Bojonegoro,Bhirawa
Tingginya harga rata-rata gabah ditingkat petani sudah di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Hal tersebut menyebabkan serapan gabah oleh Bulog Bojonegoro masih relative minim.
Adapun gabah/beras petani yang berhasil diserap Bulog hingga per September kemarin, hanya mencapai 13.000 ton. Angka tersebut masih minim dari target yang ditetapkan yaitu 23.000 ton penyerapan.
Pimpinan Cabang (Pincab) Bulog Cabang Bojonegoro, Ferdian Darma Atmaja mengatakan, serapan gabah masih minim dan jauh dari target. Penyebabnya karena harga gabah di tingkat petani tinggi. Sehingga Bulog tidak bisa maksimal melakukan penyerapan.
“Apalagi kalau harga di atas harga pembelian pemerintah (HPP) Bulog pasti tidak bisa melakukan serapan,” katanya kepada Bhirawa, kemarin (1/10).
Saat ini, lanjut Ferdian, rata-rata harga sudah mencapai Rp 6.500 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP). Sementara, untuk harga gabah kering giling (GKG) sekira Rp 6.700 sampai Rp 7.000 per kilogramnya.
” Sedangkan HPP atau harga dasar masih Rp 6.000, jadi apabila di atas HPP tentu belum bisa menyerap,” ujarnya.
Menurut Ferdian, Bulog belum bisa melakukan serapan dalam jumlah banyak, dan baru di angka 13.000 ton dari target 23.000 ton. Namun, pada Oktober dan November mendatang masih akan menyerap gabah kurang lebih 2.000 ton.
“Semoga bisa mencapai target, karena harga masih mahal. Bahkan jika dikonversikan ke beras harga sudah mencapai Rp 13.000 lebih,” tandasnya.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Holtikultura DKPP Bojonegoro, Imam Nurhamid Arifin mengatakan, total tanam padi di Bojonegoro seluas 141.718 hektare pada Oktober 2023 hingga Juni 2024.
“Sementara luas panen padi mencapai 97.882 hektare per Januari hingga Juni 2024. Dan saat ini di Kecamatan Kanor juga sudah panen padi,” ujarnya.[bas.ca]