Oleh:
Anas Bachtiar, Kota Batu
Guyuran hujan deras tak menyurutkan antusiasme Kota Batu untuk mengikuti Grebeg Kupatan Syawal 1446 H, Jumat (11/4).
Kegiatan yang di yang diselenggarakan oleh Pemkot Batu pasca Lebaran 2025 ini diikuti dengan pawai budaya yang mampu menarik perhatian Masyarakat. Ribuan warga terlihat memadati sepanjang rute pawai dari Pendopo Rumah Dinas Wali Kota Batu hingga alun-alun kota.
Semangat masyarakat untuk tetap mengikuti jalannya acara di tengah guyuran hujan menunjukkan keguyubrukunan dan kebersamaan warga Kota Apel ini. Acara ini dimeriahkan oleh lebih dari 300 kelompok seni dan budaya dengan menampilkan beragam pertunjukan tradisional yang memukau.
“Saya bersyukur atas terselenggaranya acara ini dan mengajak seluruh warga untuk terus melestarikan acara yang sudah menjadi tradisi ini. Kita berharap dengan digelarnya acara ini seluruh masyarakat Kota Batu senantiasa diberi kesehatan, kelancaran rezeki, dan keberkahan,” ujar Nurochman, Wali Kota Batu dalam sambuatnnya, Jumat (11/4).
Beberapa pawai yang mampu menarik perhatian warga di antaranya, Pawai Ketupat Tumpeng Agung, Sanggabraja, Mbok Ireng Sodok Lanang, Jaran Pecut Janur, dan Bregodo Wahyu Manggolo.
Selain itu juga ada pawai Rampak Terbang Jidor, Jlegur Trontong Dor, Kekancingan Ujub Dungo Suguh, Drum Band B-One Ansor Junrejo, Gembung Hakaryo Wiguno. Tak ketinggalan aksi Kereta Blenggur Kompeni hingga alunan merdu Gambus Jalsah Jim Jim yang membuat grebeg kupatan kali ini sedikit berbeda.
Penampilan para seniman dalam pawai budaya menggambarkan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang dimiliki Kota Batu. Karena itu setelah Hari Raya Idul Fitri dan bertemu dengan Hari Raya Ketupat, walikota mengajak warga untuk menjaga dan mengembangkan tradisi lokal ini.
Ditambahkan Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Onny Ardianto bahwa Grebeg Ketupat bukanlah sekadar acara seremonial belaka. Namun juga menjadi simbol rasa syukur warga Kota Batu kepada Yang Maha Kuasa sekaligus menjadi media silaturahmi antar warga. Selain dimeriahkan 300 kelompok seni yang mengiringi tumpeng ketupat, panitia juga menyediakan tumpeng agung, tumpeng buah dan sayur, serta tumpeng berisi 100 doorprize untuk masyarakat.
“Tujuan utama kegiatan ini adalah memperkuat tradisi budaya kupatan, mempererat ukhuwah Islamiyah, serta menjadi bagian dari promosi wisata Kota Batu,” jelas Onny.
Diketahui, Grebeg Kupatan atau berebut ketupat sendiri merupakan tradisi yang hidup di berbagai wilayah di Pulau Jawa, termasuk di Kota Batu. Ketupat yang dibuat dari anyaman janur berisi beras memiliki filosofi mendalam, yakni sebagai simbol pembersihan diri, pengampunan, dan berkah setelah Ramadan.
Tradisi ini biasa digelar pada awal bulan Syawal sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat menjalankan ibadah Puasa Ramadan serta Puasa Syawal. Selain itu, kegiatan ini menjadi bentuk sedekah, memperkuat silaturahmi, dan semangat gotong royong antar warga.
Dan di Kota Batu, Grebeg Kupatan Syawal dikembangkan menjadi agenda budaya tahunan yang tidak hanya menjaga nilai-nilai tradisi, tetapi juga memperkuat identitas budaya masyarakat serta menjadi daya tarik wisata budaya. [nas.gat]