28 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Narasi Pasar Modal sebagai Benteng Kedaulatan Finansial

Oleh :
Wahyu Kuncoro
Wartawan Harian Bhirawa

Angin segar berhembus di koridor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Agustus 2025 lalu. Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa pasar modal Indonesia memegang peran krusial dalam menopang stabilitas ekonomi nasional.

Pernyataan ini sesungguhnya bukan sekadar retorika seremonial dalam peringatan 48 tahun diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia, yang mengusung tema “Mewujudkan Ekonomi Mandiri, Berdaulat, dan Maju Bersama.” Ini adalah pengakuan atas sebuah transformasi sunyi yang sedang berlangsung: pasar modal yang dulunya dipandang eksklusif, kini menjadi pilar penting dalam menjaga kedaulatan finansial Republik.

Kedaulatan finansial, sebuah frasa yang sering kali terdengar abstrak, sejatinya bermakna kemampuan suatu bangsa untuk membiayai pembangunan dan mengelola risiko ekonominya sendiri, tanpa terlalu bergantung pada uluran tangan asing yang penuh syarat. Di sinilah kisah pasar modal Indonesia menemukan relevansinya yang paling mendalam.

Ketika Rupiah Mencari Rumah di Negeri Sendiri
Dahulu kala, kisah pembangunan Indonesia sering kali identik dengan pencarian utang luar negeri. Proyek-proyek infrastruktur raksasa, dari jembatan hingga pembangkit listrik, seolah harus selalu menunggu persetujuan dari lembaga-lembaga donor internasional. Kedaulatan finansial kita terasa rapuh, terombang-ambing oleh sentimen global dan kebijakan moneter negara adidaya.

Namun, dekade terakhir menjadi saksi bisu perubahan paradigma. Bursa Efek Indonesia (BEI) bertransformasi menjadi sebuah ‘pasar’ raksasa tempat mimpi-mimpi perusahaan lokal bertemu dengan modal dari rakyat sendiri. Kisah ini bermula dari kesadaran kolektif: kemandirian ekonomi harus ditopang oleh kekuatan modal domestik.

Berita Terkait :  Augmented Reality Book Campina jadi Media Edukatif Kreatif bagi Anak-Anak

Lihatlah data terbaru. Hingga November 2025, jumlah investor saham di BEI telah menembus angka fantastis: 8.083.076 Single Investor Identification (SID). Angka ini menunjukkan pertumbuhan investor baru yang signifikan, didominasi oleh generasi Z dan milenial, yang mulai sadar bahwa instrumen investasi di negeri sendiri tak kalah menarik dari produk finansial global. Mereka bukan lagi penonton pasif, melainkan partisipan aktif dalam pembangunan.

Setiap lembar saham yang dibeli oleh investor lokal adalah secercah harapan bagi kedaulatan finansial. Ini berarti, perusahaan-perusahaan Indonesia membiayai ekspansi mereka tidak melulu dari pinjaman luar negeri, melainkan dari uang yang berputar di dalam ekosistem ekonomi kita sendiri.

Panggung IPO dan Cerita Sang Raksasa Lokal
Pasar modal adalah panggung bagi perusahaan untuk tumbuh lebih besar, lebih kuat, dan lebih transparan. Setiap tahun, puluhan perusahaan melantai di BEI melalui Penawaran Umum Perdana (IPO). Pada tahun 2024 saja, sebanyak 41 perusahaan sukses melangsungkan IPO, menghimpun total dana Rp 14,35 triliun.

Mari kita ambil sepotong kisah dari salah satu emiten besar yang IPO.

Pada Juli 2024, PT Antara Logistics Indonesia Tbk (AI), bagian dari grup besar Bakrie, resmi tercatat di bursa dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 4,3 triliun. Penawaran ini tidak hanya tentang angka di layar bursa, tapi tentang ekspansi bisnis logistik yang vital bagi konektivitas nusantara. Dana yang terhimpun digunakan untuk memperkuat jaringan, membeli armada baru, dan meningkatkan efisiensi. Dampak riaknya terasa: lapangan kerja tercipta, rantai pasok membaik, dan ekonomi lokal bergerak.

Berita Terkait :  Staf Ahli Bupati Ditunjuk Jadi Penjabat Sekda Pemkab Situbondo

Tentu, perjalanan IPO tak selalu mulus. Beberapa saham IPO sempat mengalami penurunan harga (boncos) akibat sentimen pasar global dan kinerja yang fluktuatif. Namun, inilah esensi pasar modal: sebuah arena transparan yang memaksa perusahaan untuk terus berinovasi dan menjaga performa terbaiknya. OJK dan BEI, sebagai wasit dan regulator, terus memastikan aturan main berjalan adil, melindungi investor, dan menjaga stabilitas sistem.

Kisah IPO ini adalah metafora nyata dari kedaulatan finansial. Ketika perusahaan nasional mampu mengakses sumber pendanaan jangka panjang dari pasar domestik, ketergantungan pada modal asing berkurang. Kita mendanai mimpi kita sendiri.

Menghalau Arus Modal Asing yang Volatil
Globalisasi membawa serta arus modal yang bergerak bebas, masuk dan keluar dalam sekejap mata. Arus modal asing langsung (FDI) memang penting, mencapai puncaknya di Kuartal IV 2024 sebesar Rp 245,80 triliun. Namun, ketergantungan berlebihan pada dana asing juga bisa menjadi bumerang. Saat terjadi krisis global, dana-dana ini bisa hengkang seketika, menekan nilai tukar Rupiah, dan mengganggu stabilitas ekonomi.

Pasar modal berperan sebagai katup pengaman. Dengan basis investor domestik yang kuat, pasar kita menjadi lebih resilien (tahan banting) terhadap gejolak eksternal. Ketika investor asing menjual sahamnya, ada investor lokal, dari Sabang sampai Merauke, yang siap membeli.

Produk derivatif baru seperti Kontrak Berjangka Saham (KBS) yang diluncurkan BEI dan OJK pada akhir 2024 juga memberikan alternatif lindung nilai (hedging) bagi investor, mengurangi risiko, dan meningkatkan kualitas pasar secara keseluruhan. Ini adalah langkah nyata dalam membangun instrumen finansial yang canggih dan mandiri.

Berita Terkait :  Menyemai Budaya, Membangun Pondasi Peradaban

Misi Inklusi dan Masa Depan yang Berdaulat
Kedaulatan finansial tidak akan terwujud jika hanya dinikmati oleh segelintir elite di kota besar. Misi inklusi finansial menjadi kunci. Cerita tentang ribuan investor muda dan investor dari daerah yang kini aktif bertransaksi di bursa adalah bukti bahwa pasar modal semakin merakyat.

Pasar modal syariah juga terus berkembang, menyediakan pilihan investasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam bagi mayoritas penduduk Indonesia. Ini bukan sekadar ceruk pasar, tapi bagian dari strategi besar untuk mengoptimalkan potensi ekonomi domestik yang sangat besar.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global tahun 2024 dan 2025, pasar modal Indonesia menunjukkan performa yang adaptif dan menjanjikan. Ini adalah cerminan dari semangat kemandirian yang terus kita pupuk.

Pasar modal bukan hanya tempat mencari untung. Ia adalah instrumen kolektif kita untuk membiayai masa depan, mengurangi ketergantungan pada pihak luar, dan pada akhirnya, menjaga kedaulatan finansial Republik Indonesia.

Setiap transaksi, setiap IPO, setiap investor baru adalah sebuah babak dalam kisah besar kemandirian bangsa. Dengan pasar modal yang kuat, mandiri, dan inklusif, Indonesia sedang menuliskan takdir ekonominya sendiri.

————- *** —————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru