Pemkab Trenggalek, Bhirawa.
Dengan semangat Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin antarkan sendiri tamunya melihat spot-spot unggulan di daerahnya. Kaki sakit tidak menjadi penghalang untuknya bisa berbuat sesuatu yang lebih bagi daerahnya.
Tentunya pemimpin muda ini sadar bila kepemimpinannya hanya berbatas 5 tahun. Untuk itu harus ada upaya lebih untuk bisa memberikan legacy yang baik bagi masyarakatnya.
Saat ini tata kota menjadi konsentrasi serius Mas Bupati. Karena dirinya tidak ingin Trenggalek nanti hanya asal bangun, terus asal comot atau asal tiru kebaikan daerah lain. Pihaknya ingin pembangunan Trenggalek punya filosofi, tidak asal bangun sehingga memiliki daya saing kolektif.
Seperti halnya Jogja misalnya, dengan konsep Sumbu Filosofi Yogyakarta, yang merupakan garis imajiner yang menghubungkan Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Tugu Pal Putih. Itu melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
Mas Ipin ingin tata kota Trenggalek juga punya filosofi tersendiri. Karena pihaknya sadar saat ini daya tarik daerahnya masih kurang dibanding daerah lain. Untuk bisa mengejar harus ada upaya, sehingga orang itu mau datang dan betah di Trenggalek. Dan masyarakatnya bisa punya peluang untuk meningkatkan perekonomiannya.
Trenggalek punya potensi, seperti udara yang sejuk dan segar karena alamnya yang masih terjaga. Kemudian potensi wisata maupun potensi-potensi yang lainnya. Trenggalek butuh mengemas dan memunculkan potensi ini dengan baik. Untuk itu kepala daerah muda itu mendatangkan langsung ahli tata kota jebolan Singapura dan Inggris dengan harapan mendapatkan Lanscape Trenggalek yang baik.
Qintharra U. Yassifa, Arsitek Landscape asal Malang diharapkan bisa mendampingi Trenggalek menyusun tata kota yang baik. Perempuan cantik ini mempunyai jejak yang mentereng. Menyelesaikan Studi S1, 3 tahun di Nanyang Academy Fine Art, Singapura jurusan Arsitektur. Kemudian S2 nya di Birmingham City University, United Kingdom di jurusan yang sama. Berbagai penghargaan internasional dibidang arsitektur juga pernah diraih.
Untuk arsitek ini dan tim bisa melakukan Mapping dengan baik, mas bupati rela mengantarkan sendiri tamunya. Dilem Wilis menjadi tujuan pertama, karena memiliki banyak potensi. Baik itu perkebunan Kopi peninggalan jaman penjajahan Belanda, kemudian Arboretum Bambu dan rencananya juga akan dibangun kampus di kawasan ini. Tujuan selanjutnya Hutan Kota, kawasan pemukiman di Kelurahan Surodakan.
Kamis (13/2) tinjauan ini dilanjutkan ke Watulimo dan Terminal Durenan yang nantinya merupakan Mobility Hub antara pintu tol dengan kawasan wisata di Kecamatan Watulimo.
Saat melakukan Mapping bersama Bupati Trenggalek, Qintharra mengatakan konsepnya akan lebih kepada Smart City Hub untuk mendukung cita-cita Net Zero Carbon.
Harapannya nanti mobilitas di Trenggalek terintegrasi guna mengurangi karbon emisi. Karena ini konsepnya adalah for the people by or the people. Jadi dari masyarakat dan untuk masyarakat juga. Di sini masyarakat berpartisipasi dalam pengurangan karbon itu juga.
Sedikit membocorkan, perempuan yang akrab disapa Qintharra itu menambahkan untuk lanscape dirinya sudah ngobrol masalah super blok.
“Super blok itu konsepnya kita akan bagi Trenggalek menjadi grid-grid. Landscape tata kota ditata seperti itu, kemudian kita akan redirecting lagi lalu lintasnya untuk mengelilingi Trenggalek. Jadi justru area tengahnya kita akan jadikan sebagai zona sentralnya interaksi,” terangnya.
Nantinya akan ada jalur sepeda yang aman bagi pengendaranya karena terlindungi oleh Vertikal Garden. Kemudian masyarakat akan lebih banyak berjalan kaki, akan slow living dan slow pace. Harapannya nanti akan ada banyak interaksi k mudian membuat pertokoan lebih aktif lagi. Karena masyarakat akan melihat dulu toko ini, toko ini dan segala macam.
“Jadi kita juga mengaktifasi bisnis di tengah juga dengan program-program aktifasi bisnis dan culture. Seperti hutan kota kecil yang disampaikan oleh pak bupati,” tutup Arsitek Landscape itu.
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin memilih tidak banyak membocorkan dalam perencanaan tata kota ini, “Kita lihat saja nanti hasilnya seperti apa,” ucapnya.
Apa yang dilakukan oleh Mas Ipin dalam upaya mencapai cita-cita Net Zero Carbon. Mungkin secara kewenangan hanya mengawal lima tahun kedepan. Namun secara dokumen punya perencanaan hingga tahun 2045.
“Bila sederhanakan cita-cita kita adalah Net Zero Carbon, kemudian secara ekonomi kita bisa high income. Intinya kita ingin punya daya saing yang kolektif. Tidak hanya ekonominya tumbuh, tapi juga harus sehat dan berdaya saing,” imbuhnya.
“Bila kita mencita-citakan Net Zero Carbon maka kita harus bisa menciptakan walkable city, kota yang berkelanjutan, Green Economic dan yang lainnya. Secara ekonomi kita harus bisa menarik orang untuk mau berinvestasi, menarik yang di dalam untuk bisa kerja. Untuk itu perlunya kita membuat perencanaan tata kota yang baik,” pungkasnya, [wek.kt].