Kab Pasuruan, Bhirawa
Koperasi desa sebagai penggerak utama ekonomi di Kabupaten Pasuruan ternyata belum sepenuhnya tercapai. Alasannya, meski koperasi sudah terbentuk di seluruh Desa maupun Kelurahan, ternyata sebagian besar masih belum bisa berjalan. Penyebabnya adalah soal permodalan belum tersedia.
Pengawas Koperasi Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Pasuruan, Yunus menyampaikan hampir semua pengurus sudah menyiapkan konsep usaha. Hanya saja, aliran dana dari Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) masih belum bisa diakses dengan mudah. “Para pengurus koperasi sudah mempunyai rencana usaha, tapi modalnya belum cair karena syarat Himbara cukup ketat. Sehingga, banyak koperasi belum bergerak,” ujar Yunus, Kamis (25/9).
Ia menjelaskan, sebenarnya Pemkab Pasuruan sudah menyarankan tujuh jenis unit usaha sebagai model koperasi desa. Usaha itu antara lain unit simpan pinjam, kios sembako, klinik kesehatan, apotek desa, sistem pergudangan, cold storage hingga sarana logistik.
Selain itu, koperasi desa juga bisa dikembangkan sesuai potensi lokal masing-masing wilayah. Sejumlah di antaranya adalah sektor pertanian, perikanan hingga wisata yang dinilai memiliki peluang besar untuk menopang perekonomian desa. “Bila potensi desa cocok untuk pertanian atau wisata, koperasi bisa menyesuaikan. Makanya, tak harus sama, tapi tetap ada acuan jenis usaha yang disarankan,” imbuh Yunus.
Namun begitu, ternyata tidak semua jenis usaha mudah dijalankan. Misalnya, pendirian klinik atau apotek yang memerlukan izin panjang sekaligus tanggung jawab besar dalam pengelolaan. Dalam mendukung jalannya koperasi desa, Pemkab Pasuruan melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala. Hal itu diharapkan supaya bisa memetakan kendala dan mencari solusi agar koperasi bisa segera aktif. “Kita akan terus lakukan pendampingan supaya koperasi tidak hanya terbentuk di atas kertas. Tentu, koperasi desa bisa jadi tulang punggung ekonomi di tingkat desa,” papar Yunus.[hil.ca]