Tragedi dua perwira terbaik, tewas, bersama dua prajurit lainnya. Bukan di medan perang, melainkan dalam upaya meledakkan amunisi kedaluwarsa. Sifat “un-predictable” amunisi kedaluwarsa, diduga menjadi menjadi penyebab terjadinya korban jiwa. Namun TNI harus memingkatkan kewaspadaan berkait tindakan terhadap amunisi dalam jumlah banyak. Sudah sering terjadi ledakan amunisi di luar kendali prosedur, sebagian menyebabkan korban jiwa tentara, dan warga sipil.
Peristiwa tragis yang mengagetkan, karena dimulai dengan ledakan besar, di desa Sagara, Cibalong, Garut, Jawa Barat. Pemusnahan amunisi kedaluwarsa, yang biasanya menjadi berkah warga sekitar, seketika berubah menjadi musibah kemanusiaan. Sepekan sebelumnya (6 Mei 2025) juga dilaksanakan peledakan amunisi kedaluwarsa, aman-aman saja. Logam sisa amunisi biasa dimanfaatkan warga sekitar. Termasuk bentuk sisa (selongsong peluru) yang unik dan menarik. Sebagian dijual sebagai logam rongsokan.
Bahkan pada setiap peledakan amunisi kedaluwarsa di Garut, selalu melibatkan tim warga sipil. Begitu puala Selasa (sekitar pukul 9:00, 13 Mei 2025) dimulai persiapan peledakan. Termasuk menyertakan warga sipil pilihan yang sudah biasa (berkali-kali) diajak anggota Dopusal TNI-AD. Tetapi ada satu faktor yang tak terduga, yakni, sifat amunisi tua yang “un-predictable.” Karena usianya yang sudah tua, amunisi kedaluwarsa sering “lambat” bereaksi. Termasuk lambat meledak.
Sehingga tim yang biasa meledakkan amunisi tua, menduga, pembakaran telah selesai. Sebanyak 13 orang mendekati area peledakan. Termasuk Kepala gudang (seorang Kolonel), seorang Perwira Menengah (Mayor), seorang Kopral, dan Prajurit. Tiba-tiba terjadi ledakan besar, menyambar (bakar) seluruh orang yang mendekat. Juga teriakan histeris warga yang menonton dari kejauhan. Sampai empat jenazah sulit dikenali, diperlukan pengenalan, dan pencocokan keluarga korban.
Persis sepekan sebelumnya, juga terjadi ledakan amunisi di luar kendali. Truk amunisi milik Satuan Brigif 509/Kostrad, meledak di jalan tol Gempol, Pasuruan, Jawa Timur. Truk kedua dari iring-iringan (dari 4 truk) meledak, dan terbakar. Terdapat satu korban jiwa, yang coba meng-evakuasi diri (melompati pagar tol), namun masuk ke jurang cukup dalam. Masyarakat diminta waspada, manakala menemukan amunisi yang lain yang tercecer.
Sebenarnya belum lama pula terjadi ledakan cukup besar pada gudang amunisi kedaluwarsa. Ledakan berkekuatan 65 ton di gudang amunisi daerah (gudmurah) Perbekalan Kodam Jaya, Jakarta Raya. Gudang amunisi simpanan milik beberapa kesatuan jajaran Kodam Jaya di Ciangsana, Bogor, meledak (pada akhir Maret 2025). Tidak terdapat korban jiwa. Juga tidak menyebabkan tanggul sungai Cileungsi, jebol.
Namun ledakan paling besar pernah terjadi pada tiga dekade silam, di Bojong Koneng, Bandung. Terdapat 18 korban jiwa, termasuk 6 warga sipil. Dimuat dalam majalah Tempo (23 Mei 1985), tragedi ledakan bermula dari pembongkaran amunisi kedaluwarsa untuk dimusnahkan. Tetapi sudah meledak lebih dulu saat dimasukkan ke gudang Dopusal V (Pusat Peralatan) Angkatan Darat.
Berbagai ledakan amunisi yang pernah terjadi, biasa terjadi karena di luar perhitungan. Sehingga perlu peningkatan kewaspadaan. Sedangkan tragedy serupa juga sering terjadi pada kalangan industri sipil. Antara lain, kebakaran yang tersulut dari tungku pabrik pakan ternak, di Bekasi merenggut 10 korban jiwa. Serta 3 pegawai terluka parah. Menjadi kasus kecelakaan kerja paling fatal selama tahun 2024.
Dalam UU Nomor 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, telah diwajibkan keselamatan kerja pada rawan berisiko. Tercantum dalam pasal 2 ayat (2) angka ke-2, dinyatakan, “dalam tempat kerja dibuat, … barang yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.”
——— 000 ———