27 C
Sidoarjo
Saturday, January 4, 2025
spot_img

Problematika Kesehatan 2025 dan Tantangan Indonesia Emas

Outlook Sektor Kesehatan Tahun 2025

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya

Tahun 2024 telah kita lewati bersama dengan sederet problematika, tantangan dan prestasi yang telah diraih. Kini memasuki tahun 2025 berbagai potensi masalah dan tantangan kesehatan masyarakat masih tengah menanti dihadapkan kita. Setelah pesta demokrasi usai dijalani seperti Pilpres dan Pilkada di tahun 2024 yang telah menetapkan Presiden dan Wakil Presiden Prabowo-Gibran untuk memimpin bangsa ini selama lima tahun kedepan. Pilpres tahun 2024 merupakan salah satu pilpres terpanas sepanjang sejarah perjalanan bangsa Indonesia dimana ditandai dengan berbagai dinamika dan intriks didalamnya. Namun apapun itu, roda pemerintahan harus terus melaju. Pada sektor Kesehatan di tahun 2024 sederet problem kesehatan masih belum sepenuhnya tertangani seperti : stunting dan gizi buruk, penyakit menular seperti tuberkulosis dan malaria terutama aspek kesenjangan akses kesehatan di daerah terpencil. Beberapa masalah kesehatan lain adalah : Penyakit jantung, Stroke, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Kanker, Penyakit Paru dan Malnutrisi. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan adalah : polusi udara, perubahan iklim dan bencana alam, kualitas air yang buruk, masalah infrastruktur, penyakit oleh mikroba dan bahan kimia berbahaya. Dari sisianggaran di tahun 2024, anggaran kesehatan Indonesia naik 8,7 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp 187,5 triliun.

PR Besar Menanti
Masalah stunting, kemiskinan, inflasi dan problematika sosial yang masih tinggi merupakan tugas besar yang perlu diselesaikan dan ditemukan solusinya. Dari perspektif kesehatan, upaya kesehatan untuk menyehatkan masyarakat bukan konsentrasi untuk pengobatan masih belum terealisasi dengan baik. Upaya sekadar pemenuhan kebutuhan dasar manusia, seperti makan, minum gratis, tidak merupakan strategi untuk mencapai Indonesia Emas di tahun 2045 nanti. Yang diperlukan upaya kesehatan, pendidikan yang mampu meningkatkan kemampuan ekonomi dan memanfaatkan sumber daya alam yang kaya, secara mandiri. Dalam konteks kekinian, terutama dalam memilih pemimpin, mereka terdidik dan sadar risiko dalam pemilihan, iming-iming kebutuhan makan gratis, bansos dan iming-iming kebutuhan dasar lain memang tidak bermakna bila dibandingkan nasib bangsa dan negara kedepan. Seharusnya saat ini, di era digitalisasi dan serba modern, urusan kebutuhan dasar tidak menjadi proporsi terbesar dalam masyarakat.

Berita Terkait :  Pilkada Tanpa Kontestasi

Pada saat yang sama, semakin meningkatnya layanan kesehatan seperti pengobatan, teknologi kedokteran tentu dipandang akan juga meningkatkan status dan derajat kesehatan masyarakat. Namun realitasnya tidak sepenuhnya benar, masih terdapat kelompok masyarakat marginal, daerah perbatasan dan pelosok yang masih membutuhkan layanan kesehatan yang memadai ditengah meningkatnya infrastruktur dan konektivitas antar wilayah di sejumlah wilayah tanah air sebagai akses kemudahan memperoleh layanan kesehatan. Potensi problematika kesehatan berbasis lingkungan seperti bencana baik banjir, tanah longsor hingga kebakaran hutan dan lahan termasuk kawasan pemukiman juga perlu diwaspadai serta risiko kecelakaan lalu lintas dimana semakin tingginya mobilitas penduduk antar kota, wilayah dan antar pulau juga memperbesar probabilitas angka kecelakaan yang tidak boleh dianggap sepele. Data Kementerian Perhubungan merilis bahwa di sepanjang tahun 2023, kecelakaan yang terjadi di jalan telah mencapai 155 ribu kasus. dari angka tersebut sebanyak 66.602 kecelakaan berasal dari kalangan pelajar dengan jenis transportasi yang sama, yakni sepeda motor. Dengan kondisi ini angka kecelakaan diprediksi terus meningkat seiring dengan peningkatan kualitas infrastruktur terutama jalan yang kian masif. Kondisi tersebut juga masuk dalam ranah krisis Kesehatan.

Indonesia Emas: Menjaga Orang Sehat, Bukan Mengobati Orang Sakit
Untuk membuat orang sehat, diperlukan penguatan upaya promotif dan preventif daripada upaya kuratif. Dalam konteks Kesehatan, penyebab kematian pada seseorang paling banyak adalah penyakit kronis seperti stroke, jantung, kanker, dan ginjal. Namun, penyakit kronis tersebut sebenarnya dapat dideteksi dini dan dicegah sehingga harus mengedepankan langkah-langkah pencegahan. “Bukan menunggu orang jatuh sakit, tetapi menjaga orang sehat”. Upaya merevitalisasi 10.000 puskesmas dengan melengkapi alat untuk bisa mengukur tekanan darah, gula darah, dan lemak darah. Hal ini agar masyarakat dapat rajin mengukur dan mengendalikan tekanan darah secara rutin. Jika diperoleh hasil yang tidak sesuai, masyarakat bisa mendapatkan obat puskesmas secara gratis. Dalam pencapaian Visi Indonesia Emas 2045 dan berhasil atau tidaknya sebuah negara menjadi negara maju dapat dilihat dari puncak bonus demografi, yaitu masa di mana usia produktif lebih besar dibandingkan usia non-produktif. Indonesia diperkirakan mencapai puncak bonus demografi pada 2030. Salah satu kriteria negara maju adalah pendapatan per kapita masyarakat sebesar 13 ribu dolar Amerika Serikat per tahun atau kisaran Rp 15 juta per bulan sehingga perlu mencetak generasi sehat dan produktif oleh karena itu perlu dipersiapkan mulai dari menjaga kesehatan anak dari usia minus 9 bulan. Sebab, jika seorang anak telanjur terlahir stunting maka akan menurunkan produktivitas kehidupan anak tersebut.

Berita Terkait :  Mengendalikan Syahwat Berkuasa

———— *** ————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img