Oleh :
Erinda Dwimagistri Sukmana
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Stress seperti tidak asing di telinga kita. Semua orang seakan merasakan hal ini. Dari anak-anak hingga dewasa, dari pelajar hingga pekerja. Stress ialah kata negatif yang memiliki dampak tidak hanya pada kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental.
Di Indonesia, gangguan kesehatan mental yang paling dikhawatirkan oleh masyarakat Indonesia ialah stress/burnout yang memiliki persentase sebesar 56%, diikuti oleh gangguan tidur sebesar 42,6% dan kecemasan sebesar 28,2%, hal ini berdasarkan hasil survei Asia Care Survey 2024.
Menurut The Least and Most Stressful City Index 2021, Jakarta ialah kota dengan tingkat stres tinggi. Kemudian saat ini juga pekerja kelas menengah di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental. Namun, berdasarkan laporan data dari the Global Workplace 2024 dari Gallup, Indonesia menjadi negara negara yang mengalami stres paling sedikit saat bekerja dibandingkan dengan penduduk Asia Tenggara lainnya. Dari data-data tersebut, menyimpulkan bahwa banyak pekerja di Indonesia yang mengalami stres. Berbicara mengenai stres, apakah itu stres kerja? Apakah faktor-faktor penyebab stres? Apa dampaknya? Dan bagaimana cara mengelola stres yang baik?
Stres sendiri merupakan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan juga kemampuan yang dimiliki individu. Semakin tinggi ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan tersebut, semakin tinggi juga stress yang didalam individu tersebut. Hal ini dapat mengancamnya.
Stres juga dapat disebut sebagai kondisi di mana adanya ketegangan yang dapat memengaruhi emosi, daya pikir dan kondsi individu (Asih et al, 2018). Kemudian stress kerja adalah ketegangan dan perasaan tertekan yang dialami oleh karyawan yang dapat memengaruhi kinerja mereka. Stres memiliki 4 jenis yaitu eustress, distress, hyperstess, hypostress.
Eustress adalah stres yang menimbulkan stimulus yang positif dan kegairahan, hal ini menyebabkan individu mengalami efek yang bermanfaat. Seseorang yang mengalami ini akan memiliki perasaan termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jenis yang kedua ialah distress, stres jenis ini dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi individu.
Stres jenis ini yang kita ketahui memiliki efek yang dapat menyebabkan efek kepada tubuh, mental ataupun yang lainnya yang memiliki efek merugikan. Kemudian stres jenis ketiga iyalah hyperstress. Stres jenis ini berdampak luar biasa bagi individu walaupun bersifat positif atau negatif. Karena tetap saja akan menimbulkan keterbatasan individu untuk beradaptasi.
Terakhir, adalah hypostress. Stres ini muncul karena kurangnya stimulasi. Sebagai contoh seperti karyawan yang bosan karena pekerjaan yang rutin (Asih et al, 2018).
Faktor-faktor penyebab terjadinya stres biasa disebut stressor. Stressor yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda antara satu individu dengan lainnya. Penilaian kognitif karyawan satu dengan lainnya bisa jadi berbeda dalam merespon stressor, hal ini dapat menentukan stressor ini dapat berakibat positif atau negatif. Terdapat banyak macam stressor yang menyebabkan stres kerja.
Pertama ialah stressor kondisi kerja, maksudnya ialah seperti beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja dan resikonya, ataupun keputusan yang dibuat akan pekerjaan tersebut. Kedua ialah stress akibat peran. Stress ini diakibatkan karena adanya bias dalam membedakan gender. Ketiga ialah faktor interpersonal yang adanya dukungan sosial yang buruk, kesenjangan sosial, ataupun kurangnya komunikasi antar pihak dalam organisasi. Keempat ialah perkembangan karir, seperti kurangnya kesempatan untuk mengembangkan karir karyawan. Kelima ialah struktur organisasi yang kaku atau keterlibatan karyawan yang terbatas dalam pengambilan keputusan sehingga terkesan tidak ada keadilan dalam organisasi.
Terakhir ialah faktor pribadi karyawan seperti kurangnya kemampuan karyawan dalam memilah masalah pribadi dan pekerjaan, kurangnya dukungan pasangan dan keluarga, ataupun konflik pernikahan (Asih, 2018).
Lalu, bagaimana dampaknya jika stress tidak dikelola dengan baik? Terdapat banyak dampak yang dirasakan jika kita tidak mampu untuk mengelola stres kerja.
Dampak yang dirasakan pada kesehatan fisik, mental, dan juga dampak pada organisasi. Jika dampaknya kepada kesehatan fisik yang diakibatkan dari stres misalnya penyakit jantung, stroke, sakit kepala, asam lambung meningkat, munculnya jerawat, ketidak seimbangnya hormon, dan lainnya.
Dampak pada kesehatan mental juga dapat timbul akibat stres seperti hubungan dengan orang lain terutama dengan rekan kerja menjadi renggang, stress yang menumpuk juga dapat berakibat kepada depresi, berperilaku agresi, gangguan tidur dan gangguan makan, dan lainnya. Selain itu stres juga dapat Mempengaruhi segala aktivitas yang ada di organisasi.
Hal ini seperti menurunnya kinerja seorang karyawan, tingginya turnover karyawan, berkurangnya komitmen dan kepuasan kerja karyawan. Hal ini semua berdampak pada organisasi atau perusahaan, mengapa? Jika stres kerja tinggi, kinerja berkurang dan komitmennya karyawan menurun, sehingga intensitas karyawan untuk meninggalkan organisasi semakin meningkat. Jika flow turnover meningkat, perusahaan atau organisasi harus mencari pengganti melalui rekrutmen secara terus menerus. Sedangkan rekrutmen juga membutuhkan tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu turnover yang tinggi juga dapat menghambat jalannya kegiatan organisasi, sehingga dalam mencapai tujuan organisasi pun menjadi terhambat (Asih et al, 2018).
Kemudian, bagaimanakah cara mengelola stres agar tidak berdampak negatif kepada karyawan dan organisasi? Coping stres ialah proses di mana individu mencoba untuk mengelola situasi yang menyebabkan stres dan bagaimana individu merespon stres tersebut baik itu positif maupun negatif. Sebelum menemukan cara untuk mengelola stres, baiknya kita pahami terlebih dahulu gejala dan dan penyebab stres atau stressornya.
.
Hal yang dapat dilakukan melalui pendekatan individu ialah seperti melakukan olahraga teratur dan mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi, melakukan relaksasi, dan mengatur waktu untuk beristirahat sejenak untuk menenangkan pikiran. Jika dirasakan masih kesulitan untuk melakukan kegiatan tersebut dan merasa bahwa penyebab stresnya berat, karyawan dapat melakukan sesi konseling dengan tenaga profesional.
Hal ini tentunya dapat membantu karyawan tersebut. Selain pendekatan individu, juga terdapat pendekatan organisasi. Pendekatan ini meliputi merancang kembali pekerjaan yang diberikan kepada karyawan, melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, meningkatkan komunikasi karyawan, menciptakan program-program kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan yang nyaman baik fisik maupun non fisik, dan program konseling untuk karyawan. Kelola stres dengan baik, jangan jadikan stres menjadi penghambat pekerjaan dan kehidupan kita semua.
————- *** ————–