25 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Pakar Psikologi Unair Soroti Fenomena Komunitas Inses


Surabaya, Bhirawa
Beberapa pekan terakhir jagad maya dihebohkan dengan komunitas inses di grup Facebook bernama Fantasi Sedarah. Lebih dari 30 ribu orang tergabung dalam komunitas Facebook tersebut. Hal tersebut pun membuat masyarakat luas meluapkan amarahnya dengan mendorong pihak berwajib untuk menangkap dalang di balik komunitas menyimpang ini.

Menanggapi hal itu, dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Dewi Retno Suminar MSi Psikolog, menilai ada banyak faktor yang dapat mendasari seseorang memiliki perilaku yang mengarah kepada inses. Mulai dari trauma, minimnya nilai agama, sosial, dan faktor lainnya.

“Tidak selalu orang melakukan inses karena trauma, walau memang ada beberapa mengalami trauma relasi sebelumnya. Inses terjadi karena relasi yang selama ini ada di keluarga terjadi secara bebas dan biasanya setting rumah merangsang untuk melakukan hubungan intim. Atau tidak tersentuh nilai agama sejak kecil,” papar Dewi.

Selain itu, orang dengan rasa ingin tahu yang tinggi juga mungkin tertarik dengan komunitas semacam ini. Ditambah jika mereka memiliki sifat sulit menolak ajakan orang lain akan berpotensi menjadi korban hubungan inses. Sebab, ada relasi kuasa yang mendorong seseorang sulit menolak, sehingga terjadi hubungan inses yang tidak diinginkan.

Dewi menambahkan, agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam dengan perilaku inses, seseorang harus memiliki pengetahuan dan pendampingan mengenai risiko kesehatan dan reproduksi serta dampak hubungan inses. Pengetahuan ini sudah seharusnya diberikan sejak dini. Tetapi, kenyataannya topik mengenai inses seringkali dianggap tabu karena orang dengan hubungan darah dinilai menjadi orang yang justru dapat melindungi.

Berita Terkait :  Pemkot Surabaya Bersama UPN Jatim Beri Pendampingan Sertifikasi Halal dan Hak Merek

“Ketika anak memasuki masa baligh, memang harus dipisah untuk tidurnya untuk laki-laki dan perempuan. Kemudian nilai moral tentang relasi laki-laki dan perempuan harus sudah diajarkan sejak sebelum pubertas. Batasan tentang sentuhan harus mulai diajarkan sejak dini,” ungkap Dewi.

Dewi juga mengungkapkan langkah preventif untuk menghindari kecenderungan pada hubungan yang menyimpang. Misalnya dengan mencari komunitas yang memberikan manfaat rohani maupun ragawi. Contohnya komunitas rohani, game, hingga komunitas olahraga.

Terutama ia menekankan pada kegiatan fisik yang harus seseorang lakukan. “Banyak aktivitas yang bersifat fisik yang harus dilakukan. Hal ini agar membuat badan dan pikiran segar karena oksigen yang mengalir dengan baik, sehingga tawaran komunitas yang menyimpang tidak lagi menarik,” pungkas Dewi. [ina.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru