28 C
Sidoarjo
Thursday, September 19, 2024
spot_img

FHIKEPO PCU, Ruang Belajar Gen Z Mengenal Dunia Pertunjukan Teater


Surabaya, Bhirawa
Faculty of Humanities and Creative Industries atau FHIK Petra Christian University (PCU) menghadirkan berbagai kegiatan bertajuk FHIKEPO di Matthew Conference Room, Gedung Radius Prawiro lantai 10, Kampus PCU.

FHIKEPO merupakan ruang dialog kreatif antara generasi muda PCU dengan para pelaku dunia Seni Pertunjukan Indonesia. Mahasiswa diajak berdiskusi tentang film yang tak ditayangkan secara bebas dan merupakan hasil karya anak bangsa, yakni Gesturing Notations, film dokumenter yang menyoroti perjalanan dari Teater Koma.

Ketua Panitia, Meilinda menjelaskan dunia film dan teater merupakan ladang subur untuk menumbuhkan kreativitas, tetapi jumlah teater yang aktif di Surabaya terbilang cukup minim.

“Lewat kegiatan ini para mahasiswa diajari bagaimana mengeksplorasi ide baru yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya visual dan pertunjukan. Sehingga ini sangat pas bagi para mahasiswa FHIK PCU,” jelas Meilinda.

Meilinda menambahkan, FHIKEPO menghadirkan dua pembicara, yakni George Arief. Ia merupakan pemilik Spins Productions, sebuah rumah produksi iklan dan dokumenter yang telah tayang di TV dari berbagai negara seperti AS, Inggris, dan Singapura. Serta Hadir pula Rangga Riantiarno, seorang penulis, sutradara, dan aktor. Rangga merupakan anak mendiang Nano Riantiarno, sang pendiri Teater Koma.

“Teater Koma itu satu-satunya teater modern Indonesia yang masih bertahan hingga sekarang,” imbuhnya.

Sementara itu, film Gesturing Notations merupakan salah satu film dokumenter karya George Arif yang bercerita tentang Teater Koma, sebuah teater modern Indonesia dengan basis di Jakarta. Teater ini sudah berdiri 47 tahun, tetapi terus produktif, adaptif dan kreatif.

Berita Terkait :  Dosen Unisda Lamongan Ajarkan Pembelajaran Bermakna ke Guru MI Gresik

Saat diskusi film, George Arif mengupas tuntas tentang proses pembuatan film dokumenter yang dibuat selama delapan tahun lamanya ini. ”Film ini sudah bisa dibilang berhasil mendapatkan apresiasi, dan saat ini sedang saya ikutkan ke berbagai festival, jadi saya harap pembahasan di hari ini bisa bermanfaat untuk mengembalikan semangat teater pada generasi muda,” tuturnya.

Sementara Rangga Riantiarno akan bercerita tentang korelasi dari isi film dengan proses nyata sehari-hari yang dialaminya selama berkarya di Teater Koma.

“Kehadiran teater penting, tidak hanya dalam lingkup dunia seni, namun juga memberikan pelajaran tentang kehidupan manusia untuk saling menghargai satu sama lain,” ujar Rangga. [ren.fen]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img