31.1 C
Sidoarjo
Thursday, January 16, 2025
spot_img

Drone Agrikultur Karya Mahasiswa Teknik Industri Unigoro Sabet Juara 1 BIA 2024


Kapasitas 15 Liter, Operasional Satu Jam Sehektar Lahan
Oleh:
Achmad Basir, Bojonegoro

Mahasiswa-mahasiswi teknik industri Universitas Bojonegoro (Unigoro) berhasil meraih juara pertama dan ketiga kategori masyarakat dalam kompetisi inovasi teknologi di ajang Bojonegoro Innovative Award (BIA) 2024, Jumat (6/12) pekan lalu . Drone agrikultur karya Nungky Dio Febriansyah, M. Nurudduja, dan Novia Pramesti Dwi C. sukses menjadi juara pertama BIA 2024.

Bagaimana teknologi drone ini bisa dimanfaatkan?

Dio menuturkan, dia dan kedua rekannya memiliki inovasi karya berjudul Smart Farming Agriculture Drone for Fertilization. Mereka tertarik menciptakan inovasi teknologi di bidang pertanian karena selaras dengan potensi lokal Kota Ledre.

“Kabupaten Bojonegoro adalah lumbung pangan nasional dan mayoritas warganya bekerja sebagai petani. Namun kami mengamati, metode pemupukan dan penanganan hamanya masih menggunakan metode konvesional. Sehingga inefisiensi biaya dan waktu. Modernisasi pertanian dengan menggunakan teknologi drone sangat dibutuhkan petani di Bojonegoro untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi,” tuturnya ditemui Bhirawa, Senin (9/12).

Drone agrikultur karya mahasiswa teknik industri Unigoro berfungsi menyebarkan pupuk dan pestisida cair maupun padat. Dio melanjutkan, timnya membutuhkan waktu empat bulan untuk merangkai drone tersebut. Selain itu, mereka juga harus beberapa kali uji coba dengan cara memetakan daerah penyemprotan dan membuat mission plan rute.

“Kami juga membuat simulasi dan perbandingan. Jika pemupukan manual itu berapa banyak pupuk yang dihabiskan. Lalu jika pemupukan via drone itu habis berapa pupuknya. Begitu pula durasi pemupukannya juga dihitung,” ujarnya.

Berita Terkait :  Ratusan Pelanggar Terjaring Operasi Patuh Semeru Satlantas Madiun Kota

Tim melakukan simulasi penyemprotan pupuk organik cair (POC) di persawahan Desa Kalirejo, Kecamatan Bojonegoro, seluas 10 hektar. Hasilnya, penyemprotan manual dengan tangki semprot kapasitas 15 liter membutuhkan waktu delapan hingga 10 jam per satu hektar sawah. Sedangkan penyemprotan dengan drone agrikultur hanya membutuhkan waktu satu jam.

Takaran POC untuk keduanya juga berbeda. Penyemprotan dengan tangki semprot membutuhkan 3 liter POC dicampur 300 liter air. Sedangkan penyemprotan dengan drone hanya memerlukan 1 liter POC dicampur 10 liter air.

“Drone-nya pakai tenaga baterai dan bisa terbang selama 30 menit. Tentu lebih efisien pakai drone karena jangkauan penyebarannya lebih luas, tepat sasaran, serta bisa untuk produk padat maupun cair. Tinggal ganti tabungnya saja,” jelas Nurudduja.

Meskipun drone agrikultur ini bisa menyemprot pupuk atau pestisida tepat sasaran. Nurudduja menilai alat tersebut masih membutuhkan fitur-fitur tambahan.

“Misalnya fitur monitoring kesehatan tanaman secara real time. Serta pengintegrasian drone dengan aplikasi berbasis IoT (Internet of Thing) untuk mengoptimalkan pengelolaan lahan pertanian,” imbuhnya.

Meskipun budget pengadaan drone agrikultur tidak murah, Novia memiliki solusi agar para petani dapat merasakan manfaatnya. Dia menganjurkan dinas pertanian setempat atau pihak swasta untuk pengadaan drone tersebut, lalu disewakan kepada kelompok tani.

“Para petani juga bisa di-training cara pengoperasian drone bagaimana. Jadi petani dari berbagai generasi bisa menggunakan drone agrikultur untuk sawahnya masing-masing,” pungkasnya. [bas.gat]

Berita Terkait :  Dosen UMM Beri Tanggapan Kasus Penjual Es Viral

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img