25 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Pakar SI Untag Surabaya Ajak Masyarakat Rawat Kemerdekaan Digital

Surabaya, Bhirawa
Semangat Hari Kebangkitan Nasional juga harus ditumbuhkan di tengah derasnya arus teknologi yang berkembang semakin pesat. Salah satu upaya dalam memaknainya adalah dengan merawat kemerdekaan dan menjaga ruang siber dari ancaman yang kian kompleks dan berisiko tinggi.

Menurut Pakar Sistem Informasi (SI) Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Supangat PhD ITIL COBIT CLA CISA, di tengah perkembangan teknologi semakin pesat, masyarakat harus memahami soal literasi keamanan digital yang menjadi pondasi pertahanan bangsa.

”Membangun sistem digital yang aman tidak cukup hanya dengan perangkat dan protokol teknis. Hal yang lebih mendasar adalah membangun budaya sadar risiko digital di seluruh elemen masyarakat, terutama di sektor publik dan pendidikan,” ujar Supangat.

Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan I Fakultas Teknik Untag ini menambahkan, jika keamanan siber bukan semata urusan ahli teknologi, tetapi harus menjadi tanggung jawab kolektif.

Supangat menjelaskan, setiap individu, dari level pimpinan hingga pengguna akhir, perlu memahami bahwa tindakan kecil masyarakat akan dapat berdampak besar. Ini bentuk baru dari semangat gotong royong, yaitu saling menjaga dalam dunia maya.

Supangat menyebut kini sebagian besar layanan publik di Indonesia masih bergantung pada infrastruktur digital luar negeri. Tentu saja, hal ini akan menyimpan risiko besar terhadap kedaulatan data nasional. Apalagi Indonesia sempat menduduki peringkat lima besar negara yang paling rentan terhadap serangan siber secara global.

Berita Terkait :  Dilantik jadi Rektor Unair, Prof Madyan Fokus Peningkatan Capaian, dan Hilirisasi Riset

Pada 2016 saja, jelas Supangat, lebih dari 15 juta identitas digital penduduk terdampak. Kominfo bahkan menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam sepuluh besar negara di dunia yang menjadi sasaran utama dalam serangan siber.

Kerugian ekonomi akibat kejahatan siber di Indonesia diperkirakan mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya. Negara ini bahkan tercatat menyumbang sekitar 1,20% dari total kerugian global akibat serangan siber. Serangan tidak hanya menyasar individu, tetapi juga institusi strategis seperti perbankan, layanan kesehatan, dan sistem energi.

”Namun masih banyak insiden terjadi bukan karena canggihnya teknologi penyerang, melainkan kelengahan pengguna. Celah justru terbuka karena kesalahan dasar, contohnya pengelolaan kata sandi yang lemah, klik sembarangan, atau abai terhadap pembaruan sistem,” jabarnya.

Maka Suapangat menekankan perlunya membangun pusat data nasional, sistem keamanan dalam negeri, serta mendorong pengembangan teknologi lokal secara terstruktur dan berkelanjutan.

Di era saat ini, ancaman digital tidak mengenal batas institusi. Dibutuhkan sinergi nasional, antara kementerian, lembaga, akademisi, swasta, dan masyarakat sipil, untuk menghadapi tantangan bersama ini.

”Hari Kebangkitan Nasional adalah saat yang tepat untuk menyerukan kebangkitan baru, kebangkitan digital Indonesia. Tidak cukup hanya sadar akan manfaat teknologi, tetapi juga harus paham risikonya, dan siap membela ruang digital kita dari gangguan luar,” tegasnya. [ina.fen]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru