Seantero pulau Jawa, wajib siaga menghindari wabah penyakit TBC (Tuberculosis). Diperlukan koalisi lintas instansi menuntaskan pengobatan paru-paru. Karenba realoitanya, Indonesia masih menjadi “penyintas” TBC terbesar kedua di dunia setelah India. Selama triwulan pertama tahun 2025, telah ditemukan 66.800 ribu kasus TBC. Tetapi sebenarnya TBC bisa disembuhkan secara mandiri melalui pengawasan Puskesmas selama enam bulan.
Penyintas TBC sering menerima dampak pengucilan sosial. Disebabkan TBC tergolong penyakit menular. Seringkali menyintas mengurung diri karena malu. Bahkan isa berujung kehilangan pekerjaan. Pada pelajar sering memilih putus sekolah. Dengan tanda-tanda yang mudah dikenali (berupa batuk kronis, dan mudah lelah), penyintas dapat berobat pada awal gejala. Sehingga bisa lebih cepat disembuhkan.
Umumnya (sebagian besar) penderita TBC bisa disembuhkan total melalui pengobnatan rutin. Walau bisa disembuhkan total, namun tidak bisa dianggap sepele Karena yang sering kontak dengan penderita TBC (keluarga dan perawat) juga disarankan memperoleh pengobatanprofilaksis tuberculosis (TPT). Penyakit TBC tergolong bisa cepat menular. Terutama melalui udara Ketika penderita batuk, bersi, dan berbicara. Bakteri mycobacterium tuberculosis biasa turut dalam droplet (percikan ludah) terbawa udara terhirup orang lain.
Selama beberapa dekade pemerintah memproduksi obat anti tuberculosis (OAT). Bahkan TBC yang tergologn resistenobat (TBC RO) juga bisa diobati. Bahkan sudah terdapat inovasi pengobatan TBC RO menjadi lebih singkat. Indonesia memperoleh penghargaan internasional, karena pengobatan berdurasi enam bulan. Indonesia menjadi negara pertama dengan beban TBC tertinggi yang menyediakan pengobatan TBC secara cepat dan dan tepat.
Industri farmasi dalam negeri telah memproduksi OAT di dalam negeri. Termasuk sarana swab PCR (Polymerase Chain Reaction) yang tidak menerikan. Serta terdapat inovasi pengobatan TBC RO, yang kondang, disebut BPaL+M. Adalah perpaduan obat yang terdiri Bedaquiline, Pretomanid, Linezolid, ditambah Moxifloxacin. Dimulai sejak awal tahun 2024. Memiliki keunggulan lebihsedikit obat yang diminum, dengan efek samping yang bisa ditanggulangi.
Kemanjuran bisa mencapai 100%. Saat ini seluruh Puskesmas se-Indonesia telah menggunakan BPaL+M. Sudah ribuan pasien TBC RO disembuhkan. Berdasar data Kesehatan, angka kematian akibat TBC masih sangat tinggi. Yakni, sebanyak 98 ribu jiwa tidak tertolong. Artinya sebanyak 11 orang meninggal setiap jam, disebabkan TBC. Ini disebabkan, Indonesia menjadi negara penyintas TBC terbesar kedua di dunia. Dengan tanggungan penderita sebanyak 845 ribu orang per-tahun.
Pemerintah memiliki program “Eliminasi TBC Indonesia tahun 2030.” Melalui penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2021 Tentang Penaggulangan Tuberkulosis. Target utama Perpres, bisa menurunkan indeks penyintas TBC menjadi 65 per-100.000 penduduk. Di Indonesia, prevalensi TBC tergolong sangat tinggi. Estimasi kasus temuan TBC baru sebanyak 1.060.000 per-tahun. Mayoritas tergolog usia produktif (15-54 tahun).
Berdasar catatan WHO (World Health Organization, Organisasi Kesehatan Dunia), terdapat 10 juta orang di dunia menderita TBC. Menyebabkan 1,2 juta orang diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia, propinsi Jawa Barat menjadi temuan kasus tertinggi TBC, dengan penyintas sebanyak 234.710 orang. Disusul Jawa Timur (116.752 kasus), dan Jawa Tengah 107.685 kasus.
Pemerintah memikul tanggungjawab Kesehatan masyarakat, berdasar UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pada pasal 62 ayat (3), dinyatakan, “Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin dan menyediakan fasilitas untuk kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.”
Diperlukan anggaran Kesehatan cukup memadai, tanpa disertai korupsi. Karena realitanya, Indonesia pernah kehilangan anggaran sebesar US$ 12 juta, dari Global Fund. Disebabkan kasus korupsi di Kementerian Kesehatan.
——— 000 ———