Jombang, Bhirawa.
Perhutani KPH Jombang mendukung ketahanan pangan yang saat ini sedang digalakkan pemerintah pusat. Salah satunya adalah dengan adanya kerjasama dengan masyarakat terkait penanaman tanaman tumpang sari, seperti Padi maupun Jagung.
Pada tahun 2025 ini, luasan tanaman Padi tumpang sari ini adalah seluas 97 hektar, sementara untuk Jagung seluas 2.800 hektar. Tak hanya itu, juga ada tanaman Kopi sekitar 400 hektar, dan hijauan makanan ternak seluas 2.750 hektar.
Administratur Perhutani KPH Jombang, Kelik Djatmiko mengatakan, pengelolaan hutan oleh Perhutani memiliki tiga aspek, yakni, aspek sosial, lingkungan, dan produksi.
”Nah aspek sosial itu, konsentrasinya adalah pada kesejahteraan masyarakat. Karena Perhutani itu tidak bisa mengelola hutan tanpa keterlibatan masyarakat. Keterlibatan atau kerjasama dengan masyarakat itu termasuk pola tumpang sari.Di situ ada tanaman kehutanan, ada tanaman pertanian, yang berbagi ruang. Sehingga kontribusi Perhutani terhadap ketahanan pangan itu sangat erat. Tidak bisa dipisahkan,” kata Kelik Djatmiko, Kamis (30/1).
Selama ini, kata Kelik Djatmiko, terkait hal ini, pihaknya selalu bekerja sama dengan masyarakat di sekitar kawasan hutan.
”Jadi model tumpang sari ini, Perhutani berbagi keuntungan dengan masyarakat. Jadi ada aturan-aturan, kewajiban yang harus dicukupi masyarakat, ada hak yang diperoleh dari mekanisme kerjasama itu,” terang dia.
Kelik menjelaskan, tidak semuanya bisa ditanami tanaman Jagung atau Padi. Ada beberapa tempat yang bisa, tapi pada hutan-hutan yang tertutup rapat, tidak mungkin ditanami Jagung ataupun Padi, karena bisa menimbulkan ancaman juga kelestarian hutan. Dan hal itu dilarang.
Sekadar diketahui, Perhutani KPH Jombang memiliki cakupan wilayah hutan seluas 37.000 hektar. Dari jumlah tersebut, terdapat hutan lindung di daerah Wonosalam sekitar 1.500 hektar.
”Kita sangat mendukung program ketahanan pangan pemerintah,” tandas. [rif.fen]