Jember, Bhirawa
Dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2024, bakal calon Bupati (Bacabup) Jember, Muhammad Fawait, mengungkapkan keprihatinannya mengenai tantangan yang dihadapi Kabupaten Jember dalam mempersiapkan bonus demografi yang akan puncaknya pada tahun 2045.
Jember, kata Gus Fawait sapaan akrabnya sebagai salah satu kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di Jawa Timur. Kabupaten dengan jujugan pendidikan ini pun menghadapi berbagai masalah yang berpotensi mengubah bonus demografi menjadi bencana demografi jika tidak ditangani dengan baik.
Ia menekankan bahwa kemiskinan masih menjadi masalah utama di Jember, dengan angka kemiskinan yang menempati urutan kedua tertinggi di Jawa Timur.
“Kemiskinan mengakibatkan berbagai masalah, termasuk angka putus sekolah yang sangat tinggi. Ada sekitar 6.630 anak putus sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA. Ini angka yang sangat besar, terutama mengingat Jember adalah salah satu tujuan pendidikan,” ujarnya kepada Bhirawa, Selasa (23/7/2024).
Menurutnya, kemiskinan yang melanda Jember berdampak negatif pada masa depan anak-anak, dengan banyak yang terpaksa putus sekolah atau menghadapi masalah kesehatan seperti stunting.
Gus Fawait menjelaskan bahwa stunting, yang prevalensinya tinggi di Jember, sering kali terjadi pada anak-anak dari keluarga miskin.
“Stunting bisa diminimalisir dengan pencegahan, dan penanganan kemiskinan adalah kunci untuk menekan angka stunting di Jember,” tutur Ketua Fraksi Gerindra DPRD Jatim ini.
Selain itu, lanjut dia, pernikahan dini juga menjadi masalah serius di Jember, dengan 1.295 kasus pernikahan anak pada tahun 2023.
Gus Fawait menegaskan bahwa pernikahan dini sering kali terkait dengan kemiskinan dan bukan dengan pemahaman agama tertentu.
“Pernikahan dini biasanya merupakan dampak dari kemiskinan. Anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah sering kali memilih untuk berumah tangga, yang membawa berbagai masalah baru seperti perceraian, stunting, dan masalah pendidikan anak,” kata pria yang juga Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN) ini.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Gus Fawait berkomitmen untuk fokus pada penanggulangan kemiskinan dan perlindungan anak di Jember.
Ia berencana bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pesantren, untuk memastikan anak-anak dari keluarga kurang mampu dapat melanjutkan pendidikan mereka.
“Kita harus merangkul sekolah dan pesantren untuk memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak. Langkah-langkah taktis akan kami rumuskan untuk memastikan bonus demografi di Jember tidak berubah menjadi bencana,” tegasnya.
Gus Fawait pun berharapan agar Jember dapat mempersiapkan masa depan yang lebih baik. “Kami akan bekerja keras untuk menanggulangi kemiskinan dan melindungi anak-anak Jember, sebagai bagian dari upaya kita untuk mencapai target Indonesia Emas 2045,” pungkasnya. [geh.iib]