Kota Malang, Bhirawa.
Teknologi berwawasan lingkungan menjadi keniscayaan di tengah isu ‘global warming’ saat ini. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk, sebagai industri yang tumbuh dengan mengambil manfaat dari alam, merasa ikut bertanggungjawab untuk melestarikan dan menjaga alam agar terus berkelanjutan.
Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat berbicara pada Seminar Nasional 2024 bertema “Sustainability through Smart Green Technology” di Balai Pertiwi Universitas Ma Chung, Malang, Rabu (24/7) kemarin.
Bos Jamu Sido Muncul ini memaparkan inisiatif Keberlanjutan dan Green Industry di perusahaan lewat Kepatuhan Lingkungan dan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan di hadapan jajaran rektorat, dosen dan mahasiswa yang hadir.
Irwan menyebut bahwa Laporan Keberlanjutan PT Sido Muncul, menunjukkan komitmen perusahaan terhadap lingkungan melalui berbagai inisiatif, meliputi penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang efektif, dan program CSR yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat.
“Kami percaya bahwa keberlanjutan adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik, dan kami berusaha untuk memberikan kontribusi nyata melalui inovasi dan teknologi hijau,” ujarnya.
Selain paparan terkait keberlanjutan, ia juga memberi tips bagaimana berbisnis yang baik, salah satunya dengan membangun kepercayaan.
“Dalam membangun kepercayaan ini, saya justru terinpirasi dari mendiang mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi, saat salah satu produk minuman energi kami menjadi laris manis setelah Mbah Marijan muncul sebagai bintang iklannya. Saya sangat kagum dengan sosoknya yang lugu dan sederhana tapi sangat setia,” terangnya.
Kesetiaan ini, imbuh Irwan, dapat membangun kepercayaan untuk terus hubungan baik dengan siapa saja, entah itu klien, distributor maupun karyawan.
“Mencintai itu bentuknya partisipasi, terlibat langsung, bukan hanya mencela saja,” tegasnya.
Irwan memberi contoh dalam tata cara beriklan, yakni memberi manfaat bagi perusahaan dan negara. Bagi dia, program CSR perusahaannya hanya 2 persen, saja, dimana selebihnya dikerjakan dengan prinsip membantu sambil beriklan.
Pria yang juga penerus perusahaan generasi ketiga ini menambahkan, bentuk partisipasi lainnya adalah tidak segan untuk menggunakan produk dalam negeri dengan nama lokal.
“Kalau punya perusahaan atau produk, banggalah untuk menggunakan nama-nama lokal seperti di perusahaan saya,” tegas pemilik hotel Tentrem ini.
Kepada mahasiswa, Irwan memberi motivasi bahwa dari mereka sendirilah harus menjadi hebat, karena guru atau motivator itu sebenarnya hanya memacu anak didiknya untuk maju.
Uniknya Irwan tidak terlalu mempermasalahkan gelar dalam pendidikan. Ia bahkan menunjukkan sebuah sertifikat pemberian gelar Doktor HC (Honoris Causa) dari institusi yang ditulisnya sebagai ‘Universitas Lidah Tak Bertulang’ dengan gambar kampus mirip logo grup musik Rolling Stones.
“Orang pintar itu harus bisa ngomong, ‘kan kalau ngomong lidahnya tak bertulang,” tukasnya yang disambut tawa hadirin.
Irwan mengaku, bahwa sebagai pengusaha jamu ia bisa menghasilkan uang dan memegang gelar dari masyarakat sebagai ahli masuk angin, ahli pegel linu dan ahli panas dalam lewat produk-produknya.
“Soal pendidikan mungkin saya tidak terlalu dalam, tapi bisa maju karena saya punya ide,” pungkasnya.
Seminar hasil kolaborasi dengan Universitas Ciputra, Universitas Islam Malang, Universitas Negeri Surabaya, dan Universitas Sanata Dharma Jogjakarta sebagai co-host ini juga menghadirkan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga sekaligus mantan Rektor Universitas Airlangga periode 2001-2006, Prof. Dr. med. Ito Puruhito, MD., FICS, FAMM.
Prof. Ito, sapaannya, dikenal dengan dedikasinya dalam pengembangan pendidikan kedokteran dan riset medis di Indonesia yang kali ini membahas bagaimana teknologi hijau dapat diterapkan dalam bidang kedokteran untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
“Ancaman dari dampak perubahan iklim akan melemahkan kenajuan yang telah dicapai dalam bidang kesehatan, seperti beberapa jenis kanker dan cedera langsung yang disebabkan oleh polusi, limbah, kualitas udara yang buruk, air minum yang tidak aman serta perisitiwa yang timbul dari perubahan iklim seperti kebakaran hutan, banjir dan cuaca ekstrem,” bebernya.
Dikatakan Prof. Ito penggunaan alat medis maupun Alat Pelindung Diri (APD) sekali pakai juga berkontribusi dalam peningkatan penggunaan energi emisi dan produksi limbah. Oleh karena itu Prof. Puruhito menekankan pentingnya penerapan teknologi hijau dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan.
“Teknologi hijau dalam pelayanan kesehatan tidak hanya meningkatkan kualitas perawatan pasien tetapi juga berkontribusi pada kelestarian lingkungan. Ini adalah langkah penting dan krusial menuju sistem kesehatan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tandasnya.
Wakil Rektor 1 Universitas Ma Chung, Dr. Kestrilia Rega Prilianti, M.Si, menyampaikan bahwa seminar ini digelar sebagai upaya untuk membangun atmosfer akademik yang dinamis, sekaligus membangun jejaring antara akademisi dan praktisi.
“Dari sini diharapkan terjadi transfer pengetahuan di antara akademisi dan praktisim yang sejalan dengan visi Universitas Ma Chung untuk ‘memuliakan Tuhan melalui akhlak, pengetahuan, dan kontribusi nyata sebagai insan akademik yang berdaya cipta’,” ujarnya. [mut.dre]