkan.
Kesembilan, percepatan pembangunan Infrastruktur, khususnya transportasi jalan, penguatan infrastruktur untuk mendukung pertanian dan kelautan. Pembangunan infrastruktur yang memiliki dampak kompleks harus dilanjutkan sehingga akan menjadi pematik pertumbuhan wilayah baru di luar Jawa. Hal ini juga terkait dengan upaya serius penataan tata ruang, melanjutkan reformasi agraria, serta pembangunan lingkungan hijau keberlanjutan.
Beberapa hal di atas menjadi catatan penting untuk bisa diperhatikan presiden baru. Dengan kepemimpinan nasional yang kuat dan progresif, kita berharap pemimpin baru bisa akseleratif dan progresif menjawab berbagai tantangan kompeks tersebut.
Selamat bekerja, selamat melunasi janji janji kampanye dan membuat legacy bermakna untuk rakyat dan negeri ini. Selamat memimpin Indonesia Pak Prabowo dan Mas Gibran, hati hati di jalan, senantiasa ingat (eleng dalam bahasa jawa, pen) dan waspada.
————- ^^^ —————