30 C
Sidoarjo
Tuesday, June 17, 2025
spot_img

Idul Adha adalah Suri Tauladan Umat Islam

Oleh :
Sukma Sahadewa
BPE MUI Jawa Timur

Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia memperingati Idul Adha sebagai salah satu momen puncak dalam kalender keagamaan Islam. Namun, lebih dari sekadar ritual penyembelihan hewan qurban, Idul Adha sesungguhnya adalah cermin keteladanan agung yang diwariskan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya.

Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim yang siap menyembelih putranya, Nabi Ismail, atas perintah Allah, bukan hanya cerita simbolik. Beliau menunjukkan bentuk ketundukan total kepada kehendak ilahi, keikhlasan yang tulus, serta pelajaran tentang keimanan yang teguh meskipun berhadapan dengan ujian yang sangat berat. Keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail bukan hanya layak dikenang, tetapi perlu dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.

Idul Adha mengajarkan kita bahwa keimanan bukan hanya soal keyakinan di dalam hati, tetapi juga tentang pengorbanan. Dalam bahasa lain, iman itu menuntut bukti nyata dalam tindakan. Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa ketika Allah memerintahkan sesuatu, maka ketaatan harus menjadi prioritas utama, bahkan jika itu bertentangan dengan perasaan paling manusiawi: cinta orang tua terhadap anaknya.

Di zaman sekarang, semangat Idul Adha sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi umat Islam. Kita hidup dalam era materialisme dan individualisme, di mana pengorbanan dan kepedulian sosial mulai memudar. Maka, qurban tidak hanya menjadi ibadah simbolik, tetapi menjadi pengingat untuk terus berbagi, menyisihkan sebagian rezeki untuk sesama, dan menekan ego pribadi demi kemaslahatan umat.

Berita Terkait :  Cawagub Emil Dardak: Jalur Selatan Jatim Jadi Poros Ekonomi Baru dan Siap Melesat

Idul Adha juga menjadi momen untuk memperkuat solidaritas sosial. Daging qurban yang dibagikan bukan hanya memenuhi kebutuhan konsumsi, tapi menjadi simbol bahwa Islam mengajarkan pemerataan dan keadilan sosial. Yang kuat membantu yang lemah, yang kaya peduli terhadap yang kekurangan. Inilah ruh sosial yang melekat dalam ibadah qurban, yang harus terus dijaga dan dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai umat yang mengaku mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, sudah seharusnya kita meneladani keteladanan para nabi sebelumnya. Nabi Ibrahim adalah simbol tauhid, keteguhan, dan ketaatan. Dalam dunia yang penuh kompromi terhadap nilai-nilai, figur Nabi Ibrahim menjadi pengingat bahwa prinsip harus tetap dijunjung tinggi, bahkan ketika dunia memaksa untuk mengalah.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) memandang bahwa Idul Adha adalah momentum strategis untuk memperkuat kembali komitmen keislaman yang tidak hanya ritualistik, tetapi juga sosial-humanistik. Pendidikan qurban harus dimaknai sebagai sarana memperkuat iman, menumbuhkan empati, dan membangun karakter mulia yang siap berkorban demi kebaikan bersama.

Akhirnya, mari kita maknai Idul Adha bukan sebagai rutinitas tahunan belaka. Jadikan ia sebagai pengingat, bahwa kita memiliki suri tauladan besar dalam diri Nabi Ibrahim-sosok yang tidak hanya beriman, tetapi juga bersedia berkorban atas nama ketaatan dan kasih sayang. Keteladanan beliau inilah yang harus terus dihidupkan agar umat Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Berita Terkait :  Pansus IV DPRD Tulungagung Tunda Pembahasan Ranperda Pengelolaan Tempat Pemakaman

————- *** —————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru