Saat Orang Telantar Cacat Luka Bakar Asal Banyuwangi yang Bertekad Pulang
Oleh:
Rachmat Caesar BS, Surabaya
Kata pulang mungkin bagi setiap orang adalah rumah, namun tidak untuk Supono (49) yang merupakan pria kelahiran Dusun Tembakur, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Ia justru menginginkan pulang untuk mencari kesembuhan.
Awalnya Supono pergi merantau ke luar pulau, tepatnya di Provinsi Sulawesi Tenggara untuk menyambung hidup pada tahun 2007. Bertahun-tahun tinggal di perantauan mengharuskan Supono menjadi penduduk dan mempunyai KTP di Kabupaten Konawe.
Namun naas mimpi buruk terjadi di tahun 2021, Supono yang giat bekerja mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengubah hidupnya. Ia yang merupakan pedagang sayur keliling, saat itu sedang mengendarai kendaraannya. Tanpa tersadar kendaraan yang ia bawa menabrak kios bensin yang ada di pinggir jalan.
Tabrakan yang keras juga menimbulkan percikan api, yang langsung menyambar bahan bakar yang tercecer di jalanan. Hampir seluruh tubuhnya terbakar. Hal itu mengakibatkan beberapa bagian dari tubuh Suparno cacat permanen.
“Nabrak gitu aja di kios jualan bensin, api muncul begitu saja. Saya terbakar. Luka bakar ini mencapai 65 persen di sekujur tubuh kecuali muka,” tuturnya sambil menunjuk bagian wajah, Jumat lalu (6/9).
Alhasil ia mendapatkan perawatan di rumah sakit daerah setempat selama beberapa minggu. Keluarga dan kerabat pun tak punya. Sebab pernikahannya yang dikaruniai satu anak perempuan harus kandas di tengah jalan dan menjadikan Supono hidup sebatang kara.
Untuk memulihkan keadaannya, Supono terpaksa tinggal di panti swasta, sebab untuk aktivitas sehari-hari ia tidak bisa mandiri.
“Waktu itu yang bersangkutan sendiri tidak ada keluarga dan butuh perawatan intensif pasca keluar dari rumah sakit. Bekas luka bakar membuat kaki dan tangannya tidak bisa normal, jadinya nggak bisa beraktivitas secara mandiri. Butuh pendamping perawat,” jelas Koordinator Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Provinsi Jatim, Nursholeh.
Selang satu tahun berlalu, Supono yang kesehariannya hanya bisa duduk dan berjalan mengesot ini mengumpulkan sedikit demi sedikit uang dari santunan dermawan yang berkunjung. Di tahun 2022, ia bertekad untuk pulang ke Pulau Jawa dengan keadaannya tersebut, pergi ke Pelabuhan Nusantara Kendari seorang diri tanpa ditemani siapapun. Berharap kapal dari PELNI bisa mengangkutnya untuk pulang.
“Dari pelabuhan saya ditolak sama petugas, karena keadaan saya seperti ini. Dan katanya nggak ada pendamping yang mendampingi saya,” kata Supono.
Dengan perasaan sedih dan kecewa, ia kembali ke lagi ke panti. Melanjutkan aktivitasnya kembali sebagai penghuni di sana . Hari demi hari Supono lewati dengan ikhlas.
Dua tahun pun berlalu, kemandiriannya sudah terasah meskipun keterbatasan masih membelenggu. Ia bisa beraktivitas, seperti mandi hingga masak sendiri di panti. Tabungannya juga sudah cukup untuk mencoba keberuntungannya pulang ke Jawa. Akhirnya Supono lagi-lagi nekat membeli tiket pesawat.
“Saya harus pulang, saya pengen sembuh. Pokoknya sembuh,” semangatnya.
Tanpa pendampingan, pada Kamis (5/9) lalu Supono sampai di Bandara Juanda dengan selamat. Turun dari pesawat, ia tidak langsung pulang ke Banyuwangi. Tujuan berikutnya adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo. Dengan uang yang tersisa hanya dua ratus ribu, ia menaiki transportasi online untuk menuju ke RS milik daerah itu.
Sampai tujuan, ia kebingungan. Sebab BPJS yang dipunyai ternyata sudah menunggak pembayarannya hingga Rp 1,2 juta. Supono yang bingung memilih keluar dari rumah sakit, hingga akhirnya ditemukan oleh Satpol PP Kota Surabaya. Ia pun langsung dimasukkan ke ruang UGD.
Setelah menerima pemeriksaan, perawat menghubungi Jatim Sosial Care (JSC) Tim Respon Kasus Dinas Sosial (Dinsos) Jatim. Sebab, dengan keadaan Supono, ia dirasa membutuhkan pendamping. “Dapat laporan dari tim kami JSC Tim Respon Kasus tentang Supono, langsung kami laporkan ke Dinsos Jatim. Terlebih ke penanganan orang telantar (OT),” ujar Nursholeh.
Pada hari itu juga, laporan adanya temuan kasus Supono diterima langsung oleh Kepala Bidang Penanganan Bencana Sukardi SH MSi. Berdasarkan pengakuan Supono, ia masih mempunyai kerabat di Banyuwangi dan tim pun langsung melakukan penelusuran.
“Mendapatkan laporan dari Cak Nur, tim langsung melakukan penelusuran dan mengkonfirmasi adanya adik kandungnya yang tinggal di Banyuwangi,” kata Sukardi, SH, M,Si.
Di sinilah peran Penanganan Sistem Informasi dan Manajemen Pemulangan Orang Telantar yang Terintegrasi dan Teredukasi (SIMLONTAR REK) Dinsos Jatim. Proses pemulangan dilakukan dengan upaya yang terintegrasi dari berbagai pihak, mulai dari penelusuran keluarga oleh semua stakeholders (TKSK, Pordam, dan pihak desa) hingga melakukan upaya advokasi. Serta upaya edukasi kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar bersedia menerima OT.
Pada Sabtu (7/9), Tim Pelayanan SIMLONTAR REK dan TKSK Kota Surabaya memulangkan Supono ke Banyuwangi. Perasaan sedih tampak menyelimuti hati Supono, sebab sudah bertahun-tahun lamanya ia tidak pulang ke tanah kelahirannya. Dengan perjalanan kurang lebih 6 jam dari Surabaya ke Banyuwangi, akhirnya rombongan sampai.
Pertemuan keluarga ini diselimuti nuansa haru, ditambah pelukan hangat dari kakak perempuannya yang menyambut Supono dengan keadaannya sekarang. Kabar baik ini disaksikan oleh tetangga sekitarnya dan juga Kepala Dusun Tembakur, Samsuri.
“Terimakasih untuk Dinsos Jatim yang sudah memfasilitasi kepulangan dari warga kami. Pak Supono akan kami perhatikan, terlebih untuk bekas lukanya ini,” jelas Samsuri.
Rasa terimakasih juga diucapkan oleh kandung Supono, Mamik. “Terpenting adik saya sudah selamat sampai rumah, matur nuwun nggeh Dinsos Jatim.” katanya. [rac.gat]