32 C
Sidoarjo
Wednesday, March 19, 2025
spot_img

Dosen PCU Berharap Konsep Sponge City, Jadi Solusi Mitigasi Banjir


Surabaya, Bhirawa
Dosen Architecture Petra Christian University (PCU) peringatan cuaca ekstrem kembali disuarakan beberapa wilayah seperti Jakarta dan Surabaya, pentingnya tata ruang dalam Mitigasi Banjir di Kota Besar Indonesia.

Hujan deras disertai angin kencang jadi ancaman serius sehingga berpotensi banjir, selain faktor alam, struktur jalan, bangunan, dan tata lingkungan yang kurang sesuai ternyata juga dapat memperburuk keadaan saat banjir melanda.

Dosen Architecture Petra Christian University (PCU), Timoticin Kwanda, B Sc, MRP, Ph D, menanggapi problematik tersebut bahwa banjir tidak bisa dilihat sebagai masalah yang terpisah, banjir ialah masalah yang menyeluruh, seperti Jakarta, jika resapan air di daerah tertentu tidak dapat menampung air hujan, maka air tersebut akan mengalir ke kawasan yang lebih rendah.

“Selain hujan lebat, faktor air pasang laut (rob) juga berperan besar dalam memperburuk banjir, terutama bagi kota-kota yang berada di daerah pesisir, Air pasang akan mengalir ke sungai dan daratan, ketika hujan datang, sungai meluap, air hujan tidak dapat mengalir ke laut melalui sungai, maka banjir pun terjadi” ujarnya,Senin (17/3).

Lanjut Timoticin mengatakan beberapa kota besar dunia termasuk IKN Nusantara telah mulai mengimplementasikan solusi berbasis konsep “Sponge City? untuk mengurangi dampak banjir.

“Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan penyerapan air hujan dengan mengutamakan elemen-elemen seperti taman terbuka, danau penampungan air hujan atau bozem, drainase yang menyerap air, dan penggunaan green roofs pada bangunan,” kata Timoticin.

Berita Terkait :  BPRS PMKS Sidoarjo Dinsos Jatim antar Pasien TB ke RSJ Menur

Seperti contoh di Surabaya, ungkap Timoticin, bahwa danau buatan dan kanal-kanal dibangun untuk menampung air hujan dan mencegah banjir.

“Saluran air dari bangunan tidak langsung dibuang ke sungai, tetapi ke kanal, selanjutnya air disalurkan ke danau buatan dan dibuang ke laut setelah air pasang surut,” Tuturnya.

Dosen mengajar Konservasi Cagar Budaya Arsitektur di program Magister Architecture PCU menambahkan bangunan pencakar langit Surabaya kebayakan sudah menerapkan sistem ‘harvesting tank’ yaitu penampungan air hujan, merupakan sistem di mana air hujan akan ditampung di suatu ‘wadah? sebelum dibuang ke saluran kota, proses tersebut bisa mengurangi beban pada saluran drainase kota.

“Solusi yang relevan ialah penggunaan green roof, yakni penutupan permukaan atap dengan vegetasi atau media tumbuhan pada bangunan, diamana atap bangunan yang dirancang dengan green roof dapat menyerap air hujan dan mengurangi jumlah air yang mengalir ke saluran drainase,” Imbuh Timoticin.

Timoticin berharap di tengah pesat pembangunan, perencanaan kota juga harus fokus pada penyerapan air dan pengelolaan saluran air yang efisien, selain pembangunan gedung dan jalan.

“Konsep Sponge City menjadi bagian dari strategi pembangunan kota-kota besar di Indonesia, Penerapan solusi berbasis arsitektur hijau ini, seperti desain bangunan dan tata ruang yang memaksimalkan resapan air hujan, dapat membantu mengurangi dampak banjir,” Ucapnya. [ren.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru