Oleh:
Dwi Aditama Abimanyu
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Perwakilan Mata Kuliah Media Relations A)
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Semester 5 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, khususnya kelas Media Relations A menyelenggarakan seminar berjudul “Be The Connector” dengan tema membangun personal branding agar menjadi pribadi yang mudah didekati dan diingat. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Pasca Sarjana, Ruangan I 205, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.
Seminar ini diselenggarakan sebagai bagian dari pemenuhan nilai Ujian Akhir Semester sekaligus praktikum mata kuliah Media Relations A. Melalui kegiatan ini, mahasiwa diajak memahami bahwa personal branding bukan sekedar citra atau pencitraan, melainkan proses membangun identitas diri yang konsisten, autentik, dan memiliki nilai bagi lingkungan sekitar.
Acara ini dibuka oleh Master Of Ceremony Siti Aisah, kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari dosen pengampu mata kuliah Media Relations A yaitu Dr. Bambang Sigit Pramono, S.Sos., M.Si., dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya praktik langsung dalam pembelajaran komunikasi. “Mahasiswa tidak hanya dituntut memahami teori media relations, tetapi juga mampu mengaplikasikannya melalui kegiatan nyata yang memiliki nilai edukati,” ujarnya.
Kemudian sambutan oleh ketua pelaksana yaitu Anindya Destyn Wahyuningtyas. Rangkain acara dilanjutkan dengan pemutaran lagu Indonesia Raya 3 Stanza dan Hymne Untag. Memasuki inti acara, seminar dipandu oleh Moderator Maulana Rilo Pambudi yang menciptakan suasana interaktif dan komunikasi melalui ice breaking angka dan kata. Dalam sesi ini moderator memperkenalkan jargon “Be The Connector: Koneksi Luas, Branding Berkelas”. Seminar ini menghadirkan tiga narasumber dari kalangan mahasiswa.
Narasumber yang pertama yaitu Gery Adji Saputra, yang kedua yaitu Nadia Tri Aqila, dan yang ketiga yaitu Ignasius Arvin Adyatma Pramanto. Mereka membahas personal branding dari berbagai sudut pandang. Gery Adji Saputra menekankan pentingnya konsistensi dan keaslian diri. “Personal branding harus konsisten dan berasal dari diri sendiri, serta keaslian menjadi kunci agar seseorang mudah diingat dan dipercaya”, ucapnya.
Sementara itu, Nadia Tri Aqila menyoroti bahwa personal branding sebagai cerminan sikap dan kebiasaan sehari-hari. “Branding itu bukan topeng, tapi cermin. Hal-hal kecil seperti senyum, empati, dan sikap disiplin yang dilakukan secara konsisten akan membentuk identitas diri”, ucapnya. Narasumber ketiga yaitu Ignasius Arvin mengajak para audience untuk melihat contoh personal branding dari figur publik, seperti Najwa Shihab, Jerome Polin, Vincent Rompies, serta mengajak audience untuk mengenali kekuatan diri melalui praktik singkat.
Menurutnya, personal branding yang kuat lahir dari keberanian dan menerima diri sendiri. Pesan utama seminar ini diperkuat dengan kutipan William Arruda yang disampaikan dalam acara “Personal branding yang kuat dibangun dari konsistensi, keaslian, dan nilai yang kamu berikan kepada orang lain.” Kutipan tersebut menjadi penegasan bahwa personal branding tidak hanya berkaitan dengan penampilan, tetapi juga kontribusi nyata yang diberikan kepada lingkungan.
Setelah pemaparan materi audience juga diajak mengikuti sesi tanya jawab yang membahas tentang bagaimana cara mengukur personal branding, tantangan menjaga konsistensi khususnya di media sosial, serta membangun citra diri yang mudah didekati tanpa kehilangan nilai dan batasan diri.
Sebagai penutup rangkaian acara seminar “Be The Connector” dilakukan sesi dokumentasi bersama antara narasumber, dosen pengampu, moderator, dan seluruh audience. Dokumentasi ini menjadi bukti pelaksanaan kegiatan. Setelah sesi dokumentasi, acara resmi ditutup dengan meriah oleh MC. [*]